AYAH, MALAIKAT TAK BERSAYAP
“Bubur
ketan hitam” teriak pak tua, menjinjing dua bakulnya yang berat
tergantung di pundaknya, menelusuri gang kecil, menunggu pembeli
memanggilnya. Pak tua, terus berjalan melewati jalan setapak area
persawahan, 500 meter dan mendengar teriakan seseorang.
“Pak, saya beli
buburnya, masih hangatkan?”.
“Ya, Pak”.
Pak tua menghentikan
langkahnya, dan duduk di kursi kecil, mulai mengisi mangkok besar dengan bubur
ketan hitam. Tekstur bubur yang mengental dan tercium bau wangi pandan santan
yang dituangkan.
"Hmm aromanya enak
nih".
"Alhamdulilah, ini
buburnya".
"Berapa
uangnya?".
"Rp 5000,00".
"Terima
kasih".
Sambil tersenyum ramah, pak
tua meninggalkan tempat itu, dan melanjutkan berjualan di Pasar Gembong
Jombang. Pak tua berjalan sampai di tempat mangkal menjajakan ketan hitam. Pak
tua, orang-orang yang biasanya memanggilnya, mempunyai nama asli, Kasmojo.
Beliau adalah ayahku. Seorang ayah yang berjiwa besar, seperti seorang
malaikat, pelita keluarga kami. Pekerjaan ayah sebagai penjual bubur
ketan hitam keliling mencari nafkah demi mendapatkan rejeki yang
halal.
Ayah mulai
berjualan selepas sholat magrib sampai habis jualannya, antara jam 23-24
malam. Usianya yang tak lagi muda, ayah terus berjuang mengumpulkan
pundi-pundi uang, demi mencukupi kebutuhan keluarga dengan tulus dan iklas.
Wajah ayah yang telah keriput, warna kulit yang kehitaman, tenaganya sudah tak
sekuat dulu, harus menghabiskan hari tuanya dengan terus berjualan, Ayah
pahlawan sejatiku. Panasnya matahari, dan guyuran air hujan yang kadang
membayangi waktu berjualan, ditambah persaingan dagang dengan sesama penjual,
dan menjamurnya makanan kekinian, membuat dagangan ketan hitam terkadang tak
habis terjual, kadang sisa bubur ketan hitam dibawa
pulang untuk dimakan di rumah. Praktis ayah mendapatkan keuntungan
yang tak seberapa, tak sebanding dengan kebutuhan keluarga sehari-hari. Kadang
kala, hasil jualan buburnya jauh dari harapan, ayah tetap jualan dan
berusaha menerima semuanya dengan telaten dan sabar. Ayah berjualan
bubur ketan hitam di tepi jalan raya, mengharap dagangannya laku, hanya mampu
berdoa memohon keridhoan Allah untuk kelancaran rejekinya.
Keluarga
kecil kami, menghuni rumah tua yang sederhana,
terletak dipinggiran sawah agak jauh dari perkampungan warga.
Dinding-dinding rumah dari kayu yang telah termakan oleh rayap, banyak
lubang-ubang yang mengangga, rawan dimasuki binatang melata yang keluar dari
area persawahan. Langit-langit rumah sana-sini banyak yang bocor,
terbiasa keguyur air hujan jika tiba-tiba hujan datang ketika waktu
istirahat malam. Aku hanya mampu berdoa, agar Allah memberikan rejeki
yang berlimpah agar kami sekeluarga bisa hidup lebih layak.
Namaku Parjo, anak ke 3 dari 3
bersaudara. Suno, kakak pertamaku, pertumbuhannya terganggu karena menderita
retardasi mental , gangguan pertumbuhan otak yang terjadi ketika Suno,
tiba-tiba sakit demam panas yang tak kunjung sembuh, dan kejang-kejang. Hal
yang sama menimpa Trisno, kakak keduaku. Ayah berusaha melakukan pengobatan
medis dan non medis demi kesembuhan kedua kakakku, yang malang. Dokter memvonis
Suno dan Trisno mengalami kelainan genetik, sulit untuk disembuhkan.
Karena terkendala biaya, ayah merawat Suno dan Trisno di rumah. Suno dan Trisno
ditempatkan di kamar tersendiri, agar mudah merawatnya.
Ayah beban dipundakmu sangat berat untuk
dihadapi sendiri, dengan kesabaran dan keuletanmu, menghadapi semua cobaan
terus dan bertawakal pada Allah SWT. Rupanya Allah masih menguji kesabaran
ayah. Ibuku yang jarang sakit, tertimpa musibah.
Ibu yang selalu mendampingi ayah, merawat kami
berempat, mendidik kami dengan sepenuh hati, tiba-tiba jatuh sakit. Ibu yang
selama ini menjadi benteng penyemangat ayah, kini hanya
mampu terbaring lemah di tempat tidur yang lusuh dan
berdebu , tanpa bisa membantu ayah, menderita stroke dan
belum mendapatkan kesembuhan. Hari-hari aku dan ayah
bergantian menjaga dan merawat ibu dengan ekstra
sabar. Kondisi ibu yang tak menentu, kadang stabil, kadang pula
drop, itu terjadi sewaktu-waktu. Ibu yang kucinta, cepatlah sembuh.
Hanya air mata dan doa yang selalu kupanjatkan untuk kesembuhanmu bu. Ayah,
yang pontang-panting mencari uang untuk berobat
demi kesembuhan ibu.
Rasanya aku tak mampu membiarkan ayah berjuang
sendiri, meski tak banyak yang bisa kulakukan untuk meringankan beban ayah. Aku
terus berdoa memohon Allah untuk mendapatkan tambahan rejeki. Seminggu, sebulan
aku mencari pekerjaan kesana-kemari melalu tetangga kiri kananku, pekerjaan
yang dekat dengan rumah, agar aku bisa mengawasi ibu dan saudara-saudaraku.
Alhamdulilah Allah mendengar semua doaku. Pak Riyan, memintaku merawat 10
sapi-sapinya dengan mencari makan dan membersihkan kandangnya. Kuterima dengan
senang tawaran pekerjaan ini, karena aku ingin membantu ayah. Semoga aku bisa
bekerja dengan baik dan merawat ibu, dan kedua saudara-saudaraku selama ayah
berjualan bubur keliling.
Ayah, jasa-jasamu yang tak bisa kuuraikan dengan
kata-kata, kesabaran yang engkau miliki begitu luar biasa, yang tak tertandingi
satu orangpun di dunia ini. Ayah, engkau bagai malaikatku di dunia,
malaikat tanpa sayap.
Surabaya, 21 Mei 2022
cerita ini menunjukkan betapa besar jasa ayah yang berusaha banting tulang untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan berusaha mendapatkan uang untuk membantu kesembuhan suno, Trisno dan ibunya. Parjo hanya bisa membatu dengan doa doa sudah berusaha mencari pekerjaan melalui tetangga kanan kirinya dan akhirnya Parjo mendapatkan pekerjaan merawat 10 sapi sapinya pak riyan.
BalasHapusdari crita itu kita dapat simpulkan bahwa betapa besar jasa ayah kepada keluarga nya.
cerita ini sangat menginspirasi bagi saya, menceritakan seorang ayah yang berusaha banting tulang dan mencari nafkah untuk keluarga
BalasHapusCerita ini sangat menyentuh hati. Ayah malaikat tak bersayap, karena jasa seorang ayah sangat besar untuk keluarga nya
BalasHapusAku sangat senang mempunyai sosok laki² yang selalu ada di saat aku susah dan kesulitan.
BalasHapussosok laki² itu adallah ayah ku.terima kasih ayah,ayah telah membantu hidup ku tidak tau bagai mana hidup ku tampah ayah.I love you ayah
Cerita ini mengandung jasa jasa ayah yang harus di hargai
BalasHapusCerita ini mengandung jasa jasa seorang ayah yang sangat besar dan luar biasa tidak ada yang bisa menandingi kesabaran dan kekuatan seorang ayah. —nancy
BalasHapus~Khaviva
BalasHapusCerita ini menunjukkan bahwa ayah jasanya sangat luar biasa dan ayah juga pernah berbohong kepada keluarga nya saat ditanyain tentang " ayah udh makan" ayah : sudah nak/ buk dan , sebenarnya ayah itu blm makan, kerja demi menafkai keluarga, ayah adalah pahlawan keluar, terima kasih ayah engkau telah menafkai keluarga❤️
Hapuscerita diatas ini mengandung tentang kerja keras seorang ayah berusaha bekerja keras banting tulang mencari nafkah untuk keluarganya - laqueena
BalasHapusSyifa Aristawidya Kamal (7A/32)
BalasHapusCerita ini menceritakan tentang perjuangan ayah yang sangat besar, tetap berjuang menafkahi anak-anak dan keluarganya. Parjo, anak ke-3 yang ikut membantu Ayahnya mencari nafkah agar dapat menambahkan penghasilan keluarganya. -syifa