SANTET


      Santet adalah upaya seseorang untuk mencelakai orang lain dari jarak jauh dengan menggunakan ilmu hitam. Biasanya santet sering dilakukan orang yang mempunyai dendam karena sakit hati kepada orang lain. Santet dapat dilakukan sendiri maupun dengan bantuan seorang dukun, yang mempunyai ilmu tingkat tinggi, memanggil makhluk halus, jin, wewe gombel, pocong bahkan gondoruwo yang menjadi sekutu, untuk menyakiti dan menghilangkan nyawa musuhnya, dengan kejam & menggenaskan. Ilmu santet tak bisa dianggap remeh, celakanya korban santet bisa cacat seumur hidup tanpa ada obat medis yang bisa menyembuhkan.

        Aku ingin bahagia, kalimat ini berulang-ulang muncul dalam pikiran dan hati yang paling dalam. Di depan  rombongan keluarga Roni dan orang tuaku yang telah menunggu keputusan dari bibirku, lidah seakan kaku untuk menerima atau menolak lamaran Roni, menjadikan aku calon istrinya.  Kutahu benar bila salah ucap, akibatnya bisa fatal , sifat Roni yang membuatku berfikir keras,  dia suka membentak dan menampar tanpa ampun. Roni pecandu judi online, tak setia dan pemarah.  Tak itu saja Roni berwatak keras, hutangnya menggunung, tak sejalan dengan gaya hidupnya yang suka foya-foya , tak mungkin kumemilihnya jadi calan suamiku.

                  “Lely, ayo berikan kepastian untuk Roni, dari tadi diam saja!.

                  “Baik bu. Maafkan aku Ron tak bisa menerima lamaranmu, aku ingin sendiri”.

                  “Lely, cobak kamu ulangi sekali lagi, ingatlah kamu bicara di depan orang tuaku”.

                  “Iya Ron aku tahu. Lebih baik kita berteman saja. Maafkan aku”.

                  “Lely!, kamu masih waras tidak gila kan? awas kamu!, kusumpahi dasar perawan tua!.

                  “Nak Roni jaga mulutmu, hilangkan sumpah serapah. Saya tidak terima!.

                  “Roni, ayo pergi dari sini! Telinga ibu panas mendengar  penghinaan ini!.

                  “Baik bu. Di luar banyak gadis cantik darimu  Lely!.

Rombongan keluarga Roni, tampak kecewa dan marah, bingkisan-bingkisan sebagai hadiah lamaran yang menghiasi meja diambil kembali sambil mlengos.

                  “Lely, ingatlah kamu tak pernah bertemu jodohmu! Jadi perawan tua sampai mati!.

                  “Hai Roni jaga mulutmu, kesini kubunuh kau!.

Bapak Lely mengejar Roni sambil mengacung-acungkan golok yang  tajam sekali, keluarga Roni berlari tunggang-langgang, lebih-lebih Roni yang tancap gas dengan montor buntutnya, menjauhi rumah Lely.

     Jowedi, bapak Lely wajahnya tampak merah menahan amarah, hanya mampu melihat Roni dan keluarganya dari kejahuan yang masih berlarian menyelamatkan diri. Golok yang masih di tangan kanannya perlahan diturunkan.

                  “Lely! Tolong kesini nak!.

                  “Iya pak”.

                  “Keputusanmu tadi tepat, menolak lamaran Roni, jangan takut nanti malam bapak santet!.

                  “Jangan Pak, kasihan Roni!.

                  “Diam Lely, malam ini ibu Roni harus mati!.

                  “Jangan Pak, itu dosa besar menyekutukan Allah”.

                  “ Dari pada bapak harus kehilangan keluarga, lebih baik keluarga Roni yang mati!.

Aku  diam tak mampu meneruskan argumen dengan bapak. Kutarik nafas  panjang dan masuk ke kamar, suntuk sekali hari ini Ya Allah.

      Tepat jam 1 malam, cahaya bulan yang menjadi saksi bisu,  Jowedi melakukan santet, menyerang keluarga Roni, utamanya membunuh ibunya. Jowedi  duduk bersila di dalam kamar gelap gulita , tanpa satupun penerang lampu, sedang   membaca rafalan santet, asap merah kebiru-biruan tiba-tiba keluar menjulang keatas, sosok wewe gombel yang nampak dengan wajah menyeramkan, seolah tahu tugasnya membentuk sebuah bola api yang menjilat-jilat terbang keluar menuju rumah Roni, tanpa satupun yang menyaksikan bola api terbang menyelinap masuk atap rumah kamar tidur Romlah, ibu Roni. Bola api masuk ke tubuh Romlah, dan tak lama kemudian tubuhnya mengeliat-geliat matanya melotot, sambil memegang lehernya.

                  “Tolong! Pak, bapak tolong!.

                  “Tolong, tolong, tolong!.

Teriakan kesakitan Romlah kalah keras dengan volume suara TV.  Sujuki, bapak Roni yang ketiduran  dibawah kasur sambil menonton sepak bola,  akibatnya  tak satupun anggota keluarga yang bangun dan menolong Romlah. Jarum kehitaman, , paku, kelabang dan binatang melata lain keluar dari mulut, bercampur dengan darah segar tumpah di sprei coklat, dan bantal yang masih menyangga kepalanya. Dada Romlah  sesak seakan mau meledak, nafasnya tak beraturan. Romlah merengang nyawa, kejang-kejang, dan tewas  tanpa ada yang satupun yang tahu.

      Sampai esok paginya, Sujuki terkejut melihat darah yang menempel membasahi  sprei dan bantal.  mata Romlah yang melotot, dan mulutnya masih terbuka.

                  “Romlah, Romlah, Romlah ayo bangun”.

Tubuh Roimlah tak bergerak sedikitpun, Sujuki memeriksa denyut nadi di tangan kanan istrinya, tidak ada. Ia baru menyadari istrinya telah meninggal terkena santet.  Kesedihan, kemarahan, kekecewaan menjadi satu di hati Sujuki, rasanya ingin membalas pelaku santet yang menghilangkan nyawa istri tercintanya. Derai air mata seakan membakar jiwa Sujuki, nyawa harus dibayar dengan nyawa. Sujuki membangunkan semua anggota keluarganya, dan menceritakan kejadian santet itu. Roni berteriak marah mendengar semuanya. Sujuki, dibantu para tetangga mengurus proses pemakaman Romlah sampai ke liang lahat.  

      Waktu siang hari , cahaya matahari yang panas menyengat kulit,  setelah menyelesaikan pemakaman ibu,  Roni mengajak bapaknya pergi ke dukun Saeto, kampung sebelah untuk membuat perhitungan pada pelaku santet. Dendam yang dirasakan Roni, seperti api besar  berkobar terus membakar hatinya.

                  “Ki Saeto, siapakah pelaku santet yang membunuh ibuku Romlah”.

                  “Sebentar Roni, ternyata benar, dia adalah Jowedi, calon mertuamu”.

                  “Bangsat Jowedi! Ki Saeto tolong santet Jowedi, sampai mati ki!.

                  “Baik, tapi bayarannya besar. Tunggu sampai malam akan saya kerejakan”.

                  “Bayarannya pasti tinggi ki. Ingatlah buat Jowedi mati mala mini”.

                  “Baik Sujuki!.

                  “Ini kuberi uang dp Rp $.000.000 rupiah, cepat selesaikan”.

                  “Baik”.

Sujuki dan Roni tersenyum lega, Ki Saeto telah setuju menyantet Jowedi sampai mati. Mereka pulang, dan menunggu khabar berita Ki Saeto.

     Sujuki dan Roni yang masih berduka mengadakan acara tahlilan pengajian  di rumahnya, mengundang tetangga kanan kiri secara sederhana. Hidangan yang  telah tersedia di atas meja. Acara yang berlangsung 2 jam, doa-doa yang khusuk terus mengalir untuk Romlah. Roni yang duduk bersila bersama Sujuki, bapaknya, mengikuti acara sampai selesai.

     Semantara di rumah Lely sehabis isya,  ia melihat bapaknya  berteriak kesakitan, lidahnya terus menjulur  seakan ditarik dari luar , tak mampu bernafas, hidung bapak keluar paku-paku tajam berkarat, sakit luar biasa.. Tubuh bapak perlahan berubah  berwarna hijau, telinganya berdarah, mengeluarkan bau kotoran busuk. Aku dan ibu hanya menangis melihat kejadian itu, sambil menyebut asma Allah SWT. Bapak tak bisa melawan, ilmu santet kiriman orang lebih tinggi darinya. Bapak jatuh terjungkal, dan tak bergerak lagi, beliau tewas tak tertolong. Ya Allah siapa pelaku yang menyantet bapakku?.

                  “Lely, siapa lagi pelaku santet ini Lely, bapakmu telah meninggal!.

                  “Inalilahi wa inalilahi rojiun, iya bu!, aku ndal tahu siapa pelakunya”.

                  “Ini pasti ulah Roni”.

                  “Jangan asal menuduh bu, berdosa”.

                  “Ini benar Roni!. Cepatlah ke rumahnya, permalukan dia Lely, bawa dia kesini!.

                  “Baik bu!.

Aku menuruti kata-kata ibuku kali ini, untuk ke rumah Roni. Tak sampai 30 menit aku telah sampai, di rumahanya ada acara tahlilan yang masih berlangsung. Aku berteriak memanggil nama Roni, beberapa orang yang mendengarkan suaraku terkejut.

                  “Roni, Roni, apa yang telah kau perbuat? Kau menyantet bapakku hingga mati sekarang”.

                  “Hm aku puas Lely, bapakmu Jowedi membuat ibuku meninggal kemarin malam”.

                  “Itu bukan ulah bapak. Bisa saja orang lain”.

                  “Ingat Lely nyawa harus dibayar dengan nyawa. Pelakunya Jowedi bapakmu itu”.

                  “Bukan!. Pelakunya bukan bapakku.

                  “Aku malas berdebat. Sekarang kita impas !. Pergi kamu dari rumahku bangsat!.

Merasa salah, aku tertunduk tubuhku lemas tak bertenaga, Ya Allah mengapa akhir semuanya harus kehilangan orang-orang yang kusayang. Mengapa kejadian ini menimpaku Ya allah. Aku berjalan pergi dari rumah Roni.

      Santet, bukanlah solusi penyelesaian sebuah masalah. Santet adalah malapetaka bagi semua manusia, yang berani menyekutukan Allah SWT, yang mendapatkan hukuman di neraka jahanam. Santet adalah ilmu hitam yang berkawan dengan semua jenis setan, dan itu yang dibenci Allah. Untuk itu mari kita jahui, jalan kesesatan untuk kembali ke jalan Alloh SWT. Jauhi santet  dan menjadi orang-orang yang berjalan di jalan yang benar sesuai ajaran agama..

 

Surabaya, 8 Januari 2023

 

 

 

 

Komentar

  1. Balasan
    1. Ndak usah merinding Pak, ini hanya fantasi

      Hapus
    2. Walaupun cerita fantasi tapi kan dijawa udah tradisi jadi ini juga pelajaran untuk orang agar jangan saling dendam yg membuahkan kecewa antar individu

      Hapus
  2. Lamaran ditolak dukun bertindak.. begitu kata orang.. aksi saling balas meninggalkan jejak kesedihan.. fatalnya lagi dua duanya jadi korban.. silaturahmi jadi terputus. Semoga ini hanya cerita saja.

    BalasHapus
  3. Balasan
    1. Sabar Bu Cahyati , ini cuman fantasi saya 😄😄

      Hapus
  4. Menyelesaikan dengan ilmu hitam tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah
    Terlalu sadis

    BalasHapus
  5. sangat sadis dan disayangkan sekali, semuanya diakhiri dengan ilmu hitam.

    BalasHapus
  6. Cerita yang cukup menarik dan memang realistis namun ada beberapa kekurangan yang kurang memiliki logika. Namun memang cerita yang bagus dan menarik

    BalasHapus
  7. Ceritanya sangat bagus dan bisa dipelajari kalok ilmu santet itu tidak baik dicontoh

    BalasHapus
  8. Ceritanya sangat bagus dan menarik bawah santet itu tidak baik

    BalasHapus
  9. Ceritanya sangat mengerikan saya bisa merasakan apa yang di rasakan tokoh di cerita tsb

    BalasHapus
  10. Cerita y menarik dan bagus

    BalasHapus
  11. Ceritanya sangat menarik untuk dibaca
    Komentar dari dennis

    BalasHapus
  12. semoga terjadi di dunia fantasi saja, takut klo beneran, hehe

    BalasHapus
  13. Wau sangat menarik. Dan sangat merinding

    BalasHapus
  14. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BUKAN POCONG BIASA

PAHLAWAN PEMBERANI SEKOLAH

ARTI KEJUJURAN, TUKANG BECAK BERKAKI SATU