GADIS BERJUBAH PUTIH


        Hujan gerimis membasahi  badan jalan, TPU Salah Lima, Sidoarjo. Di samping makam, tumbuh pohon kamboja, yang tinggi besar, cabang-cabang di  dahan banyak  dipenuhi bunga kamboja kuning, aroma wanginya tercium tajam, dari jarak 50 meter. Suasana sunyi  pemakaman, menambah keangkeran tempat itu.

Salah satu nisan kuburan, menampakkan kepulan asap berwarna merah membara, membentuk sesosok gadis berjubah putih, yang cantik, melangkah melewati area kuburan lain berjalan lurus,  kakinya tak menginjak tanah.

Gadis berjubah putih, kulitnya pucat beraroma wangi berjalan malam-malam sendiri diiringi  dinginnya angin  malam, yang menggerakkan derai  rambut panjangnya yang hitam sampai ke pinggang.

Para pengendara montor yang masih  lalu lalang di jalan TPU Salah lima, hampir tak menghiaukan kehadiran  gadis  berjubah putih . Sejurus jalan itu, Ekoroni, mengawasi gerak-gerik gadis berjubah putih dari kejauhan.  Di otaknya  mulai ada niatan jahat untuk menjahili gadis itu.

   “Ted, Barong ayo ikut  aku, kita sikat gadis itu, lumayan nih”.

“Aku takut  bang, pakaianny putih, jangan-jangan setan lagi”.

“Kampret, Barong nih. Masak jaman sekarang masih percaya  setan, itu cewek cantik man, ayoo. Ada aku tenang”.

            “Iya, ayoo”.

Ekoroni, Tedi, Barong, bagai srigala kelaparan mencari mangsa, mulai mengejar dan berpencar menangkap gadis itu. Insting gadis itu mulai menangkap gelagat tak baik dari 3 pemuda, yang diam-diam mulai mendekatinya.

Remang-remang lampu  jalanan  itu sepi seperti tak beerpenghuni , tak  ada pengendara satupun yang melintas,  ketiga  pemuda tersenyum senang, sebentar lagi niat mereka akan kesampaian . Gadis berjubah putih mulai  melambatkan  langkahnya  berbelok ke   arah  tinkungan jalan yang gelap, tanpa ada orang yang lewat di sana.

Si gadis sengaja  masuk ke lorong gelap  agar pemuda-pemuda itu cepat menangkapnya. Benarnya saja, Ekoroni, menyergapnya dari arah depan, Barong dari arah samping, dan Tedi arah  belakang.

            “Mau kemaa manis, ayo ikut kami”.

            “Sini ikut aku dulu,

Barong dengan sigap menarik tangan si gadis, dan didorong ke rumah kosong.  Gadis terjatuh dan berdiri.

            “Ayo layani aku dulu, setelah itu baru teman-temanku “

            “Melayanimu, ayo sekarang hi..hi…hi “

Barong yang mulai melepas celana panjangnya, kaget bercampur takut. Gadis berjubah putih membukakan jubah yang dpakainya, tampak seorang wanita yang bergigi taring dan bermata besar bola ping pong yang hampir keluar berwarna merah. Urat matanya yang nampak kebiru-biruan tiba-tiba, kepalanya terlepas dari tubuhnya melayang  dan melesat menuju Barong . Keringat dingin membasahi tubuh Barong, tanpa di komando lagi,

            “Am..ampuuuuun, tolong setaan”

Kurang 10 cm, bogem mentah tangan gadis akan menyentuh kepala Barong. Barong lari tunggang langgah, disusul Tedi dan Ekoroni.

            “Hi…hi..hi , ayo sini’.

            “Tolooong, tolong”

Ekoroni, yang berperawakan gendut dan pendek tak biasa lari cepat, dia tertinggal jauh dari temannya. Dengan nafas tersenggal-senggal dia menghentikan larinya. Untung ada Mushola yang masih buka. Ekoroni, cepat-cepat mengambil air  wudhu dan masuk mushola. Itulah ulah orang bejat yang dapat kesialan juga. 

Hujan gerimis membasahi  badan jalan, TPU Salah Lima, Sidoarjo. Di samping makam, tumbuh pohon kamboja, yang tinggi besar, cabang-cabang di  dahan banyak  dipenuhi bunga kamboja kuning, aroma wanginya tercium tajam, dari jarak 50 meter. Suasana sunyi  pemakaman, menambah keangkeran tempat itu.

Salah satu nisan kuburan, menampakkan kepulan asap berwarna merah membara, membentuk sesosok gadis berjubah putih, yang cantik, melangkah melewati area kuburan lain berjalan lurus,  kakinya tak menginjak tanah.

Gadis berjubah putih, kulitnya pucat beraroma wangi berjalan malam-malam sendiri diiringi  dinginnya angin  malam, yang menggerakkan derai  rambut panjangnya yang hitam sampai ke pinggang.

Para pengendara montor yang masih  lalu lalang di jalan TPU Salah lima, hampir tak menghiaukan kehadiran  gadis  berjubah putih . Sejurus jalan itu, Eko roni, mengawasi gerak-gerik gadis berjubah putih dari kejauhan.  Di otaknya  mulai ada niatan jahat untuk menjahili gadis itu.

“Ted, Barong ayo ikut  aku, kita sikat gadis itu, lumayan nih”.

“Aku takut  bang, pakaianny putih, jangan-jangan setan lagi”.

“Kampret, Barong nih. Masak jaman sekarang masih percaya  setan, itu cewek cantik man, ayoo. Ada aku tenang”.

            “Iya, ayoo”.

Ekoroni, Tedi, Barong, bagai srigala kelaparan mencari mangsa, mulai mengejar dan berpencar menangkap gadis itu. Insting gadis itu mulai menangkap gelagat tak baik dari 3 pemuda, yang diam-diam mulai mendekatinya.

Remang-remang lampu  jalanan  itu sepi seperti tak beerpenghuni , tak  ada pengendara satupun yang melintas,  ketiga  pemuda tersenyum senang, sebentar lagi niat mereka akan kesampaian . Gadis berjubah putih mulai  melambatkan  langkahnya  berbelok ke   arah  tinkungan jalan yang gelap, tanpa ada orang yang lewat di sana.

Si gadis sengaja  masuk ke lorong gelap  agar pemuda-pemuda itu cepat menangkapnya. Benarnya saja, Ekoroni, menyergapnya dari arah depan, Barong dari arah samping, dan Tedi arah  belakang.

            “Mau kemaa manis, ayo ikut kami”.

            “Sini ikut aku dulu,

Barong dengan sigap menarik tangan si gadis, dan didorong ke rumah kosong.  Gadis terjatuh dan berdiri.

            “Ayo layani aku dulu, setelah itu baru teman-temanku “

            “Melayanimu, ayo sekarang hi..hi…hi “

Barong yang mulai melepas celana panjangnya, kaget bercampur takut. Gadis berjubah putih membukakan jubah yang dpakainya, tampak seorang wanita yang bergigi taring dan bermata besar bola ping pong yang hampir keluar berwarna merah. Urat matanya yang nampak kebiru-biruan tiba-tiba, kepalanya terlepas dari tubuhnya melayang  dan melesat menuju Barong . Keringat dingin membasahi tubuh barong, tanpa di komando lagi,

            “Am..ampuuuuun, tolong setaan”

Kurang 10 cm, bogem mentah tangan gadis akan menyentuh kepala Barong. Barong lari tunggang langgah, disusul Tedi dan Ekoroni.

            “Hi…hi..hi , ayo sini’.

            “Tolooong, tolong”

Ekoroni, yang berperawakan gendut dan pendek tak biasa lari cepat, dia tertinggal jauh dari temannya. Dengan nafas tersenggal-senggal dia menghentikan larinya. Untung ada Mushola yang masih buka. Ekoroni, cepat-cepat mengambil air  wudhu dan masuk mushola. Itulah ulah orang bejat yang dapat kesialan juga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SANG PENDOSA

AYAH, MALAIKAT TAK BERSAYAP

IBU, SI PEMBUKA PINTU SURGA