SETAN GUNDUL KECEMPLUNG PARIT



     Gelapnya malam ditemani rembulan tanpa bintang, terlihat redup tertutup mendung tebal. Si pembawa  hujanpun  mulai  turun rintik-rintik. Suasana perkampungan yang tampak sepi seperti tak berpenghuni, tak   ada deru montor lewat, suara  gelak tawa anak-anak kecil, suara karaoke lagu dangdut Tomo, yang kerap kali bikin gendang telinga pecah, semua pada diam dirumah.  Udara dingin berhembus kencang membawa nyayian alam semesta, menyihir mata  oranng-orang untuk berbaring diatas ranjang tidur dengan tenang, suara adzan terdengar sayup-sayup memanggil setiap orang islam menjalankan sholat isya.

            Seperti biasa pak Johan menunaikan sholat bersama pak Aziz berpayung ke mushola terdekat, setengah berlari kecil melewati pepohonan, depan pekarangan rumah Madi, yang gelap tanpa penerang  lampu, dua orang  terbelalak menangkap sesosok bayangan putih, berkepala gundul, lidahnya menjulur panjang, matanya merah melotot hampir keluar, tak beralis, wajahnya seputih kapas menyeramkan, bulu kuduk siapa yang tak berdiri melihatnya,  tiba-tiba menampakkan diri saat melintas didepannya.

                        “Setan gundul, tolong setan, hush pergi sana!.

Setan gundul malah mendekat tak menjauh ke arah pak Johan, yang jatuh terjerembab, dengan posisi sarung terbuka lebar, payungnya terlempar beberapa meter jauhnya, peci dan baju koko basah karena tetesan hujan. Sementara pak Aziz mencoba membaca avat kursi berkali-kali, ia komat-kamit, tangannya menengadah ke atas, sayangnya si setan gundal tertawa seperti tak terpengaruh ayat-ayat suci yang terucap, ia mulai keder, tanpa pikir panjang lari pontang-panting, menyelamatkan diri meninggalkan pak Johan seorang diri. Pak Johan masih membersihkan peci dan sarung bajunya yang kotor kena lumpur hujan,  tak sadar si setan gundul telah berdiri membelakanginya. Pak johan melihat di sekelilingnya, pak Aziz ada  ditempat.

                        “Aziz, Aziz kemana kamu?.

                        “Aku disini!.

                        “Sontoloyo kamu setan gundul. Kemana Aziz ayo!.

                        “Mana kutahu he he”.

                        “Gila setan bisa ngomong, ayo sini!.

                        “Kemana!.

                        “Lariiii setan gundul goblok”.

Tanpa menoleh kiri-kanan pak Johan lari terbirit-birit pulang ke rumah, tak jadi ke masjid. Setan gundul tak dapat menahan tawa melihat 2 orang tetangganya  ngibrit menghindarinya. Ia sukses berhias, memakai kain  putih, yang disiimpan emaknya dilemari. Setan gundul senyum-senyum sendiri, puas dengan aksi kesekian kalinya, menakuti warga sekitar. Ia melangkah pulang sambil bersiul, membuka pintu rumah dengan hati-hati takut emaknya terbangun.  Sial memang  emak terbangun dan melihatnya.

                        “Tolong ada setan gundul tolooong!.

                        “Hus! Mak, mak aku Eko gundul mak, anak emak!.

                        “Benar kamu Eko?. Eko!.

                        “Iya mak. Lihat nih ada tompel di dahiku”.”

                        “Oh iya, Eko ngapain jadi setan gundul”.

                        “Mak, aku ingin jadi pahlawan setan gundul, seperti Superman”.

                        “Dasar goblok, itu Suparman, bukan Superman”.

                        “Betul Superman mak, wah emak yang goblok”.

                        “Oh iya ya. Pokoknya jangan jadi Suparman Ko, awas ya!.

Eko tertawa geli mendengar kemarahan emak,  ia berjalan ke kamarnya, rasa kantuk, matanya yang terasa berat, membuatnya tidur.

         Setan gundul, julukan  untuk Eko yang selalu bikin ulah, keusilannya membuat  para tetangga gregetan dengan kelakuannya. Perawakannya yang gendut, kepalannya botak, tanpa sehelai rambutpun. Eko pemuda stress ditinggal kawin pacarnya, Nyatemi. Ia patah hati dan selalu marah-marah. Eko anak tunggal, ayahnya telah meninggal dunia saat ia berusia 10 tahun.  Emaknya selalu melarang ia kluyuran tak jelas. Apalagi para tetangga kiri-kanan tak jarang marah dan melapor emak soal ulah Eko.  Eko  berulah saat malam hari, menghiasai wajahnya dengan make up emak, sampai emak sendiri tak kenal dengan wajah Eko anak emak semata wayang. Eko menakuti orang-orang kampung, untuk memenuhi hasratnya, menjadi super hero, Superman alias sentan gudul pahlawan malam.

          Keesokan harinya pak Johan dan Aziz, pergi ke rumah RT, setempat untuk melapor peristiwa setan gundul abal-abal yang bisa bicara dan menakuti mereka, pak Johan berjalan terseret-seret kaki kirinya merah biru bengkak lututnya. Saat pak RT membuka pintu rumah, pak Aziz memberi salam.

                   “Assalammualaikum wr wb, pak RT”.

                   “Waalaikum salam mari pak Aziz, pak Johan silahkan masuk”.

                   “Terima kasih, kamu mau melapor, ada setan gundul”.

                   “Astaufirlloh hal adhim, betul itu pak Johan!.

                   “Iya pak RT, kami berdua melihat sendiri kemarin malam”.

                   “Betul ya!.

                   “Setan gundul bisa bicara, ia meresahkan, bikin lutut saya bengkak”.

       Setelah berbicara panjang lebar, pak RT akhirnya berencana menangkap setan gundul, yang menakuti warganya. Pak RT mengundang para  tokoh-tokoh dibantu para warga kampung yang telah  mengetahui sesungguhnya setan gundul itu adalah Eko, anak mak Ejo. Memusyawarahkan rencana  panjang lebar, merekapun sepakat menjalankannya dengan serius. Tejo dan Sandi yang diumpankan pak RT untuk berjalan malam-malam membuat setan gundul keluar sementara yang lain besembunyi, mengawasi dari jauh.

          Sora beranjak malam, saatnya tiba tepat jam 22.00, Sandi berjalan lebih cepat dari Tejo  melewati pepohonan depan rumah M.

                   “Kemana mas”.

Sandi menoleh ke samping kiri sumber suara, wajah setan gundul yang menyeramkam, saat melihatnya. Kaki si setan masih menempel ditanah.  Jantung Sandi  berdegup kencang, keringat di dahi nampak rambutnya sampai basah. Tejopun menggandeng erat tangan Sandi, takut ditinggal lari. Sandi memberanikan diri menjawab.

                   “Kamu setan gundul, Eko kan?.

                   “Siapa Eko, he he he aku bukan eko, tapi eki setan gundul goblok!.

                   “Setan gundul kok bisa bicara!.

Sandi bergerak cepat, menjewer telinga kanan setan.

                   “Aduh sakiit !. Awas kubalas.

                   “Tunggu aku San, gendong!.

                   “Tejo, lari!.

Sandi dan Tejo lari dikejar Eko alias setan gundul, sampai di jembatan dibawahnya parit kotor berlumpur. Para warga yang menunggu langsung keluar dari tempat persembunyian, mendorong Eko yang kaget melihat serbuan warga, mendorongnya tercebur ke parit.

                   “Ampun-ampuuun saya kapok”.

                   “Eko, Eko mangkanya, jangan buat kami gregetan”.

                   “Iya, tolong saya, angkat !.

                   “Baik, jangan berulah lagi ya!.

Wajah dan badan Eko yang berlumpur, kehitaman dan bau, telah diangkat warga. Eko diam tertunduk malu, ia segera lari pulah takut dapat bogem mentah warga.

 

                                           Sekian

                                                                           

 

    Surabaya 20 Desember 2024

                  

  

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

BUKAN POCONG BIASA

BAKSO LIUR KUNTILANAK

WEWE GOMBEL