SETAN GUNDUL KECEMPLUNG PARIT
Seperti
biasa pak Johan menunaikan sholat bersama pak Aziz berpayung ke mushola
terdekat, setengah berlari kecil melewati pepohonan, depan pekarangan rumah
Madi, yang gelap tanpa penerang lampu, dua
orang terbelalak menangkap sesosok bayangan
putih, berkepala gundul, lidahnya menjulur panjang, matanya merah melotot
hampir keluar, tak beralis, wajahnya seputih kapas menyeramkan, bulu kuduk
siapa yang tak berdiri melihatnya, tiba-tiba menampakkan diri saat melintas
didepannya.
“Setan
gundul, tolong setan, hush pergi sana!.
Setan gundul malah mendekat tak menjauh ke arah pak Johan,
yang jatuh terjerembab, dengan posisi sarung terbuka lebar, payungnya terlempar
beberapa meter jauhnya, peci dan baju koko basah karena tetesan hujan.
Sementara pak Aziz mencoba membaca avat kursi berkali-kali, ia komat-kamit, tangannya
menengadah ke atas, sayangnya si setan gundal tertawa seperti tak terpengaruh ayat-ayat
suci yang terucap, ia mulai keder, tanpa pikir panjang lari pontang-panting,
menyelamatkan diri meninggalkan pak Johan seorang diri. Pak Johan masih
membersihkan peci dan sarung bajunya yang kotor kena lumpur hujan, tak sadar si setan gundul telah berdiri
membelakanginya. Pak johan melihat di sekelilingnya, pak Aziz ada ditempat.
“Aziz,
Aziz kemana kamu?.
“Aku
disini!.
“Sontoloyo
kamu setan gundul. Kemana Aziz ayo!.
“Mana
kutahu he he”.
“Gila
setan bisa ngomong, ayo sini!.
“Kemana!.
“Lariiii
setan gundul goblok”.
Tanpa menoleh kiri-kanan pak Johan lari terbirit-birit pulang
ke rumah, tak jadi ke masjid. Setan gundul tak dapat menahan tawa melihat 2
orang tetangganya ngibrit
menghindarinya. Ia sukses berhias, memakai kain putih, yang disiimpan emaknya dilemari. Setan
gundul senyum-senyum sendiri, puas dengan aksi kesekian kalinya, menakuti warga
sekitar. Ia melangkah pulang sambil bersiul, membuka pintu rumah dengan
hati-hati takut emaknya terbangun. Sial
memang emak terbangun dan melihatnya.
“Tolong
ada setan gundul tolooong!.
“Hus!
Mak, mak aku Eko gundul mak, anak emak!.
“Benar
kamu Eko?. Eko!.
“Iya
mak. Lihat nih ada tompel di dahiku”.”
“Oh
iya, Eko ngapain jadi setan gundul”.
“Mak,
aku ingin jadi pahlawan setan gundul, seperti Superman”.
“Dasar
goblok, itu Suparman, bukan Superman”.
“Betul
Superman mak, wah emak yang goblok”.
“Oh
iya ya. Pokoknya jangan jadi Suparman Ko, awas ya!.
Eko tertawa geli mendengar kemarahan emak, ia berjalan ke kamarnya, rasa kantuk, matanya
yang terasa berat, membuatnya tidur.
Keesokan harinya pak Johan dan Aziz,
pergi ke rumah RT, setempat untuk melapor peristiwa setan gundul abal-abal yang
bisa bicara dan menakuti mereka, pak Johan berjalan terseret-seret kaki kirinya
merah biru bengkak lututnya. Saat pak RT membuka pintu rumah, pak Aziz memberi
salam.
“Assalammualaikum wr wb, pak
RT”.
“Waalaikum salam mari pak
Aziz, pak Johan silahkan masuk”.
“Terima kasih, kamu mau
melapor, ada setan gundul”.
“Astaufirlloh hal adhim,
betul itu pak Johan!.
“Iya pak RT, kami berdua melihat
sendiri kemarin malam”.
“Betul ya!.
“Setan gundul bisa bicara, ia
meresahkan, bikin lutut saya bengkak”.
Setelah berbicara panjang lebar, pak RT
akhirnya berencana menangkap setan gundul, yang menakuti warganya. Pak RT
mengundang para tokoh-tokoh dibantu para
warga kampung yang telah mengetahui
sesungguhnya setan gundul itu adalah Eko, anak mak Ejo. Memusyawarahkan rencana
panjang lebar, merekapun sepakat
menjalankannya dengan serius. Tejo dan Sandi yang diumpankan pak RT untuk berjalan
malam-malam membuat setan gundul keluar sementara yang lain besembunyi,
mengawasi dari jauh.
Sora beranjak malam, saatnya tiba
tepat jam 22.00, Sandi berjalan lebih cepat dari Tejo melewati pepohonan depan rumah M.
“Kemana mas”.
Sandi
menoleh ke samping kiri sumber suara, wajah setan gundul yang menyeramkam, saat
melihatnya. Kaki si setan masih menempel ditanah. Jantung Sandi berdegup kencang, keringat di dahi nampak
rambutnya sampai basah. Tejopun menggandeng erat tangan Sandi, takut ditinggal
lari. Sandi memberanikan diri menjawab.
“Kamu setan gundul, Eko kan?.
“Siapa Eko, he he he aku
bukan eko, tapi eki setan gundul goblok!.
“Setan gundul kok bisa
bicara!.
Sandi
bergerak cepat, menjewer telinga kanan setan.
“Aduh sakiit !. Awas kubalas.
“Tunggu aku San, gendong!.
“Tejo, lari!.
Sandi
dan Tejo lari dikejar Eko alias setan gundul, sampai di jembatan dibawahnya
parit kotor berlumpur. Para warga yang menunggu langsung keluar dari tempat
persembunyian, mendorong Eko yang kaget melihat serbuan warga, mendorongnya tercebur
ke parit.
“Ampun-ampuuun saya kapok”.
“Eko, Eko mangkanya, jangan
buat kami gregetan”.
“Iya, tolong saya, angkat !.
“Baik, jangan berulah lagi ya!.
Wajah
dan badan Eko yang berlumpur, kehitaman dan bau, telah diangkat warga. Eko diam
tertunduk malu, ia segera lari pulah takut dapat bogem mentah warga.
Sekian
Surabaya 20 Desember 2024
Komentar
Posting Komentar