Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2022

ARWAH GENTAYANGAN

Gambar
       A rwah gentayangan, berwarna putih tak berwajah yang   mati penasaran menghuni suatu tempat di rumahku   untuk berkumpul dengan sesamanya. Arwah gentayangan,   kakinya tak menginjak tanah, mampu menghilang dan muncul secara tiba-tiba , menakutkan manusia. Arwah gentayangan yang mampu menembus dinding pembatas rumah, semakin hari semakin menjadi-jadi, menghuni rumahku, tak kasat mata bertahun-tahun tepat di kamar mandi lantai atas dan bawah.      Bayangan arwah gentayangan terlihat jelas ketika, berjalan menaiki tangga rumah, langkahnya tak terdengar, dan tak terkejar. Bermacam-macam hal yang dilakukan arwah gentayangan untuk menunjukkan eksistensinya, termasuk mengetuk dan menggerakkan pintu tanpa terlihat wujud aslinya. Tak hanya itu suara-suara yang menganggu telingaku terus terdengar.   Seseorang yang tiba-tiba memanggil   namaku dari lantai bawah, mirip suara seseorang yang kukenal. Suara laki-laki, kebanyakan suara perempuan, tertawa cekikian seperti kuntilanak.    Wakt

BISIKAN HATI

Gambar
            E ntah mulai kapan aku punya suara di dalam diri, bisikkan hati yang selalu benar adanya, membimbingku, merasakan sesuatu yang akan terjadi. Bisikan hati yang meminta, melarang dan meluruskan   langkah yang kubuat. Bisikan hati, yang memotivasiku untuk maju dan berbuat baik. Bisikan hati yang tiba-tiba menahan amarahku, menasehati bagai peri sakti, yang tumbuh di dalam hati ini.   Di sela-sela kehidupankum bertemu orang banyak, bisikkan hati selalu datang, mendampingiku tanpa diminta. Bisikan hati mampu menggambarkan sesuatu yang akan terjadi, kehadrannnya bagai teman setiaku yang tak terlihat oleh mata, tapi dia nyata   adanya.       H angatnya mentari, yang merona membawa keindahan ,  pagi ini terasa beda dari hari  lainnya,  terasa tak nyaman , bisikan hati  yang terus berdendang, membuatku yakin,  ada sesuatu yang terjadi nanti. Kulangkahkan kakiku, untuk bekerja seperti biasa.       Namaku Putri, aku bekerja sebagai teller bank Mandiri Surabaya, Hampir 10 tahu

KEMBALI PULANG

Gambar
  E mbun yang menetes di antara rerimbunan pohon, membawa desiran angin, kesunyian pagi ini terasa di hati. Hari yang kulalui terasa berat, kuingin melepas duka yang berkepanjangan,   yang selama ini mengganjal pikiranku. Kuingin merasakan kehangatan yang di tengah-tengah keluarga denganmu, adikku .   Agung, setahun lebih aku tak lagi melihatmu ada di dunia ini, kau meninggal karena covid 19, Juli 2021. Kurindu suasana dulu, kehadiran adikku, Sulistyo Agung Prabowo, datang kembali membawa cahaya kehidupan, setahun sudah tak bertemu. Agung,   nama panggilan adikku, yang berhati baik, satu-satunya tempat curhat yang kupunnya. Agung. si pintar menyimpan rahasiaku, hingga dia meninggal, membawa kedukaan di keluarga besar. Adikku, keiklasanmu membantu sesama, kepedulianmu pada keluarga kecilku, cara terbaikmu mendamaikan hatiku di saat sakit, kau punya ruang sendiri di hati ini. Agung, tubuh tambunmu yang besar, mampu mengangkat sepeda montorku ketika mogok, kau kuat, sabar dan mampu me

LEMBARAN HITAM SI KUPU-KUPU MALAM

Gambar
  Kepulan asap rokok sampurna yang keluar dari bibirku,   botol besar minuman beralkohol   tinggi, kuminum sampai setengahnya, Sudah 1 jam kududuk menunggu booking, laki-laki hidung belang, untuk mengajakku berkencan, menjual tubuhku, demi kenikmatann sesaat melayani nafsu   syawat para pria yang membookingku.   Namaku Nita akulah     si kupu-kupu malam, Aku tak ubahnya seperti kelawar, pergi keluar malam-malam   mencari makan , sampai pulang   pagi dini hari.   Aku melayani puluhan   pria haus sex, yang berbeda usia remaja sampai berumur setengah abad, Peringai mereka ada yang kasar dan lembut saat, mencium, memeluk dan menyetubuhiku. Ada pula yang kejam menyiksaku dalam bermesraan di kamar , kupertaruhkan segenap jiwa dan raga , seluruh tenaga yang kupunya. . Senyumku adalah tangisan dalam hati, aku pasrah menerima resiko menjadi wanita malam,   demi mendapatkan uang, untuk penyambung hidupku. Kuawali malam-malam panjangku   , berada di diskotik memandang orang-orang yang lalu la

KAPAL TAK BERNAHKODA

Gambar
         Pagi hari, mentari nampak menyinari bumi dengan cahanya, pepohonan yang menghijau, bunga mawar dan melati tercium wangi, di taman depan rumahku. Tugas menjadi ibu rumah tanngga kuawali, pergi ke pasar membeli kebutuhan pokok, menyiapkan bekal makanan untuk dibawa kerja suamiku, Masnun. Bekerja sebagai tukang meubel di daerah rungkut Surabaya. Masnun yang mahir kerajinan ukiran kayu, membuat kursi sofa, lemari , tempat tidur yang bagus dan sempurna. Masnun, suamiku adalah satu-satunya tulang punggung keluarga, karena aku hanya ibu rumah tangga biasa, yang menjalankan tugas-tugas di rumah.         Waktu menunjukkan jam 06.00 aku telah selesai memasak, Masnun yang masih tidur   menutup bagian tubuhnya dengan sarung, lelap sekali. Aku tersenyum melihatnya, rasanya tak tega untuk membangunkannya.             " Pak, ayo bangun hari telah siang, nanti terlambat bekerja lho".             " Memang sekarang jam berapa Sri?.             " Jam 06.01 , ayo mandi

AYAH, PENERANG HIDUPKU

Gambar
     C ahaya pagi mulai merangkak naik, aku duduk di bawah pohon beringin melihat gulungan ombak putih di pantai kenjeran . Perahu nelayan yang bersandar di bebatuan pinggir pantai, Indah sekali pemandangan ini Subhanallah.   kupandang luasnya lautan putih, mendung di langit nampak kehitaman, tanda hujan akan turun.       Hari keduaku   menjalankan puasa Ramadhon, tanpa makan sahur dan segelas teh. Perutku terasa perih dan keroncongan   tapi tak   ada uang sesenpun di dompet, kuhanya mampu menelan ludah menahan derita yang tak pernah berujung. Semenjak ayah jatuh sakit, hari-hari yang kujalani semakin tak menentu. Ayah penyemangatku, memberi contoh baik. Ayahku   tak pantang menyerah, terus giat beribadah dan bekerja, baru saja jatuh sakit. . Suyitno, nama ayahku tersayang cepatlah sembuh, kuingin melepas rindu canda tawa yang dulu selalu menghiasi hari-hari. Cepatlah sembuh ayah, hilangkan kegelisahanku. Ayah cahaya hidupku.      Ayah yang lemah   masih berbaring sakit, badannya p

KISAH SUWARJI, SI PENJAGA KUBUR

Gambar
  Malam semakin larut, area pemakamann TPA Gurungsono nampak   gelap dan sunyi, suara desiran angin lirih dan dedaunan   jatuh dari pepohonan kamboja kuning, menanbah suasana angker, beberapa mahluk putih, pocong yang duduk bertengger di atas dahan pohon. Kaki-kaki pocong yang bergelantungan, menunggu mangsa untuk ditakuti. Kuntilanak yang berdiri di sudut salah satu makam,   kakinya terbang tanpa menyentuh tanah, melayang dengan senyum menyeramkan, membikin bulu kuduk merinding mendengar tawanya. Di samping ujung kiri pemakaman sebuah rumah yang sederhana   bercat putih, diterangi cahaya lampu, itulah rumahku si   penjaga kubur.   Orang-orang memanggilku Suwarji. Rutinitasku menjaga kubur, mewaspadai pencuri mayat, masuk area pemakaman. Tak jarang aku menggunakan lampu center untuk menerangi setiap batu nisan. Batu nisan yang berjejer rapi dan bersih, tak nampak gelagat pencuri masuk. Sehabis menjalankan sholat isya. Aku dan Rodiya   istriku,   duduk menghadap meja yang berisi   d