PERNIKAHAN BAYANGAN
Deburan
ombak di pantai Balaikambang Malang, memecahkan suasana sore menjelang malam .
Lautan biru yang bergulung-gulung , udara yang sejuk, seakan merangkut mimpiku dengan
kecantikan panorama pantai. Indahnya
dunia seaakan milik berdua saat, bersama kekasih yang telah lama kurindu . Malam
yang romantis bagai pasangan Romeo dan Yuliet, seharian, berduaan dengan Rico bercanda,
berciumam, saling berpegang tangan, berpelukkan mesra, sampai berhubungan intim layaknya suami
istri, semua kulakukan karena cintaku yang begitu dalam padanya. Bercinta,
bercinta entah berapa kali banyaknya,
aku dan Rico menikmati saat yang
berkesan ini, tanpa sehelai benangpiun yang menempel ditubuh kami berdua, rasa memiliki semakin kuat, tak ingin jauh
satu sama lain itulah namanya cinta.
Tak
ada penyesalan yang kurasa, walau terlalu cepat kuhabiskan masa bulan maduku di
awal, satu minggu sebelum hari
pernikahan. Sensasi hubungan intim yabg
pernah kulakukan dengan pria lain sangatlah berbeda
dengan Rico, laki-laki satu ini telah mengalahkan hati dan logikaku, seakan
dalam mimpi yang menjadi nyata. Aku dan Rico sampai tertidur kelelahan, kebahagiaan
nampak di raut wajah Rico. Akupun sangat bahagia bersamanya.
Sejam berlalu Rico tiba-tiba bangun dari tidur , ia mencoba
melihat sprei yang acak-acakan, dia duam dan berfikir , kerutan di dahinya
menunjukkanku.
“Cari apa Rico?
“ Bangsat, Santi kamu bohongin aku!.
“ Maksudmu?,
“ Kamu bohong, katamu gadis, ternyata ndak perawan”.
“Itu karena masa laluku, kau juga punya masa lalu “.
“ Iya tapi aku ingin gadis yang kunikasi nanti perawan!.
“ Oh kamu menyesal bercinta denganku! Jawab.
Entah setan mana
menghampiri Rico, ia berdiri menjambakj rambutku ditariknya dengan keras dan
didorongkan ke dinding kuat-kuat. Bruak, kepalaku terbentur membuatku roboh
jatuh ke lantai. Hidungku berdarah, aku terkulai lemas.
“Mampus kamu Santi1.
Setengah tersadar aku
mendengar kaya-kata Rico, marah dan memerah telingaku.
“Tak tahu berterima kasih, kamu!.
“Kenapa ? nyesel milih aku? Kampret/
Rico
berjalan menuju meja makan, ia mengambil pisau dapur yang terlihat mrngkilap
dan tajam. , berjalan kearahku. Kulirik dia,
takut terjadi apa-apa, cepat-cepat aku
bangkit , berjalan terhuyung-huyung, kepala pusing terasa berputar –putar,
kucoba bertahan, berdiri bersiap
melindungi diri.
Rico tiba-tiba menyerang lenganlku dengan
sabetan pisaunya , ujung pisau yang tajam, menyobek kulitku dengan panjang ,
darah keluar , rasa perih mulai menjalar di sekujur tangan kananku.
“Bajingan kamu Rico!. Tega sekali
perlakuanmu.
Saat
Rico tersenyum melihatku, tendangan keras ku arahkan pas di selangkangannya.
Braak!.
“Aduh sakiit Samti , awas kamu!.
Secepatnya
kuraih pisau, tap Rico memegang erat kakiku, di bantingkannya. Kedua kalinya
kepalaku terbentur keras di lantai, hanya berjarak beberapa cm letak pisau di dekat jari kananku. Tak
berpiukir dua kali kuraih dan menghujamkan
pisau tepat di tengah dadanya. Cres, cres,
cres sebanyak 3 kali. Rico terjatuh bermandikan darah. detak jantunnya bergerak
melemah , Rico memegang dadanya, merenggang nyawa akhirnya diam tak berkutik.
Tangan kananku bersimbah darah Rico, aku
mulai panic dan takut ketahuan orang lain, segera kucuci di westafel sampai bersih. Keringat
dingin membasahi baju tidurkyu. Bagaimana bisa aku membunuh Rico, 2 jam yang
lalu, masih bermesraan, sekarang ? Ya Allah . Aku duduk di depan cermin kamar ,
melihat wajahku antara marah, kecewa, takut, puas dan menyesal. Mengapa aku harus membunuh calon
suamiku, hanya karena membela diri?.
30 menit didepan cermin,aku segera
berdiri menyeret tubuh Rico ke kamar mandi , dan memotong kaki, kepala dan
tangannya menjadi potongan daging yang kecil-kecil . Kebetulan ada 2 buah kresek
merah dan 1 kerdus besar yang kubawa di
kamar hotel tadi pagi, Potongan tubuh kepala dan tangan Rico yang masih berdarah, sebagian kumasukkan
di 1 tas kresekj besar, dan anggota
tubuh lainnya di kresek kedua. Setelah muat
ku masukkan lagi di dalam kardus besar, kuangkat sendiri keluar kamar berjalan kearah pantai unyungnya
tak satupon petugas hotel yang berjaga, aku dengan leliiasa mengangkat kardus
besar, dan kutenggelamkan di tengah
pantai yang gelap, kerdus besar terhantut terbawa gulungan ombak, yang menyapu pantai.Angin berhembus
dengan kencang. Situasi yang menguntungkan ini membantuku menghilangkan jejak, tewasnya Rico.
Giliran ruangan yang penuh ceceran darah
dan berbauh amis, kupel dengan teliti sampai bersih dan wangi. Setelah bersih,
kukemasi semua pakaianku dan Rico, berjalan keluar kamar dan menguncinya , aku
langsung check out, menyerahkan kubci kamar hotel.
Dibantu oleh petugas hotel, koper
pakaian dimasukkan di bagasi mobil. Akupun menghidupkan mesin dan keluar dari
parkiran mobil. Rasanya plong, lega sekali
keluar dari hotel itu. Semoga pembunuhan
Rico tak diketahui oleh siapapun.
Dua jam aku berkendara sendiri
melewati Tol Surabaya, tiba-tiba arwah Rico
telah duduk di sampingku, entah mulai kapan,. kukira bermimpi tapi jelas itu
Rico laki-laki yang barusan kubunuh.
“Ha ha kaget ya, aku bisa hidup
kembali!.
“Rico, kamu hidup lagi, maafkan aku
Rico!.
“Maaf katamu? Kok enak setelah
membunuhku”.
“Aku emosi Rico”.
“Setelah menghanyutkan mayatku di
pantai!.,
“Maafkan aku Rico! Maaf .
‘Maaf, ini maaf!.
Rico
mencekik leherku dengan kedua tangannya yang terasa dingin. Aku yang masih
menyetir mobil, terkejut bukan main. Tak bisa bernafas, kepala Rico menutupi
pandanganku menyetir mobil. Tak kuat menahan sakit, aku meregang nyawa dan mati
seketika, mobilku menabrak 2 mobil de depannya . Kecelakaan maut tak bisa
terhindarkan.
Pernikahanku yang dulu nampak baik dan
indah, kini hanya menjadi kenangan mengerikan, merenggut dua nyawa. Membangun
mahligai rumag tangga hanya sebuah mimpi semata, pernikahan bayangan ini
menyisakan duka sepasang kekasih.
Surabaya
19 Nonember 2023
Mantab..lanjut horornya bu
BalasHapus