LEMBAR HITAM PERKAWINAN


         Mencintai seseorang, yang begitu berarti dalam hidup, tak semulus jalan tol, lika-liku  perjalanan dua hati, yang ditakdirkan bersama pasangan hidup yang berikrar sehidup-semati tak akan terpisah selamanya. Sang waktu yang terus berjalan membawa  wajah  pernikanku harus melewati lembaran hitam, cobaan yang silih berganti datang dan pergi.  Kepercayaan, kesetiaan, mendampinginya dalam menjalani perjalanan hidup telah tercemar, terkotori dengan dengan penghianatan perselingkuhan yang dilakukan tak hanya sekali, dua kali terjadi. Permintaan maaf, memperbarui pernikahan sekali lagi demi mendapatkan barokah, juga pernah kulakukan, demi keutuhan keluarga. Akulah, Ita menjadi  istri yang teraniaya dengan kelakuan suamiku sendiri.

        Pengorbanan tanpa henti, menerima suamiku apa adanya, apapu kondisinya, dan tak banyak menuntut. Bagiku masalah ekonomi adalah no 13,  kehidupan keluargaku nyaris sempurna, aku turut bekerja, membantu menopang ekonomi keluarga. Penghasian suamiku yang dibawah UMR, jauh beda dengan gajiku, yang lebih tinggi darinya.

          Harapan dan kenyataan tak seirama, Rudi, suamiku tak pandai bersyukur dengan kondisi keluarga yang ada, adem ayem, semuanya berjalan sesuai harapan. Rumah, mobil, tabungan bergerak/tak bergerak telah tersedia, lebih-lebih 2 anakku telah sarjana.  Kenyataan terburuk terjadi di akhir bulan Agustus 2024 ia berselingkuh dengan wanita lain.  Mahligai ruamah tangga yang mulanya  terbina dengan baik, kini Bagai telur di ujung tanduk,  solusi untuk berpisahpun sampai kuajukan padanya. Aku marah, kecewa, jijik dengan kejadian itu.. Kuharus menelan kepahitan dalam-dalam, bagai air susu dibalas dengan air tuba, Rudi, tega menikah siri dengan janda beranak empat secara diam-diam tanpa ijin ke aku istrinya. Perkawinan siri itu berlangsung  selama 4 tahun lamanya. Rasa tak percaya menyelimuti hatiku yang sangat terluka, apalagi menurutnya ia telah berpuluh kali melakukan hubungan badan dengan Ika, istri sirinya. Sementara Rudi tak pernah memberi nafkah batin denganku hampir 8 tahun dengan berbagai alasan yang ia berikan.  

     Pengakuan Rudi saat itu kejadiannya, Tio (anak ke 2)  yang lagi ngojek membawa penumpang melintas di mall JMP, saat itu dua orang berbadan kekar seperti debt collector,  tiba-tiba menghentikan laju sepeda montornya dengan mencabut kunci kontak yang terhubung, mesin motorpun mati. Kedua tangan debt collector mencekram dan merampasnya dengan kasar.  Melihat gelagat yang kurang baik saat itu juga  penumpang Tio segera turun, ngeloyor pergi, tanpa ongkos sepeserpun, tujuannya belum sampai.

                   “Sini sepeda montormu!”.

                   “Hei, jangan kurang ajar, mana kunciku, sepeda itu sudah  lunas”.

                   “Bilang ke Ratna Wulandari, suruh lunasi”.

                   “Apa? Siapa Ratna Wulandari?

                   “Cepat segera ke dealer FIF biar tahu jelas”.

Tio melomgo melihat debt collector yang merampas montornya, ia berjalan kaki 1 kilo  jauhnya untuk sampai didepan kantor dealer FIF sore itu. Peluh keringat membasahi dahinya, langkahnya terhenti melihat pagar depan kantor FIF. Tanpa berfikir Panjang, ia mendekati satpam dealer, dan bertanya.

                   “Pak, maaf harus laporan ke siapa sepeda montor saya di rampas?

                   “Langsung masuk mas, akan dijelaskan didalam”.

Tio masuk, mengambil no antrian di meja custumor service, 30 menit berlalu nomernya dipanggil, baru setelah berbicara panjang lebar pada petugas customer service, Tio paham, ia harus mengambil BPKB sepeda montor Varionya, untuk mengambil sepeda montornya yang ditahan dealer FIF, plus denda 10 juta rupiah. Tio diam, berfikir dalam-dalam, segera ia mengambil hp dan menelponku lewat video call.

                   “Ma, tolong jemput aku ma”.

                   “Kenapa Tio, ada apa dengan montormu”.

                   “Montorku dirampas sama dealer FIF.”.

                   “Kok bisa? Kamu dimana nak?.

                   “Di dealer kantor FIF, bawa BPKB ya mak”.

                   “Sama ayah saja ya”.

                   “Ya mak”.

     Saat Tio menelpon, saat itu  aku lagi  rebahan di kamar bersama, Rudi Suamiku. Ia cepat tanggap dengan anak kesayangannya, langsung mengambil montor dan berangkat menjemput Tio.  Rasanya belum percaya kejadian yang menimpa Tio, kok bisa sepeda montor Tio dirampas 2 orang debt collector? Kenapa tidak melawan mereka?. Padahal kedua anakku telah dibekali ilmu bela diri Bintang Surya sama sepertiku.

      2 jam berlalu, aku yang sibuk mencari BPKB  di lemari, dibawah pakaian tak menemukan apapun, BPKB mobil dan sepeda montor Tio raib entah kemana rimbanya.  Aku ingat mungkin Rudi yang menyimpannya, tak berpikir panjang lagi kuambil Hp dan menelponnya. Saat menelpon, suara Tio mengejutkanku.

                   “Mak, mak carikan BPKB mak, disuruh ayah ayo mak”.

                   “Ayahmu mana ? kan tadi dijemput ayah”.

                   “Ayah ke rumah temenya mak”.

                   “Sebentar nak, mamak telpon ayah”.

Tio diam menungguku menelpon ayahnya. 1  , 2, 3, 4, 5, 6. 7 8, sampai ke 10 kali telpon tak diangkat. Rasa was-was menjalar di hati, Ada ap ini? . Aku mengajak Tio duduk ke ruang tamu, menunggu ayahnya datang. Ternyata tak sampai 10 menit menunggu, Rudi datang melihat aku dan Tio, ia  segera duduk disampingku.

                   “Ayah, tadi kucari BPKB montor dan Mobil  kok tidak ada”.

Rudi diam tertunduk lesu, tak menjawab apa-apa. Aku memandangnya sedikit curiga.

                   “Ayah tahu tempatnya?.

                   “Maafkan ayah ma, Tio, BPKBmu dibawa teman ayah!.

                   “Maksudnya gimana yah?.

                   “Teman ayah butuh duit untuk modal, ia meminjam”.

                   “Laki-laki atau Perempuan? Kenapa ndak ditagih?.

                   “Dia sakit. Keluarganya sakit semua, tak mungkin ia membayar”.

                   “Siapa namamya?.

                   “Ika, mama dengarkan, aku dan dia sudah kawin siri”.

                   “Gila kamu! Kok bisa?.

                   “Ayah ditipu ma!.

                   “Bangsat, seperti itukah harga dirimu, setega itukah kamu!.

Setengah hati kulihat exspresi Rudi, Ya Allah suamiku telah menikah sirih, tanpa seijin aku. Hatiku hancur, tangisku pecah, mengapa dia gampang tergoda dengan wanita lain.

                   “Berapa kali kamu tidur dengannya?.

                   “Tak terhitung banyaknya. Kami menikah sudah 4 tahun”.

                   “Apa! Kamu gila. Aku ndak sudi punya suami kamu!.

                   “Aku memang salah ma, maafkan aku. Aku tak sanggup bayar”.

Rasa kecewa yang teramat sangat, Rudi setega itu kawin lagi, pantas  saja ia tak pernah memberi nafkah bathin padaku selama ini, ia telah menemukan penggantiku. Masih jelas ingatanku, baru bulan Febuari 2024 lalu, ia minta modah Rp 45 juta untuk membuka usaha. Menurutnya modal telah berkembang pesat, hingga jumlah nominal uangnya Rp 60 juta. Beberapa bulan berlalu inverstasi dagangnya sangat lancar rutinitasnya sangat baik, ia terus bersemangat melakukanny. Tak lama berselang uangnya ludes dibawa pak Rosi, orang kepercayaannya, melarikan diri , rumahnya dijual lalu kabur membawa uang jutaan nasabahnya termasuk Rudi, salah satu korbannya. Rosi hilang Bagai tertelan bumi,tanpa tahu rimbanya. Korban-korban Rosi telah melaporkan ke pihak berwajib, dan berharap modal mereka bisa vkembali.

       Seperti mimpi rasanya, tak mudah menyelesaikan masalah itu, aku menangis dan terus berdoa, bertahajut, berteriak, meminta Allah SWT memberi jalan, solusi atas derita yang kualami. Ya Allah beri jalan yang terbaik atas masalah keluargaku Ya Allah. Beban yang kupikul terasa sangat berat, BPKB mobil dan sepeda montor harus dilunasi, total jumlah uang  Rp 63 juta, Ya Allah cobaan ini begitu berat. Kesetiaanku tergadaikan, aku harus menanggung  malu dengan keluarga-keluarga besarku.

       Perlahan tapi pasti, jalan terbaik dari Allah SWT mengawali langkahku, meski hati hancur, aku terus berusaha menerima kondisi ini, bersabar, tetap positif thinking. Untungnya semua hutang-hutang suamiku bisa terlunasi satu persatu walau sulit, kuingat kata Mutiara, dibalik kesulitan disitu ada kemudahan. Allah SWT selalu bersama orang-orang teraniyaya.

      Suamiku Rudi telah berjanji untuk tidak lagi berselingkuh, ia telah menceraikan Ika istri sirihnya, dan ingin membangun kembali keluargaku dengan sepenuh hati. Akun masih setengah hati, mudah tersulut amarah bila mengingatnya. Andai ada obat menghilangkan ingatan lembaran hitam ini pasti kubeli. Aku mengharap surga dari Allah mengiklaskan masalahku perlahan pergi, mungkin inilah cobaan yang harus kulewati, di lembaran hitam perkawinanku.

                  

                                                                             Surabaya 18 Desember 2024

 

 

 


 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BUKAN POCONG BIASA

BAKSO LIUR KUNTILANAK

WEWE GOMBEL