TAKDIRMU TELAH MEMANGGIL
Lembaran suka dan duka tergambar jelas di sana
Lukisanmu terpatri di hati terdalam
Kisahmu tak kan tenggelam oleh jaman
Adikku, tak terhitung tetesan air mataku jatuh
Mengiringgi kepergianmu secara tiba-tiba
Aku terhenyak, tak bisa berkata-kata
Hanya bayanganmu yang terus menari di hati
Adikku, di hatiku hanya ada samudra kesedihan
Yang tak
bertepi terus berkarang
Akankah kita kan bertemu lagi
Melewati indahnya kehidupan dunia.
Hari
minggu, tanggal 18 Juli 2021, senyum adikku Suistya Agung Prabowo, terlihat melalui video call masih terlihat ceria, meski
suaranya tak terdengar sekeras dulu ketika ia sehat. Aku masih senang melihat
semangatnya, untuk sembuh. Adikku terpapar covid 19. Penyakit yang menular dan membahayakan
semua umat manusia di dunia.
Agung,
nama panggilan adikku, telah mengarunggi
bahtera rumah tangga yang bahagia, dengan kehadiran 3 buah hati. Agung,
berperawakan tinngi besar, jarang sakit dan hobi makan ikan bakar dan minum
minuman dingin , membuat perutnya besar dan buncit. Kasih sayang adikku , memperhatikan
ibu dan bapak di rumah, yang menikmati masa pensiun berdua bersama. Setiap pagi
sebelum berangkat kerja, ia sempatkan mampir dan berpamitan ke bapak & ibu,
untuk mencium tangan, serta membawakan
sarapan untuk untuk mereka.
Adikku,
berkerja disebuah perusahaan container, bagian penagihan membuatnya harus
bekerja di lapangan, mulai pagi sampai sore, tak peduli panasnya matahari yang
menyengat kulitnya, dan dinginnya derasnya hujan, memenuhi target kerja. Adikku, menyisakan sebagian rejeki yang diperolehnya
untuk bersedekah ke yayasan Panti Asuhan dan menghibahkan beberapa tanahnya untuk dibangun sebagai rumah ibadah. Selain itu, adikku sering
mengundang puluhan anak yatim piatu untuk meminta doa dan bersedekah.
Senin
tanggal 19- Juli, ibuku menelpon kondisi adikku, yang masuk rumah sakit Islam
AL-Irsyad, untuk dirawat intesif, penyebaran virus covid telah menyebar sampai suaranya tak terdengar lagi. Aku mengunjungginya
dengan membawakan makanan, kesukaanya. Tak berselang lama, di IGI Al Irsyad, aku
melihat adikku, memakai tabung oksigen yang dipakai menutupi hidung dan
mulutnya sedang duduk di atas tempat
tidur. Ketika aku mendekatinya, dia menyuruhku untuk menjauhinya. Adikku,
meminta minuman dingin, dan aku memberinya untuk diminum. Tapi dokter dan
perawat, melarangku memberikan minuman dingin dengan alasan, kondisi adikku
masih sakit. Akhinya botol aqua ku
berikan, untuk diminum adikku. Rasanya lega melihatnya, ketika minum. Aku
mendoakan adikku, segera sembuh. Tangan adikku memberi tanda, menyuruhku intuk
menjauhinya, dan melambaikan tangan beberapa kali, memintaku untuk pulang.tapi
hatiku masih berat meninggalkannya. Agung, melemparkan senyum dan menerima
telpon dari bos, menanyakan kondisi kesehatannya kini.
Aku
terus memandang adikku dari jauh, sekilas seperti sehat, semoga selalu begitu.
Aku pamitan pulang dan meninggalkan adikku.
Selasa,
20-Juli 2021, kakak meminta aku
mendampingi ibu, karena terus menangis memikirkan Agung, yang masih terbaring
sakil di ruang isolasi lantai 3. Ibukku, tak henti-hentinya berdoa dan memabaca
ayat-ayat suci Al Quran demi kesembuhan adikku. Tepat jam 14.00 SMS masuk dari
adikku , meminta dibawakan es teh dan minuman dingin untuk diantarkan ke rumah
sakit du ruang isolasi. Tak berselang lama, aku dan suami, telah sampai di
lantai 3, membawakan pesanan adikku.
Sayangnya, aku tidak diperkenankan masuk, hanya boleh menitipkan minuman es teh,
yang telah dibungkus dengan rapi di dalam sarung ke dokter jaga ruang isolasi .
Aku hanya bisa melihat adikku, yang
terbaring lemah dari CCTV. Dan berusaha
menelpon dan mengirim SMS ke adikku, tapi tidak dibalasnya. Arah jam terus memutar
dengan cepatnya, pukul 19.30 menit, SMS dari kakakku, mengabarkan bahwa Agung
gelisah dan melepas tabung oksigen hingga mendapatkan peringatan dokter yang
menanganinya. Mendengar khabar itu, aku langsung mengambil air wudhu untuk
membacakan surat yasin memohon kesembuhan adikku.
Jam
21.00, SMS kakakku menggabarkan, bahwa Agung kritis, karena oksigen dalam darahnya hanya 40 %. Dan 30 menit berlalu, untuk kesekian kalinya ,
kakakku mengabarkan, kondisi Agung koma. Ya alloh, bagaimana adikku ini kok bisa
koma?. Aku teruskan membaca Al fatihah sebanyak-banyaknya. Aku dikejutkan suara
suami yang memanggil-manggil namaku. Akhirnya aku menghampirinya dan suami
bilang Agung telah tiada, Ya Alloh adikku….!!Inalilahi wa inalilahi rojium Aku menjerit dan menangis. Agung telah tiada.
Agung
telah tiada, seperti mimpi tapi ini nyata. Ya Allah , adikku yang masih 43 tahun,
telah dipanggil olehMu .
Kini
adikku, berada di peristirahatan terakhir di Keputih Surabaya. Aku hanya bisa
tertegun melihat batu nisan yang bertulskan nama adikku, Sulistyo Agung
Prabowo. Kenangan indah bersamanya seakan trus hidup di hati. Adikku, seakan menyadarkanku,
bahwa kematian sewaktu-waktu akan menjemput, tanpa ada janjian terlebih dulu.
Banyaklah bersedakah, sebagai tabungan amal kebaikan untuk di bawa di alam
kubur. Selamat jalan adikku….Allah SWT
yang lebih mencintaimu.
Surabaya,
9 Agustus 2021
Innalillahi wainnailaihi rojiun.... Semoga sangat adik meninggal dg husnul khotimah n diampuni segala dosa...
BalasHapusAmin amin amin YRA. Terima kasih Bu atas doanya
HapusSaya juga kehilangan adik tercinta krn cpvid
BalasHapusKapan itu Bu?
HapusSedih sekali saat orang terdekqt meninggalkan kita ibu,...turut berduka cita, sy dari NTT pandemi sangat ganas di daerah kami banyak yg terpapar dan meninggal...semoga kita selalu tabah, iklas dan Tuhan selalu dan senantiasa menguatkan dan memberi penghiburan kepada kita umatnya untuk selalu jaga imun, supaya iman tambah kuat. AMIN
BalasHapusAmin amin amin, terima kasih bu
Hapus