POCONG KERIBO
Pocong, perwujutan roh yang mati sia-sia, terbungkus kain kafan putih yang diikat tali di atas kepalanya. Roh jahat yang menggerakkan semua anggota tubuh, bertugas menakuti manusia agar mengikutinya ke jalan sesat, menemani pocong masuk neraka bersamanya di hari akhir nanti. Amalan pocong tidak diterima oleh Allah SWT selama hidup di dunia. menjelma menjadi arwah penasaran, dengn wujut pocong , yang mampu melayang dan melompat-lompat tanpa bisa berjalan menyentuh tanah dengan kedua kakinya. Wajah pocong yang mengerikan, nampak matanya yang melotot sampai hampir keluar , aura wajahnya kehitaman, bibirnya merah ada tetesan darah yang keluar di ujung bibirnya.
Ujang, pemuda pengangguran,
yatim piatu tak punya orang tua, hidup bersama kakak perempuanya Siti, yang
masih mengontrak rumah ukuran kecil, berjualan snack dan makanan kecil di depan
rumah. Kondisi ekonomi kakaknya yang serba kekurangan, tak membuat Ujang prihatin dan membantu Siti
kakaknya , kebiasaan buruknya malah
menjadi-jadi bermain judi, dan menghambur-hamburkan uang dari hasil
copet. Lontang-lantung tak punya pekerjaan, selalu dimarahi Siti bila terus meminta
uang membuatnya nekat menjadi pencopet kambuhan sewaktu-waktu mencopet ketika
butuh uang.
Ujang rambutnya keribo mirip Ahmad albar,
penyanyi rocker Indonesia. Pantas saja orang-orang memanggil namanya Ujang si Keribo. Keribo ,yang belum menikah dengan wanita manapun, tapi keahliannya
bermain sex di atas ranjang tak dapat
dipandang sebelah mata, ia membayar
wanita panggilan, untuk melampiaskan nafsu bejatnya, bersetubuh dengan lawan main
wanita berganti-ganti membuatnya mengidap
penyakit kelamin yang bernanah dan berbau busuk. Luka-luka kecil yang tumbuh
menyebar di area sekitar batang kemaluanya, terasa sangat gatal memerah terus
digaruk, kian parah dan yang sakit,
perih bukan main.
Kondisi penyakit kelamin dari hari ke
hari semakin membuat tubuhnnya lemah tak berdaya, suhu tubuh yang tinggi
badannya menggigil, Keribo berteriak-teriak menahan sakit dan meminta Siti untuk
membawanya ke dokter.
"Kak!
Kakak tolong bawa aku ke dokter kak, sakiit".
"Enak
saja. Tuh rasakan, sakitnya. Giliran
punya uang saja kakak dicuekin. Kalau sakit".
"Iya
kak aku salah. Tolong kak, kali ini saja, please".
"Sekali
ndak bisa, ya ndak Keribo. Males lihat kamu!.
"Kakaaaaak,
tolong aku!.
Siti meninggalkan Keribo, yang terus berteriak kesakitan.Tak ada rasa kasihan sedikitpun pada Keribo, adiknya. Siti ingin memberikan pelajaran pada adiknya, yang sering membuatnya jengkel.
Hari menjelang sore, Siti yang masih
sibuk melayani anak-anak tetangga membeli kue kering dan permen. Jualannya
banyak yang laku, Siti tersenyum senang, melihat perolehan uang hasil jualan.
Dagangannya berkurang banyak, laba yang
didapatnya cukup buat membeli beras dan kebutuhan pokok. Siti melangkah masuk,
menuju ruang tamu, menyandarkan kepalanya di sofa.
Peluh berjatuhan yang membasahi
rambutnya, rasa lelah yang Siti rasakan saat ini. Ia baringkan tubuhnya dan
tertidur lelap. Sampai terdengar adzan magrib yang membuatnya bangun
membereskan dagangganya yang sepi. Tak lama Siti menutup pintu rumah, perasaanya mulai tak enak, teringat Keribo. Siti
cepat-cepat menengok adiknya, suara teriakannya tak terdengar lagi, membuatnya resah
dan curiga.
"Keribo, Keribo, gimana kondisimu sekarang? Ayo kakak antar ke dokter!.
Siti melihat adiknya tidur telungkup, diam tak bergerak bau busuk yang berasal dari
dalam celana Keribo menyenggat menusuk
hidung Siti. Dia mendekat dan menyentuh kulit tangan Keribo dingin, di pergelangan tangan tak ada denyut
nadi ia balikkan tubuh Keribo, matanya melotot, seperti ada rasa ketakutan dan
sakit luar biasa, wajahnyapun pucat dan lidah
menjulur panjang . Siti mulai kaget dan
cemas.
"Kerib
bangun Keribo, Keribo".. .
Keribo tak merespon panggilannya.
Siti baru menyadari Keribo telah meniggal dunia.
"Innalilahi
Wainnalillahi rojiun".
Siti tertegun melihat kematian
adiknya, yang mengenaskan. Rasa bersalah dan menyesal membiarkan adiknya
diantar pergi ke dokter tidak
digubrisnya, sedih dan marah berkecamuk di hati Siti. Malam itu dia meghubunngi para tetangga,
saudara, untuk membantu mengurus pemakaman adiknya ke tempat peristirahatan
terakhir. Tak lama Rumah Siti, banyak
orang, yang membantu mengurus proses
pemakaman Keribo. Tepat jam 22.00 rombonngann pennggiring telah tiba di TPU
Wonorejo. Pemakaman Keribo tak terkesan kehilangan bagi para tetangga , saudara
yang hadir mereka malah merasa lega sekali
Keribo telah meninggal dunia, banyak ulah perbuatannya yang meresahkan dan mengesalkan.
Penggalian tanah makam dilakukan 2
orang, mencangkul, membuat lubang besar. Kejanggalan terjadi, lubang ditanah
yang digali terus mengeluarkan air kotor dan berbau busuk, Tanah yang mulanya kering menjadi berair, lubang
galian tanah terus terisi air yang berbau, dan mayat tak bisa dikubur ditempat
itu. Haji Syukur yang memimpin doa,
segera mengusulkan agar kuburan Keribo dikubur di tempat lain, Siti dan para
sanak saudarapun setuju. Penggali makam mencari tempat lain, tak sampai 10
menit tempat kosong ditemukan. Tanah digali kedua kali, kejadian samapun
terjadi lagi. Air kotor keluar dari bawah tanah, tak henti henti. Haji Syukur yang melihat kondiri
itu, terus menyebut asma Allah sambil geleng-geleng kepala. Haji Syukur mendekati
Siti dan kerabatnnya.
"Bu
Siti, tanah makam ini berair lagi, bagaiamana enaknya bu"
"Ya
pak. Saya juga bingung, ada apa dengan
adik saya, mengapa air terus keluar?.
"Bu,
makam Keribo sepertinya tak seperti makam lainnya, akankah tetap dikubur di
sini?.
"Saya
kira begitu pak. Mencari tempat lain, pasti sama saja. Lebih baik dikubur di sini".
"Baiklah
bu".
Waktu telah menujukkan pukul 24.00,
mayat Keribo telah dimasukkan di liang lahat yang berbau busuk, membuat para
penggiring menahan nafas tak kuat mencium bau seperti kotoran manusia. Setelah
memasang batu nisan Haji Syukur memberi doa-doa agar arwah Keribo diterima.
Selesai mendoakan, kilatan petir yang keras nampak di langit yang mendung,
hujan tiba-tiba turun, membuat para penggiring cepat-cepat meninggalkan makam Keribo.
Guyuran air hujan yang deras bagai air
bah yang turun dari langit, meluber mengeluarkan mayat Keribo, yang terapung di atas tanah makamnya.
Kilatan petir keras, mengenai mayat Keribo, langsung membakar kain kafan dan tubuhnya,
yang dilalap api. Roh Keribo tak diterima di alam kubur, berubah menjadi
pocong, dialah pocong Keribo.
Pocong Keribo yang terikat kain kafan
di atas kepalanya, membuka mata dan melihat jasadnya terapung tak diterima, seperti normalnya. Pocong Keribo menangisi tubuhnya, menyesali
semua perbuatan jahat selama di dunia. Penyesalan pocong Keribo yang tak pernah
bertaubat, memohon ampunan Allah SWT sewaktu hidup. Inginnya hidup lagi di
dunia untuk berbuat baik dan meninggalkan kemaksiatan.
Roh pocong Keribo masih duduk mendampingi jasadnya, yang tak bisa masuk di liang lahat, batu nisan
yang tertulis namanya, juga gosong
terbakar tinggal seonggok kayu berwarna hitam. Sampai keesokan harinya,
lalat-lalat berterbangan meggerubung jasad Keribo yang mulai membusuk tak terurus
dengan baik. Pocong Keribo terus mengawasi jasadnnya, tak tega melihatnya.
Saat bulan purnama menerangi malam
dengan warna warni jutaan bintang berkedap - kedip bagai permata, rumah Siti
yang nampak sepi. Pocong Keribo, yang terbang melesat seperti seekor elang,
hingap di atap genteng, berdiri dan melompat-lompat tak berbunyi. Di kegelapan
sendiri tanpa kawan, pocong Keribo, melihat jalanan di depan rumah kakaknya,
tak ada lalu lalang pemakai jalan. Pocong Keribo masuk ke rumah Siti, melihat
kakaknya berbaring tertidur di sofa panjang ruang tamu dengan lelap. Ia ingin
memberitahukan Siti, bahwa mayatnya tak terkubur degan baik. Sekali lompat pocong Keribo telah berdiri di depan kakaknya.
“Kak.
kak, kak aku Keribo Kak”.
Siti yang tidur mendengkur, tak
merespon panggilannya. Pocong Keribo terus memannggilnya sampai berkali-kali.
Ia baru menyadari dunianya dan dunia Siti telah berbeda. Pocong Keribo mendekati tubuh Siti, lampu
penerang ruang tamu terus berkedap-kedip menandakan kedatangann mahluk halus, pocong
Keribo.
Cahaya lampu yang terus berkedip
membuat Siti terbangun, melihat lampu yang tak biasa terjadi. Siti melihat
sesosok kain kafan yang berdiri di pojok pintu. Astaga ada pocong, dia adalah
Keribo yang kemarin malam baru dikubur.
"Keribo,
mengapa kamu kesini?Pergi sana jangan ganggu aku!.
"Kakak,
kak tolong aku kak”.
"Pergi,
jangan dekat-dekat aku!.
"Kak
jasadku tak terkubur dengan baik kak. Tolong kubur jasadku dengan baik kak".
"Tidaaak
pergi kamu".
Siti ketakutan, mennutup mata
dengan kedua tangannya. Suara Pocong Keribo yang terus tergiang-giang di
telinnganya. Siti membuka mata, melihat di sekeliling ruang tamu tak ada
seorangpun, nampak. Siti terduduk diam mengingat kejadian yang baru dialaminya.
Keribo adiknya yang meninggal berubah menjadi pocong yang menakutkan. Siti tak kuasa merasakan
sedih, air matanya mulai menetes membasahi kedua pipinya.
Siti yang terus memikirkan nasib adiknya
Keribo, tak mampu tidur lagi. Ia menngambil air wudhu dan mennjalankan sholat
malam. Kedua tanganya terus menengadah berdoa memohon pertolonggan Alloh SWT
untuk menghapus dosa-dosa adiknya dan menerima arwahnya.
Mentari pagi yang bersinar
terang, udara yang masih dingin, memulai
aktivitas seperti biasa. Siti yang telah bersiap-siap pergi ke rumah haji
Syukur, yang jaraknya beberapa rumah dari kontrakannya.
"Assalammualaikum
wr wb, permisi pak haji".
"Waalaikum
salam wr wb. Bu Siti , mari masuk bu".
"Maaf
pak haji mennganggu. Pak, mohon maaf
saya menganggu".
"Ada
apa bu Siti?.
"Begini
Pak mayat adik saya yang dikubur 2 hari lalu ternyata terbakar. Mohon
bantuannnya".
"Kok
bisa ya bu. Baiklah kalua memang begitu. Akan saya bantu bu. Bu Siti tahu dari
mana?.
"Adik
saya yang datang menjadi poconng pak. Ia ingin jasadnya dikubur denngann baik”.
"Ya saya mengerti. Pagi ini juga saya dan warga akan mennguburkannya kembali”.
"Terima
kasih Pak".
"Sama-sama
bu".
Tak lama haji Syukur menggerakkan
warga kampung untuk mengguburkan kembali, mayat Keribo. Para tetangga saling
bahu membahu membersihkan area kuburan dan memasukkan mayat Keribo dengan baik.
Tak ada lagi air kotor yang mengenangi lubang tanah yang dibuat. Semua nampak
normal dan lancar pengguburan kembali mayat Keribo yang membusuk , berisi
cacing putih yang telah keluar dari perutnya.
Siti terus menyaksikan makam Keribo,
adiknya yang telah dikubur dengan layak.
Para tetangga dan haji Syukur tersenyum lega setelah menyelesaikan
pekerjaan itu. Pocong Keribo, melihat jasadnya terkubur dengan baik ikut senang, walau kehadirannya tak dilihat
seorangpun. Selamat tinggal pocong Keribo, adikku doa kakak selalu menyertaimu.
Surabaya, 19 Agustus 2022
Hi.ii....
BalasHapusSerem.....
Biasa saja Bu
HapusPokok e cerita horor, Bu Panca Pakars lanjut Bu.
BalasHapusTerima kasih Pak
BalasHapus