TAK INGIN USAI SAMPAI DISINI


 

      Langit sore memerah, deburan ombak biru  mengalir pelan, seiring desiran angin menyapu  pasir putih di pinggir pantai.  Kuberdiri menatap takjub keindahan fenomena alam ciptaan Allah SWT.  Hari mulai gelap, tanda malampun kan tiba. rembulan dan jutaan bintang yang berwarna-warni menghiasi pesona angkasa yang luar biasa.

      Kunikmati suasana damai, berjalan  kaki sendiri memecahkan ombak-ombak kecil yang terus datang, bayangan  itu mulai datang menghampiriku , kenangan-kenangan indah yang tercipta bersama, serasa masih segar dalam ingatan, aku berdua dengan Romeo merajut  benang-benang  cinta, yang memenuhi isi hati. Jari tangan Romeo  yang menyentuh lembut, tangan kananku, sambil berbisik lirih, I  love you Aurel, more than you thought. Aku tersipu malu, dan mengangguk, merebahkan kepalaku di bahunya sambil berkata lirih, I Love U too, Romeo.

      Kenangan yang tetap kusimpan 6 bulan lalu, Romeo pemuda low profile, kedewasaannya sangat sempurna di mataku.  Andai aku mampu memutar waktu, kuingin selalu bersamanya, menyadarkannya bahwa akulah jodoh yang ia cari. Ingatanku yang terus menari-nari di dalam kepala, hati yang tersiksa menahan rindu, hubunganku dengannya bagai telur di ujung tanduk, dan lepas untuk selamanya.

      Hubunganku dulu begitu mesra, kehadiran Romeo  seperti obat, penyembuh  lembaraan luka lama, dari cinta sang mantan. Romeo masuk kedalam hati, menjahit kekecewaan, mengembalikan rasa percaya diriku, membangkitkan semangat hidup agar semakin berarti.

      Di bulan pertama  hubunganku dengan Romeo, masih belum sekuat di bulan ke 2, 3, 4, 5 dan 6. Perasaanku mulai berbicara ketika kasih sayang yang Romeo berikan, menggetarkan kehampaan diri. Budi pekerti Romeo sangat baik, aku terkesan padanya. Bagai tanaman yang sedang tumbuh, Romeo menyirami dan menghangatkan, membuatku tumbuh subur dan terawat. Aku mulai menerima cintannya, melebihi sang mantan yang lebih dulu membuka lembarann cinta sebelumnya.

       Mennginjak bulan ke 4, lembaran hidupku terasa indah seperti mimpi, Romeo seakan mengikat perasaanku sebagai satu-satunnya wanita di dunia. Akulah wanita yang beruntung dan bangga memilikinya. Romeo laki-laki romantis, memberi kejutan kecil  dan punya rasa sense of humor yang tinggi, aku terbuai di dunia yang penuh cinta dengannya.

       Di bulan kelima dan keenam,  cobaan yang menguji cinta Romeo dan aku, mulai goyah, dia  dijodohkan orang tuanya dengan rekan  bisnis, dan mengembangkan sayap  kemajuan perusahaan ayahnya , menikah dalam waktu dekat. Romeo menolak menikah, dirinya ingin menikahiku, cinta sejatinya. Pendapat yang bertentangan dengan orang tuannya,   membuat Sutisno, ayah Romeo marah besar. Sutisno, tak menganggap Romeo menjadi  anaknya jika tidak menurut, menikah dengan Santi, calon pilihan orang tuanya.

       Romeo tak punya pilihan lain, selain menuruti keputusan orang tuanya. Walau berat tapi tetap dilakukannya, termasuk harus melepaskanku , menikah dengan Santi, wanita yang belum dikenalnya. Tragisnya persiapan pernikahan hanya 3 minggu, bulan depan resepsi akan diaksanakan

       Sikap Romeo, menghadapi permasalahan itu, membuatnya  termenung dan menjadi pendiam. Romeo tak mengatakan apapun, ketika bertemu aku, sempat  aku bertanya-tanya merasakan perubahan sikapnya, yang tak biasa.

                   "Romeo, kamu sekarang kok berubah pendiam, ada apa?.

                   "Aku ndak pa pa">

                  "Bener?.

  Kutanya dengan serius, tapi jawabann Romeo hanya anggukan saja. Aku mulai merasa ada yang disembunyikan  oleh Romeo. Tapi aku diamkan dulu, takut Romeo salah paham denganku.

        Waktu berputar begitu cepat, 2 minggu aku merasakan kejanggalan yang tampak dari sikap Romeo yang menncurigakan. Diam-diam akupun mulai menyelidiki sendiri, mengunjungi rumah Romeo. 29 Juni 2022, jam 08.00 aku berangkat ke rumah Romeo, diantar sahabatku, Leni. Aku dan Leni  mengendarai Yamaha mio. Memakai jaket panjang dan kaca mata hitam. Laju sepeda montor tak terlalu kencang, Leni yang hafal alamat rumah Romeo.

      Tak sampai 15 menit, aku dan Leni telah sampai di depan pagar rumah Romeo, ada janur kuning melengkung indah, bingkai foto Romeo dan seorang gadis cantik saling berpelukan mesra, aku hanya melongo melihatnya, seperti mimpi.

      "Aduh Aurel, Romeo telah menikah".

     "Masak iya, aku tak diberitahu Romeo Lin".

     "Romeo tak ingin melukai dirimu Rel".

    “"Tidak Lin, itu mungkin adiknya Romeo"..

     "Rel, sadar kamu ya, Romeo telah menikah">

     "Tidak Lin, Romeo mencintai aku, tak mungkin dia menikah"..

     "Aurel, dia Romeomu. Kuatkan hatimu!,.

Kegalauan mulai menyerang hatiku, mataku berkaca-kaca melihat kejadian ini.

       "Katakan Lin, ini hanya mimpi".

       "Aurel, Romeo sudah menikah. Ini nyata Aurel"..

Lina menarik gas sepeda montor dengan cepat, menjauhi tempat itu. Kututup wajahku, rasa kekecewaan, gelisah, marah menjadi satu. Harapanku menjadikan Romeo, pendampingku kelak telah hancur. Romeo telah milik wanita lain, bukan aku. Rome aku tak mau hubungan kita usai, kembalilah Romeo, hati ini hanya untukmu.  

 

Surabaya. 3 Agustus 2022                                                                                            

                                                                                                                                                                       

 

                                                                                                                                                            “.                                                                                                                                                        

                                                                                                                                                           

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SANG PENDOSA

AYAH, MALAIKAT TAK BERSAYAP

IBU, SI PEMBUKA PINTU SURGA