KOPDAR KAMAR NO 119
Hari
Jumat, 21-Oktober-2022 adalah waktu yang kutunggu sejak sebulan lalu. menghadiri
Kopdar RVL di kota Jogja, ada keinginan yang besar untuk bertemu dan
berliterasi bersama teman-teman seprofesi yang tersebar luas senusantara. Tiket
naik KAI untuk dua orang, Dio, anakku pertama dan aku. Meski baru pertama pengalaman
naik kereta api, kuakui enjoy banget bersama Dio, yang selalu menghiburku, apalagi melihat
kanan kiri jendela penuh pemandangan hijau nan indah, tak menghabiskan waktu
lama, hanya 5 jam. Bernyanyi-nyanyi
dengan head set. Perjalananku lancar, bau wangi-wangian tercium di dalam
kereta, yang bersih dan ber Ac, cool.
Laju kereta api yang cukup cepat, hingga tiba sesuai jadwal, sekitar jam 13.30 sampai di stasiun Tugu Jogjakarta, aku berteriak keras, Jogja I am coming. Senyum di bibirku terus mengembang, Langkah kaki seakan mau terbang ingin cepat sampai dan bertemu dengan teman-teman, senangnya rasa ini.
Kuingin mendapatkan pengalaman
berliterasi, ilmu baru dalam menulis, dan berbagi informasi penting dari
penulis-penulis hebat. Kuyakin teman-temanku adalah orang-orang pilihan yang
dikirim Allah SWT untuk menularkan virus literasi memajukan negeri.
Setelah
30 menit aku dan Dio sampai di BBGP lokasi Kopdar RVL. Aku turun dan melihat
lokasi bangunan yang luas, hijaunya pepohonan rindang, seakan menyambut
kedatangan kami. Suasana pedesaan benar-benar tercermin dan asri di sana. Udara
yang bersih jauh dari polusi, membuat rasa nyaman tumbuh di hati, aku dan anakku
masuk dan mengambil kunci, yang diberi petugas kamar dengan nomer 119, terletak di
belakang .
Aku dan Dio cepat-cepat menuju kamar sambil
membawa tas besar berisi pakaian dan buku-buku
. Kulihat nomer kamar mulai 117, 118, dan 119, teryata di pojok sendiri. Membuka pintu dengan kunci yang masih
kupegang. Setelah terbuka, kulihat lampu
ruang yang remang-remang, membuat bulu kuduk berdiri, bau wangi melati tercium tajam
dari dalam kamar mandi, suara-suara lirih hi, hi, hi seperti kuntilanak
samar-samar kudengar.
Kamar no 119, yang kutempati seperti
berpenghuni, korden kamar tiba-tiba bergerak sendiri, seakan ada yang memainkannya
tanpa terlihat. Dio melihat kejadian itu berteriak.
"Mamak, itu apa mak, kordennya bergerak
sendiri mak".
"Hush diam Dio, mamak juga takut ?'
"Mak,
lihat di dekat pintu kamar mandi. Pocong mak".
"Jangan dilihat Dio, ayo sholat ashar biar
hati tenang".
Tanpa menggubris penampakan di pintu
kamar mandi aku dan Dio menjalankan sholat dan terus berdoa. Lima menit kemudian
terdengar suara daun pintu seperti dibanting seseorang, bruaaak!. Aku dan Dio
saling berpandangan, rasa takut mulai menggelayuti diri, Ya Allah lindungi
kami.
Lorong kamar yang sepi, seakan tak
berpenghuni. Setelah doa-doa yang kupanjatkan, membuat hati tenang,
menghilangkan rasa takut dan cemas. Semoga kopdar pembawa berkah, Ya Allah
hilangkan gangguan mahluk halus ini.
Doa-doa yang kupanjatkan terselip sebuah harapan, semoga RVL tetap awet dalam mencetak
penerus virus literasi. Terwujut Kopi darat ke dua, dengan strategi inovasi
menulis yang lebih baik, Bravo RVL!.
Padahal saya dari malam Jumat tidur sendiri di kamar no 16. Aman saja. Baru malam minggu dengan Bu Dian.
BalasHapusDik salah ambil kunci harusnya nomor 06. Bukan nomor 19
Nggeh Bu Kanjeng
HapusSaya kamar tetangga, 18.
BalasHapusAlhamdulillah.... Setiap mlm sampai kamar tinggal lelahnya. L angsung bluk.....
Nggeh Bu Mien
BalasHapus