WEWE GOMBEL


      Gerimis sore membasahi kampung Klonjot, gemercik air yang mengenangi jalan, membawa hawa dingin  masuk ke rumah warga. Aroma hujan membuat orang malas keluar rumah, memilih tiduran di kamar masing-masing. Jalanan sepi dan hujan semakin lebat, sampai tiba waktu malam. Petir putih yang nampak di langit menyambar-nyambar dengan kerasnya, menjatuhkan sesosok tubuh kurus terlihat tulang tengkorak dan  berambut panjang, orang-orang memanggilnya  Wewe Gombel. Tubuh Wewe Gombel jatuh terhempas di salah satu rumah warga, asap hitam mengepul tergulung-gulung, dan lenyap beberap detik  nampak penampakkan Wewe Gombel berdiri, kakinya tak menyentuh tanah tanpa berbusana, payudaranya besar dan memanjang sampai ke lutut bergerak sendiri, tengkorak wajahnya menyeramkan dengan lidah yang menjulur seperti anjing.  

            Wewe Gombel, penculik bayi yang keluar waktu magrib, untuk dimakan membuat dirinya mampu menjelma menjadi wanita cantik kembali. Darah bayi akan di hisapnya sampai habis, dan memakannya hidup-hidup, darah yang terjatuh di bawah dijilatinya sampai tak tersisa, hanya aroma amis yang menyebar kemana-mana. Jari dan giginya memerah kehitaman  yang runcing dan tajam seperti pisau mampu merobek kulit manusia. Wewe Gombel yang mampu bergerak secepat kilat, dan terbang membawa korbannya, dimakan di atas pohon kelapa.

            Kamis malam jumat dari atas pohon kelapa, Wewe Gombel mengawasi rumah pak Juli, yang mempunyai bayi  perempuan montok, berumur 2 bulan. Wewe menunggu saat yang tepat ketika bayi ditinggal sendiri oleh orang tuanya. akan langsung disambarnya. Menit demi menit yang menegangkanpun terjadi, bayi mulai tertidur pulas, jendela kamar terbuka, sinar lampu putih  yang terang, tanpa ada yang menunggunya. Kesempatan emas tak disia-siakan, Wewe Gombel yang terus menelan ludah, membayangkan kelezatan menyantap tubuh bayi si calon korbannya.

            Wewe Gombel, mendekati kamar si bayi, dan mengambilnya  dari kasur, tempat si bayi tidur. Wewe gombel terbang dan membawanya ke atas pohon. Haji Miun, yang melihat Wewe membawa bayi, terperangah dan membaca “Allahhu akbar”, sambil melempar tasbeh ke atas, tepat mengenai kepala Wewe gombel, yang masih membawa bayi di tangannya. Tasbeh berbentuk lafal Allah  membuat Wewe Gombel kesakitan jari-jarinya terbakar, bayi yang dibawanyapun  terjatuh, dan segera ditangkap oleh haji Miun.  Wewe Gombel berteriak marah dan menyerang haji Miun. Sebuah sinar keunguan keluar dari jari Wewe langsung menghantam tubuh haji Miun, yang terhuyung-huyung sambil memegang dadanya sebelah kiri. Wewe terus memberikan tendangan, tapi haji Miun telah memegang kaki Wewe, menarik dan melemparkannya  di semak-semak, braaak!. Wewe yang semakin marah tak tinggal diam, serangan yang membabi buta dilancarkan ke haji Miun.  Dengan membaca ayat-ayat Al Quran, haji Miun terus komat-kamit, dan keluarlah pertolongan Allah. Sinar putih yang menyelimuti tubuh melindungi haji Miun.  Wewe dihujani serangan putih dari tangan haji Miun, kelabakan juga. Rupanya Wewe   telah kehabisan tenaga, dia melarikan diri di lebatnya pepohonan. Haji Miun, melihat kondisi bayi yang masih tertidur, Alhamdulilah bisiknya dalam hati. Haji Miun membawa si bayi ke orang tuanya.   

Surabaya 27 Juni 2022

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BUKAN POCONG BIASA

BAKSO LIUR KUNTILANAK