MAHLUK BERPAKAIAN PUTIH, KUNTILANAK


 

Kuntilanak, perempuan  setan yang sering menganggu ketenangan manusia. Kehadirannya datang secara tiba-tiba dengan wajah yang menyeramkan. Pakaian putih yang panjang, dengan rambut yang menutupi wajahnya yang pucat, mata dan bibirnya selalu berdarah  mengerikan, dilihat dengan mata telanjang. Kuntilanak mampu trbang, dan hinggap dipohon area perkuburan, atau berdiri di samping  pohon, dengan suara ketawa cekikian, hi, hi, hi, hi.

        Tahun 2018, suasana puasa Ramadhan di rumahku. Sehabis sholat isya aku pergi ke belakang rumah, lantai atas untuk ke kamar mandi. Kubuka pintu belakang, pandanganku tertuju di gudang, yang biasanya kupakai untuk menjemur cucian baju. Ruang gudang pintunya selalu terbuka. Sinar lampu ruangan yang terang, buatku terbelalak dengan kehadiran mahluk setan berbaju putih, dengan rambut memanjang menutupi wajahnya. Kuntilanak berdiri di dekat mesin cuci, dengan tangannya yang terlihat runcing. Aku berjalan keluar pintu, ingin rasanya kudekati penampakan Kuntilanak, kuputuskan untuk masuk ke kamar mandi dulu.

            Setelah selesai di kamar mandi, aku berjalan menepi dan menoleh di ruang gudang, memastikan  Kuntilanak masih di situ atau sudah menghilang. Tepat kuberdiri di depan pintu gudang. Kulihat Kuntilanak telah tak  ada di dekat mesin cuci. Kemana Kuntilanak tadi ya?. Aku berpikir lagi.

            Kututup pintu belakang, tanpa curiga apa-apa. Kulewati kamar Dio< Astaga!. Kuntilanak berdiri menyamping kaca jendela.  Ampun Ya Allah, aku melihat pancaran wajahnya yang tersenyum menakutkan. Bibirnya berdarah meleleh darah segar  seolah menakutiku. Padahal jujur aku merinding juga melihatnya. Rambut panjangnya tersapu kipas angin dan terurai, nampak pundak dan punggungnya. Sorot matanya terbelalak terus mengawasiku. Perasaan dag-dig-dug ingin lari dan rasa takut yang berkecamuk membuatku segera melewati kamar anakku  Dio.  Belum semeter aku berjalan suara Kuntilanak terdengar.

            “Luki mau kemana Luk, hi, hi, hi”.

Tanpa menoleh lagi, aku sedikit berlari menuju kamar tidurku sendiri. Busyet, tanpa kubayangkan sebelumnya, Kuntilanak telah terbang melesat di atasku dan telah berdiri di depan pintu kamarku. Aku terperanjat melihat sosoknya, jari tangannya yang tajam meruncing seolah telah siap untuk mencekik leherku. Aku berhenti dan menatapnya. Ya Allah bantu aku.  Tanpa berpikir lagi, kumulai merafalkan ayat kursi sambil memejamkan mata.

            “Allahu la ila haila huwal hoyulhoyumm…….”

Suara lafal ayat kursi pertama kubacakan dengan keras. Di ayat kedua, sambil membaca, kubuka mataku, Ya Allah Kuntilanak, semakin mendekatiku hanya berjarak 1,3 di depanku.

            “La tak huduhus, sinatu wala naum. Lahu mafis samawati wama fil Ard”.

Kuberdiri sambil membaca  ayat ketiga dan keempat ayat kursi. Dan terdiam ketika mencium bau benda terbakar, bau gosong  dari hidungku. Ya Allah, aku melihat abu hitam dan bayangan Kuntilanak yang menutupi telinganya sambil merauh-raung kesakitan, satu meter di depanku. Sobekan kain putih kecil terjatuh tergeletak di sana. Masih dalam kondisi berdiri, aku melanjutkan membaca ayat kursi sampai selesai.

            “Puuaaanaas! Panas, ampuuuun”

Suara keras dan lantang tanpa sosok Kuntilanak, di depanku telah lenyap. Ada perasaan lega juga. Kuambil sobekan kain warna putih Kupegang, dan lenyap dari pandanganku. Wuiih seperti ini penampakan Kuntilanak. Memang tak  boleh takut menghadapi salah satu mahluk Allah ini. Kuncinya membaca ayat-ayat suci Al Quran,

            Jam di dinding menunjukkan 22.00 malam. Aku masuk kamar, tak lupa membaca doa sebelum tidur. Semoga mimpiku indah, tida ketemu Kuntilanak lagi, Amin amin amin YRA.

 

 

                                                    Profil Penulis 

Panca Lukitasari, lahir di Surabaya tanggal 28 Maret 1973. Mengikuti pendidikan dasar di SD Wonokusumo Jaya, lulus tahun 1981, dan kemudian dilanjutkan ke jenjang selanjutnya, yaitu di SMP Wachid Hasyim 1 dan lulus di tahun 1987. Kemudian melanjutkan di SMKKN jurusan busana di Kota Surabaya. Menyelesaikan studi tahun 1991. Dilanjutkan mengambil kuliah angkatan 1992 di IKIP PGRI Surabaya di Jurusan Bahasa Inggris S-1 lulus tahun 1997. Kemudian mengikuti Tes CPNS tahun 1998. Tahun 2007 mengikuti pendidikan S-2 Jurusan Teknologi Pembelajaran di Universitas Adi Buana Surabaya dan lulus di tahun 2009. Panca Lukamisari memulai karir sebagai penulis buku cerita horor pada tahun 2021. Mengikuti WA Virus literasi, dibawah kepemimpinan Bapak Moch. Khoiri. Sampai saat ini telah menelurkan 3 buku karangan pribadi dan  buku-buku antologi 


 


 

 

 



           

 

 


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SANG PENDOSA

AYAH, MALAIKAT TAK BERSAYAP

IBU, SI PEMBUKA PINTU SURGA