Pentigrap : DUNIA TAK SELEBAR DAUN KELOR

 

 

      Dedaunan hijau  dan bunga bermekaran di pagi hari, tercium segar dan wangi. Mentari telah menunjukkan keelokkan sinarnya, udara sekitar seakan menyapaku dengan indahya. Hari ini adalah hari yang kutunggu-tunggu, pacar idamanku mas Anas akan mengajakku jalan-jalan  jam 08.00 tepat  di taman Bunkul . Mas  Anas, mahasiswa sastra Inggris di Unesa Surabaya, semester akhir, lagi repot-repotnya menyusun tugs akhir skripsi. Sedang aku masih kuliah di Unmuh (Universitas Muhamadiyah Surabaya) semester 2. Jam telah menunjukkan 08.10 , aku harap-harap cemas, mas Anas belum kelihatan batang hidungnya. Aku sudah dandan secantik mungkin, takut bedakku mulai luntur kena tetesan keringat yang keluar dari sela-sela rambutku. Jam terus berputar sampai 09.45 mas Anas belum datang juga. Aku mulai kesal dan uring-uringan, kemana mas Anas ini?’ Moodku yang lagi senang berubah jadi dongkol dan kecewa berat sama pacarku ini. Tak lama kumendengar suara montor mas Anas yang baru sampai rumahku. Mas Anas turun dari sepedanya dan memasuki rumahku. Busyet, datang bersama gadis cantik.  Aku menyambut mas Anas dengan senyumku yang manyun..

      Mas Anas dan teman perempuannya yang cantik, yang dikenalkan padaku bernama Dinda, ternyata adalah calon tunangannya.  Ada rasa penyesalan yang mas Anas tampakkan lewat suara dan kesedihan di wajahnya. Aku menatap mas Anas dalam-dalam dan tak tahu harus bicara apa . Semua harapanku telah musnah, seiring cintaku padanya.  Air mataku mulai membanjiri kedua pipiku. Mas Anas hanya bisa tertunduk dan meminta maaf padaku.  Dinda merengek dan meminta pulang, kelihatan sekali Dinda tak menyukaiku. Mas Anas, kenapa kau beri aku luka.

     Aku hanya diam dan menangisi kepergian mas Anas dan Dinda. Hatiku rasanya sakit menelan pahitnya cinta. Kenapa mas Anas harus berbohong jika telah punya pasangan. Kenapa aku harus bertemu laki-laki seperti ini. Tahu seperti ini tak   akan kuberikan ketulusan hatiku. Tapi biarlah, aku tak jadi cinta dengannya. Laki-laki di dunia ini kan banyak, dunia tak selebar daun kelor kok.

Surabaya, 21 Apeil 2022


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SANG PENDOSA

AYAH, MALAIKAT TAK BERSAYAP

IBU, SI PEMBUKA PINTU SURGA