KEPADA HATI

 

    Kepada hati, mutiara kecil tepat di bawah diafragma di sisi kanan. Hati organ sensitive manusia, bernilai tinggi sebagai pancaran sikap seseorang yang tergantung pada hati yang dimiliki. Hati yang jahat atau baik melukiskan kualitas jiwa manusia. Hati baik diperoleh melalui  proses kemuliaan yang  selalu dipupuk dan disirami dengan cinta amalam-amalan kebaikan, perasaan tulus dan iklas sebagai pondasi di dalamnya. Sebaliknya hati jahat didapat dari riak-riak kedengkian, nafsu tidak baik yang terus berbicara, selalu menang sendiri menyebarkan kebencian dan  menjadi pendosa selama di dunia. 

        Kepada hati baik, yang mendorong seseorang mengasihi sesamanya dengan  rasa tulus, tanpa pamrih, tak lagi berharap orang yang dibantunya melakukam kebaikan yang sama seperti yang dilakukan. Tak banyak orang yang mampu melakukannya, hanya segelintir saja orang-orang berhati mulia, hanya mengharap keridhoaan Allah SWT, yang maha segala-galanya, penerang  hidup yang beriman kuat, tak tertandingi. 

        Kepada hati ini, yang berbisik pelan, memintaku untuk selalu bersabar, menjalani keseharian dengan senyum berkembang. Ketika cinta itu datang, bunga-bunga bermekaran, rasa memiliki yang hebat terus membayangi, membuat  percaya diriku semakin inggi, merasakan  cinta sepenuhnya,  dedaunan merindu bersemi indah. Kasih sayang dan perhatian yang melimpah dari belahan hati, yang kini memelukku erat, bagai tak pernah terpisah  dengan kehangatan tubuh yang dimilikinya, Rusdi nama yang tak asing dalam pikiran dan hatiku. 

        Panasnya terik matahari seolah berada tepat di atas kepala, aku berjalan cepat menuju halte bis, untungnya tak butuh waktu lama, sebuah bis jurusan Darmo lewat, kulambaikan tanganku memberi tanda bis  untuk berhenti dan naik kedalamnya. Kududuk di kursi kosong melihat jalanan lumayan ramai pengendara bermotor, untungnya kurang dari 15 menit aku turun ke jalan Cokroaminoto, perpustakan ITS British Council di lantai 3. Kartu member gold yang berada dalam dompet kutunjukkan pada petugas pintu masuk , dan aku  diperkenankan    memasuki  ruang lobby yang bersuhu dingin dan nyaman . Di ruang lobby tak sengaja kutatap wajah yang tak asing, Rusdi bersama Lely sahabatku, ada apa mereka duduk berdekatan, aku cemburu.  Tangan Rusdi memeluk erat bahu Lely dengan erat , wajah Rusdi dan Lely saling dekat dan berciuman, sengaja duduk memojok, sambil mengobrol menggunakan Bahasa Inggris. 

       Terkejut dan marah melihat hubungan  Rusdi pacarku dan Lely,yang baru kuketahui sekarang,   kedua perasaam itu terus perang dalam hati. Aku cepat-cepat bersembunyi agar tak terlihat mereka. Kuintap dari jendela kaca depan, Rusdi memegang tangan Lely dan menciumnya, Lely yang diam tertunduk malu meresapi kasih Rusdi, aku tertegun melihat pemandangan ini, bagaimana bisa Rusdi bersikap lebih dari teman pada Lely? Dia tahu Lely adalah sahabatku di kampus yang sama. Kuambil Hp, mencoba menghubungi Rusdi. 

“Rusdi, kamu dimana?.

“Hai Rina, aku lagi di rumah, memandang fotomu. Kamu cantik sekali”. 

“Gombal, rayuanmu maut Rusdi”. 

“Aku serius Rin, I only have U in my live”. 

“ Bener? Rusdi coba tengok jendela sebelah kananmu”.

      Tangan Rusdi myang asih mengelayuti pinggang langsing Lely sambal bicara lewat telpon denganku, tiba-tiba menengok ke kanan jendela, melihat diriku yang berdiri di depannya. Menyaksikan adegan yang tak layak antara  Rusdi dan Lely kugoyangkan tanganku dan bergegas melangkah pergi. Rusdi melihat kehadiranku, kaget setengah mati, segera melepaskan pelukan Lely dan berlari mengejarku. Aku menghindar dan masuk di lantai 2 kamar mandi laki-laki,  bersembunyi didalamnya. Rusdi yang terus mengejar kehilangan jejakku. 

“Rina, kamu kemana Rin, tolong dengarkan aku Rin”. 

“Rina kamu kemana Rin”.

Rusdi, mengambil hpnya dari kantong celana mencoba menghubungi, tak kalah cepat dengan Rusdi, kumatikan power hp. Rusdi terus menghubungiku, tapi tak bisa. Dia lalu berjalan menaiki tangga lantai 3. Melihat situasi aman, aku keluar dari kamar mandi, dan langsung pulang. 

Aku seperti menelan pil yam sangat pahit, menemui kejadiab seperti tadi, mengapa harus Lely, sahabatku. Rusdi, laki-laki yang sudah kuanggap pasangan yang ideal, ternyata kebaikannya hanya isapan jempol seemata. Hatiku terasa panas, masih tak percaya dan berusaha tenang. Air mata yang mulai mengenangi kedua mataku, Ya Allah mengapa aku harus mencintai pada orang yang salah. 

Langit memerah, pertanda sore hari telah tiba, kubaringkan tubuh dan melampiaskan semua  kemarahan, aku berteriak sendiri dan menangis sejadi-jadinya. Untuk kedua kali ini, aku merasa dikecewakan dengan laki-laki yang tak setia. Aku tenggelam  dengan air mata kesedihan. Di pintu kamar, tiba-tiba kudengar suara ibu, mengetuk pintu. 

"Rina, Rin ada Rusdi yang menunggumu di ruang tamu”. 

"Ibu, tolong bilang ke Rusdi aku tak ingin menemuinya hari ini".

"Kamu kenapa Rin, mengapa sikapmu hari ini aneh?

"Bu, aku ingin sendiri, tolong jangan bertanya lagi". 

"Baik Rin".

Ibu meninggalkanku dan menjelaskan ke Rusdi.Tanpa pikir panjang  kukunci pintu kamar dan kembali memeluk bantal,  Rasa hati ini terbawa emosi melihat kedekatan Rusdi dan Lely. Jangan-jangan mereka berpacaran di belakangku. 

      Esok hari langit yang nampak mendung, angin yang membesar membuat hujan turun dengan derasnya. Kumenatap air hujan yang terus jatuh melewati jendela kamar. Pagi ini masalah harus kuselesaikan, tak mampu membiarkan cinta yang tak setia ini terjadi, aku harus bangkit, menjadi diriku untuk lebih tegar dan kuat. Kulihat di hp di atas meja, kubuka whatsapp ternyata ada 3 sms  dan 10 panggilan tal terjawab dari Rusdi dan Lely. Saatnya  aku harus memberi pelajaran agar Rusdi dan Lely agar tak mengulang perbuatannya lagi. 

        Setelah hujan reda, kulangkahkan kakiku pergi melewati jalanan becek dan kubangan air yang memenuhi pekarangan rumah. Sopir mobil  gojek yang sudah menunggu  siap mengantarku menemui Rusdi dan Lely di taman mundu. Tepat jam 09.00 pagi, aku sudah berdiri di halaman taman. Kulihat Rusdi dan Lely datang mendekatiku. "Rin, aku dan Rusdi  tak ada hubungan apa-apa lho". 

"Benar Rin, aku dan Lely hanya teman".

"Kalian pikir aku percaya? Aku tak sebodoh itu!.

"Percayalah Rin, aku berani sumpah".

"Makan itu sumpahmu, Rusdi. Kita putus"

"Rin jangan!. Maafin aku, janji tak mengulanginya Rin". 

"Iya Rin, maafin aku ya".

"Lely, sahabat macam apa kamu ini". 

"Ini yang terakhir Rin". 

"Aku tak perduli dengan kalian".

      Aku melangkah pergi, menjauhi Rusdi dan Lely yang menatapku dengan pandangan kosong,  semua telah berakhir, biarlah Rusdi memiliki Lely , inilah keputusan terakhirku. Aku kembali pulang dan masuk kamar, hatiku terasa remuk kenyataan tak  seindah harapan. Inginku mengapus kenangan indah yang pernah terjalin. Lukaku semakin peruh. 

        Kepada hatiku, yang menelan kekecewaan kepahitan kisah bercinta untuk kesekian kalinya, ketegaran menghadapi semua yang terjadi dengan senyum di bibir. Kepada hati, yang telah dimiliki oleh orang yang salah, tak akan menyurutkan semangat mencapai masa depam. 























Komentar

  1. Kepala hari yang akan selalu dijaga.
    Makin keren saja cerpennya

    BalasHapus
  2. Siip Keren Bu Lukita Cerpennya ada Ulasan ttg Hati. Lanjut

    BalasHapus
  3. Terima kasih Pak inin dan Bu Kanjeng BW nya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SANG PENDOSA

AYAH, MALAIKAT TAK BERSAYAP

IBU, SI PEMBUKA PINTU SURGA