MEMAJUKKAN SOLIDARITAS ANTAR WARGA SEKOLAH PADA KEGIATAN EKSTRA PRAMUKA SMPN 31 SURABAYA

-

 



        Pramuka, pramuka, pramuka prajamuda karana, salam pramuka. Segelumit kisah memajukan solidaritas antar warga sekolah melalui kegiatan pramuka, di SMPN 31 Surabaya Tepat hari Jumat, 09 September 2022, jam 06.30  rutinitas kegiatan ekstra pramuka lomba memasak nasi goreng di lapangan luas depan kantor guru. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh siswa-siswi kelas 8, pada jam ke 1 sampai jam ke 3. Tampak siswa yang menganggkat barang-barang yang dibawanya dari lantai 3 ke bawah. Persiapan memasak  yang dilakukan siswa kelas 8, telah diatur sedemikian rupa, dengan harapan yang tinggi, memenangkan kegiatan lomba memasak  dengan hasil maksimal.

Perwakilan tiap-tiap kelas mulai  A sampai K beserta  pembagian tugasnya masing-masing , ada yang membawa panci, kompor tabung kecil elpiji dan peralatan makan. Ini dilakukan agar para siswa terlatih untuk melakukan solidaritas kerja sama dan bertanggung jawab dengan pekerjaannya. memulai menyiapkan bahan dan peralatan masak. Tiap kelas meletakkan meja di lapangan beserta kelas lain, mencari  tempat yang strategis  untuk memulai kegiatan memasak dengan duransi waktu 30 menit.

      Perwakilan tiap kelas dengan jumlah antara 5-10 siswa-siswi, mereka saling bahu membahu, menyiapkan peralatan memasak, bumbu  masakan, telur, nasi  dan garnis, penghias tampilan nasi goreng, menu yang disajikan. Kesibukan para siswa yang didominasi oleh siswi perempuan  dalam mengikuti lomba, jelas terlihat di lapangan terbuka SMPN 31 Surabaya.   

Kreatifitas siswa-siswi dalam memasak nasi goreng  yang telah  diracik dengan bumbu-bumbu khas masing-masing, yang telah dibawa dari rumah. Peralatan masak seperti wajan, panci, teko, dan peralatan makan tak lupa dibawa dan  tertata rapi  di masing-masing meja. Memasak  nasi goreng yang istimewa, rasanya tak kalah dengan penjual nasi goreng pada umumnya. 

Penyajian nasi goreng yang tertata cantik, garnis-garnis seperti tomat, timun, yang dipotong tipis-tipis menghiasi penyajian nasi goreng prima, membangkitkan selera makan, apalagi ditambah topping telur dan sosis goreng, membuat tampilannya istimewa , luar biasa!. Rasa nasi goreng yang telah dimasak ada beberapa keunikan. Pertama ada nasi goreng keasinan, sangat pedas. Kedua da juga nasi goreng rasa pedas saja, tanpa rasa yang lain (kurang asin), parahnya, nasi goreng super pedas, puluhan cabe yang menghias tampilannya,  jadi takut untuk menyantapnya, memang nano-nano rasanya.

      Setelah selesai memasak dilanjutkan pada proses penilaian. Penilaiaan dilakukan oleh kakak-kakak pembina pramuka yang mendatangi meja-meja peserta lomba , dan langsung dinilai dengan memakan sesendok  nasi goreng tiap peserta lomba. Pemenang lomba adalah nasi goreng yang memenuhi kualifikasi tim juri dengan sajian menarik dan rasa yang super enak. Mau dong, ngincip.

      Proses penilaian lomba nasi goreng tak memakan waktu lama, hanya 15 menit saja, telah selesai. Siswa-siswa segera membawa nasi goreng buatan mereka ke wali kelas masing-masing. Mereka meminta wali kelasnya memberi apresiasi rasa nasi goreng yang dimasak. Tak lupa seluruh warga sekolah mendapatkan bagian sepiring nasi goreng dari hasil masakan siswa-siswa. Sederhana tapi mendidik solidaritas peduli sesama, adalah salah satu silai positif pada kegiatan lomba memasak ini.

Bel sekolah terlah berbunyi 3X, tanda pergantian jam ke 3 dimulai, para siswa mengemasi barang-barang yang dibawanya, untuk diletakkan di kelas masing-masing. Sebagian siswa ada yang menyapu dan mengepel lapangan sekolah agar bersih tak ada kotoran yang menempel di lantai lapangan. Sampah kertas dari masing-masing kelas  juga telah dibersihkan, dan dikumpulkan, dibuang ditempat pembuangan sampah yang terletak tak jauh dari ruang satpam.

            Semangat Siswa-siswi kelas 8, patut diacungi jempol. Mereka rela berpanas-panasan di tengah terik matahari, mengikuti aktivitas lomba memasak nasi goreng pada kegiatan pramuka. Siswa SMPN 31 Surabaya memang bravo!. 

Suraabaya, 09 September 2022





Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SANG PENDOSA

-
Gambar
          S enja memerah, pertanda sore beranjak malam, gundukan tanah di makam  yang baru nampak di permukaan, aroma bunga melati masih semerbak, kelopak  bunga mawar  merah dan melati yang layu  mengering di atasnya. TPU Rawan Sangit, menyimpan rahasia pembunuhan atas seorang wanita malang, yang ditemukan mati  tragis di pinggir sungai Lajuan, Surabaya timur, dengan kondisi kaki yang diikat tali rafia, bekas jeratan berwarna merah kehitaman tampak di sekitar  leher, lidahnya menjulur panjang, matanya meloitot seperti melihat kekejaman pelaku yang telah  membunuhnya dengan sadis. Kulitnya yang putis mulus semasa hidup, kini tak utuh banyak bekas  luka gigitan, jenasah Serunii terbujur kaku, mengundang tanya, pada setiap orang-orang yang mengevakuasinya. Beberapa polisi berdatangan mengamankan tempat kejadian, memangil mobil ambulan untuk divisum , menanyai beberapa saksi yang melihat kejadian pertama kali, dan memasang garis polisi di sekitar tempat itu. Tiga anjing pelacak menyebar m
Baca selengkapnya

AYAH, MALAIKAT TAK BERSAYAP

-
Gambar
  “Bubur ketan  hitam” teriak pak tua, menjinjing dua bakulnya yang berat tergantung di pundaknya, menelusuri gang kecil, menunggu pembeli memanggilnya.  Pak tua, terus berjalan melewati jalan setapak area persawahan, 500 meter dan mendengar teriakan seseorang. “Pak, saya beli buburnya, masih hangatkan?”. “Ya, Pak”. Pak tua menghentikan langkahnya, dan duduk di kursi kecil, mulai mengisi mangkok besar dengan bubur ketan hitam. Tekstur bubur yang mengental dan tercium bau wangi pandan santan yang dituangkan. "Hmm aromanya enak nih". "Alhamdulilah, ini buburnya". "Berapa uangnya?". "Rp 5000,00". "Terima kasih".       Sambil tersenyum ramah, pak tua meninggalkan tempat itu, dan melanjutkan berjualan di Pasar Gembong Jombang. Pak tua berjalan sampai di tempat mangkal menjajakan ketan hitam. Pak tua, orang-orang yang biasanya memanggilnya, mempunyai nama asli, Kasmojo. Beliau adalah ayahku. Seorang ayah yang berjiwa besar,
Baca selengkapnya

IBU, SI PEMBUKA PINTU SURGA

-
Gambar
  Sutini, alias bu Tini nama panggilan ibuku sehari-hari, seorang ibu rumah tangga yang telah ditinggal pergi oleh bapak, 20 tahun yang lalu. Ibu, wanita yang tegas, berprinsip dan kuat, sangat berperan dalam keluarga. Ibuku sekaligus ayah, tangan-tangan lembutnya yang mampu mengangkat dan menyelesaikan masalah yang pelik, mendamaikan rasa keluarga menjadi nyaman dan rukun bersaudara. Aku sendiri Rodiyah,   dan 2 adikku Tobi dan Marlena. Keseharian ibu, jualan pisang rebus, di Pasar Senin yang letaknya tak jauh dari rumah kami. Ibu, mendapatkan pisang rebus dari hasil panen kebun belakang rumah. Kebun yang tak luas, penataan tanah dan menjaga kesuburan   yang bagus membuat pohon-pohon tumbuh sangat   subur.   Ibuku sangat menjaga ibadahnya, ibu adalah imam keluarga.   Mulai terdengar adzan   ibu segera melakukan sholat khusuk, berjamaah bersama ketiga anaknya, di imami oleh Tobi. Baik sholat fardhu maupun sholat malam, tanpa absen satu haripun.   Kedua tangan   ibu yang keriput, mene
Baca selengkapnya