RESENSI , CATATAN CORONA BU KANJENG

-

 


RESENSI , CATATAN CORONA BU KANJENG

Oleh : Panca Lukitasari



1.Identitas buku

Judul buku                  : Catatan Corona Bu Kanjeng

Pengarang                   : Sri Sugiastuti

Penerbit                       : Lekeisha

Tahun Terbit                : 2020

Jumlah Halaman          : 181  halaman

2. Pembuka resensi

Kumpulan cerpen Covid 19 yang menggetarkan, menggalaukan dan meresahkan bangsa-bangsa di dunia. Siapapun terpaksa harus tunduk  pada si covid 19 untuk dapat tehindarkan dari ancaman kematian , Tapi beda dengan kecemasan seorang Penulis tetap menulis bahkan tentang  Covid 19 semakin menarik.

3.Jenis Buku

 Pada buku Catatan Corona Bu Kanjeng merupakan cerita nonfiksi , para penulis dalam buku ini  mengisahkan  pengaruh  dunia sedang menghadapi masalah besar. Berawal dari munculnya suatu wabah penyakit yang disebabkan oleh virus, yaitu virus corona yang akrab disebut Covid 19, hampir semua aspek kehidupan mengalami perubahan-perubahan yang semakin hari semakin mengkhawatirkan, mendebarkan seluruh isi dunia, dari sudut pandang para penulis.

 4.Keunggulan Isi Buku

a. Organisasi Buku :

       Pengalaman-pengalaman pribadi  yang terjadi selama covid 19 menyerang kehidupan sosial, Dalam buku ini antara satu  peristiwa dengan peristiwa lainnya terdapat keterkaitan sehingga mampu menarik pembaca untuk membacaya

b. Isi Buku :

          Dilihat dari isinya ceritanya sangat unik, menarik sehingga layak untuk dibaca.

c. Bahasa :

          Dilihat dari segi bahasa yang digunakan pengarang sederhana, akan tetapi memikat. Kalimat-          kalimat dalam paragraf disusun secara runtut sehingga mudah dipahami.

 

Komentar

  1. Guru Blogger Indonesia6 Desember 2022 pukul 18.05

    jadi ingat ketika omjay kena covid-19, hehehe

    BalasHapus
  2. Supardi Harun Ar Rasyid6 Desember 2022 pukul 18.12

    Betul Bu, selama covid malah saya produktif bisa menulis setiap hari, karena ada di rumah. Sekarang harus mencari waktu untuk menulis.

    BalasHapus
  3. Mien Sumintarsih6 Desember 2022 pukul 18.18

    Benar, corona telah menyisakan banyak luka, tetapi corona juga telah melahirkan banyak penulis, pujangga, dan kreator lainnya.

    BalasHapus
  4. Milla Efendy6 Desember 2022 pukul 19.05

    Mantul Bu panca
    Hikmah adanya covid juga Bu panca sangat produktif
    Semoga semakin sukses Bu panca

    BalasHapus
  5. Mimin7 Desember 2022 pukul 02.12

    Corona membuat derita, tetapi hikmahnya luar biasa. Menjadi cerita dalam karya. Seperti tulisan ini. Mantap, bukunya! Mantap pula resensinya! Terimakasih!

    BalasHapus
  6. Cakinin7 Desember 2022 pukul 18.30

    Mantab

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SANG PENDOSA

-
Gambar
          S enja memerah, pertanda sore beranjak malam, gundukan tanah di makam  yang baru nampak di permukaan, aroma bunga melati masih semerbak, kelopak  bunga mawar  merah dan melati yang layu  mengering di atasnya. TPU Rawan Sangit, menyimpan rahasia pembunuhan atas seorang wanita malang, yang ditemukan mati  tragis di pinggir sungai Lajuan, Surabaya timur, dengan kondisi kaki yang diikat tali rafia, bekas jeratan berwarna merah kehitaman tampak di sekitar  leher, lidahnya menjulur panjang, matanya meloitot seperti melihat kekejaman pelaku yang telah  membunuhnya dengan sadis. Kulitnya yang putis mulus semasa hidup, kini tak utuh banyak bekas  luka gigitan, jenasah Serunii terbujur kaku, mengundang tanya, pada setiap orang-orang yang mengevakuasinya. Beberapa polisi berdatangan mengamankan tempat kejadian, memangil mobil ambulan untuk divisum , menanyai beberapa saksi yang melihat kejadian pertama kali, dan memasang garis polisi di sekitar tempat itu. Tiga anjing pelacak menyebar m
Baca selengkapnya

AYAH, MALAIKAT TAK BERSAYAP

-
Gambar
  “Bubur ketan  hitam” teriak pak tua, menjinjing dua bakulnya yang berat tergantung di pundaknya, menelusuri gang kecil, menunggu pembeli memanggilnya.  Pak tua, terus berjalan melewati jalan setapak area persawahan, 500 meter dan mendengar teriakan seseorang. “Pak, saya beli buburnya, masih hangatkan?”. “Ya, Pak”. Pak tua menghentikan langkahnya, dan duduk di kursi kecil, mulai mengisi mangkok besar dengan bubur ketan hitam. Tekstur bubur yang mengental dan tercium bau wangi pandan santan yang dituangkan. "Hmm aromanya enak nih". "Alhamdulilah, ini buburnya". "Berapa uangnya?". "Rp 5000,00". "Terima kasih".       Sambil tersenyum ramah, pak tua meninggalkan tempat itu, dan melanjutkan berjualan di Pasar Gembong Jombang. Pak tua berjalan sampai di tempat mangkal menjajakan ketan hitam. Pak tua, orang-orang yang biasanya memanggilnya, mempunyai nama asli, Kasmojo. Beliau adalah ayahku. Seorang ayah yang berjiwa besar,
Baca selengkapnya

IBU, SI PEMBUKA PINTU SURGA

-
Gambar
  Sutini, alias bu Tini nama panggilan ibuku sehari-hari, seorang ibu rumah tangga yang telah ditinggal pergi oleh bapak, 20 tahun yang lalu. Ibu, wanita yang tegas, berprinsip dan kuat, sangat berperan dalam keluarga. Ibuku sekaligus ayah, tangan-tangan lembutnya yang mampu mengangkat dan menyelesaikan masalah yang pelik, mendamaikan rasa keluarga menjadi nyaman dan rukun bersaudara. Aku sendiri Rodiyah,   dan 2 adikku Tobi dan Marlena. Keseharian ibu, jualan pisang rebus, di Pasar Senin yang letaknya tak jauh dari rumah kami. Ibu, mendapatkan pisang rebus dari hasil panen kebun belakang rumah. Kebun yang tak luas, penataan tanah dan menjaga kesuburan   yang bagus membuat pohon-pohon tumbuh sangat   subur.   Ibuku sangat menjaga ibadahnya, ibu adalah imam keluarga.   Mulai terdengar adzan   ibu segera melakukan sholat khusuk, berjamaah bersama ketiga anaknya, di imami oleh Tobi. Baik sholat fardhu maupun sholat malam, tanpa absen satu haripun.   Kedua tangan   ibu yang keriput, mene
Baca selengkapnya