AJI PELET TALI SUKMO 2
Lampu
kamar Rodiyah berkedip-kedip, tanda jin telah memasuki dan meracuni indra
penciuman Rodiyah. Bubuk pelet tali kusumo sebagian besar telah masuk dalam
pernafasan Rodiyah. Seperti mendapat mimpi buruk Rodiyah terbangun dan batuk-batuk beberapa kali.
Rodiyah terduduk lemas, nafasnya terasa berat , matanya memandang sesosok
mahluk berbulu yang mengerikan, terbang ke langit-langit atap rumahnya.
Sejenak
Rodiyah diam dan menenangkan dirinya, apa yang dilihatnya barusan membuat
hati tak tenang . Rodiyah beranjak dari tempat tidur, ingin mengambil minum
di ruang tengah. Rodiyah membuka pintu
kamarnya, nampak mahluk berbaju putih
pocong, telah berdiri di depan, dengan sorot mata berwarna merah menyala,
bibirnya hitam memandang Rodiyah.
“Astaufirlloh hal Adhim, Ya Alloh.
Rodiyah
tersentak kaget dan menghempaskan daun pintu kamarnya keras-keras. Bruaaak!.
Rodiyah menutup wajah ketakutan dan berlari menuju tempat tidurnya. Belum
sampai di tempat tidur dua mahluk pocong
telah berdiri dan melompat mendekati Rodiyah dengan cepat. Rodiyah terkejut dan
berlari menjauh menuju kamar orang
tuanya, yang tak terkunci. Nafas Rodiyah berdetak kencang, peluhnya kelur dari
balik rambut kepalanya.
“Ayaaaaah, ibu !! ayaaaaah”.
“ Rodiyah, kenapa kamu nak?”
“Ayaaah, di kamarku ada pocong yah. Ibuu aku takut”.
“Mana pocongnya Rodiya? Ayah tak melihat apa-apa”.
Penasaran ayah Rodiyah,
melangkah keluar kamar dan mnyalakan lampu kamar Rodiyah. Kondisi kamat
Rodiyah, bersih tak tampak aneh di kamar. Sudut-sudut kamar tampak seperti biasa.
“Bismillah hirohman hi rohim “.
Ayah Rodiyah mengawasi
kamar dan melangkah pergi meninggalkan
tempat itu, dengan hati cemas. Siapa gerangan yang menakuti Rodiyah, pikirnya.
“Rodiyah, ayah tak melihat hal yang aneh di
kamarmu nak”.
“Ayah, ibu aku tadi melihat pocong-pocong itu,
sungguh!.
“Malam ini kamu tidur sama ibu dan ayah ya nak”.
”Baik bu”.
Rodiyah memeluk tubuh
ibunya, dan memejamkan matanya, melanjutkan tidurnya yang terganggu. Suhu AC yang dingin membuatnya tertidur pulas.
Suara adzan shubuh berkumandang dengan
keras, membuyarkan mimnpi-mimpi indahnya. Rodiyah terbangun dan memegang kepalanya
yang terasa sakit. Dia memandang
sekelilingnya, Ayah -ibunya telah beranjak melakukan sholat shubuh berjamaah.
Rodiyah memejamkan matanya, entah apa
yang membuatnya teringat wajah Broto, tetangga sebelah rumahnya. Bayangan wajah Broto, membuat hati Rodiyah pelan-pelan merindukannya. Kaki dan tangan Rodiyah terasa berat melakukan
sholat shubuh.
“Rodiyah, kenapa masih tidur? Biasanya sudah
sholat shubuh”.
“Bu, kepalaku pusing, aku masih ingin tidur bu”.
Ibu Rodiyah mendekatkan
tangannya menyentuh dahi Rodiyah yang terasa panas suhunya.
“ Rodiyah, kamu istirahat dulu saja, kelihatannya
kamu demam nak”.
“Iya Bu”.
Rodiyah memejamkan
matanya dan tertidur. Mata Rodiyah seolah berat, dan kembali memejamkannya , sangat
mengantuk. Di dalam mimpi wajah Broto tersenyum mendekatinya, dan perlahan
memeluk Rodiyah dengan mesranya, mencium dan mengelus rambut indahnya Rodiyah. Broto memegang erat
tangan Rodiyah dan menciumnya. Rodiyah tak tinggal diam, kepalanya disandarkan
di bahu Broto. Rodiyah dan Broto seolah menjadi sepasang kekasih yang saling
memadu cinta. Broto kembali mencium
kening Rodiyah, dan menjanjikan kebahagiaan hidup dengannya. Rodiyah terdiam dan tertunduk malu. Cahaya
berkilau membuat tubuh Broto menghilang.
“Mas Broto, mas jangan tinggalkan aku mas”
Suara Rodiyah terus
memanggil nama Broto, terdengar sampai
ke ibunya.
“Rodiyah, Rodiyah kamu kenapa nak. Kamu memanggil
Broto”.
“Ibu, bu
kemana mas Broto bu?.
“Hush
, Broto kan sudah menikah dan punya 5
anak?. Apa kamu menggigau nak?.
“Bu,
mana mas Broto bu, panggilkan kesini bu”
“Rodiyah,
lihat ibu. Apa kah kamu serius ingin menemui Broto nak”.
“Iya
bu. Panggilkan mas Broto Bu”.
Ibu Rodiyah, bingung tak
karuan, melihat kondisi anaknya. Diapun berlari menemui Broto. Di depan rumah,
terlihat istri Broto yang lagi menyapu halaman depan rumah.
“Maaf bu, apa Pak Broto ada?’
“
Iya bu, sebentar saya panggilkan. Pa, Pa Pa ada ibunya Rodiyah, kesini “.
“Iya ma ada apa?’.
“Ini ibunya Rodiyah, mencarimu”.
“ Ya bu ada apa?”
“Pak Broto, tolong ke rumah saya sekarang.
Rodiyah, tolong”
“Iya bu”.
Senyum kemenagan di wajah
Broto, terlihat jelas. Dengan langkah pasti Broto memasuki kamar tidur Rodiyah.
Di kamar tidur Rodiyah yang masih demam,
terus memanggil nama Broto.
“Rodiyaah, ini aku Broto Rodiyah”.
Rodiyah, terbangun dan
melihat wajah Broto. Pandangannya sayu, dan memeluk tubuh Broto.
“Mas Broto jangan jauh-jauh dariku mas”.
“Memang aku kemana Rodiyah.”
Aroma wangi tubuh Rodiyah
tercium Broto, di dekatkan dadanya menerima pelukan Rodiya yang hangat.(Bersambung)
Makin penasaran
BalasHapusTerima kasih om jay
Hapus