PENAMPAKAN DI JEMBATAN GANTUNG


        Bulan purnama yang elok menampakkan sinarnya yang teduh, menggiringi hari mengginjak malam. Suasana sunyi, hanya suara tokek bersautan di balik rerumputan. Jembatan gantung ini  jauh dari kebisingan jalan raya.

       Hari ini kamis malam jumat, seperti biasa sehabis kerja aku melewati jembatan gantung, satu-satunya jalan  alternatif yang menghubungkan TPU Sadar rejo, area pemakaman umum  dengan perkampungan Manyar Sebrang, rumahku. Suasana mistis masih terasa kental di daerah ini. Hanya beberapa orang yang bernyali besar, mau melewati jembatan gantung, yang banyak terjadi penampakkan mahluk astral.

      Di keremangan malam, tak  ada lampu jalan satupun yang menerangi  jalanan jembatan gantung. Aku mulai melajukan montorku memasuki  jembatan gantung, hatiku berdebar-debar kencang. Waduh mau ada apa ini?.

     Baru berapa meter, kujalankan montorku, nampak seorang wanita berbaju putih polos, berambut panjang terurai. Rambut depan menutupi seluruh wajahnya. Lebar jembatan gantung, hanya 2,5 meter, aku mengamati wanita berbaju putih, yang nampak diam mematung di tepi jalan yang kulewati.

          “Mbak, lagi nunggu siapa ya…ini sudah malam lho mbak’.

Desiran angin yang menyapu rambutnya yang panjang , tersingkap sedikit, aku menatap wajahnya dalam-dalam.

          “Allohhuakbar, Ya Allah, Ya Alloh !”

Wajah pucat pasi, matanya melotot melihatku, bibirnya mengeluarkan tetesan darah, seperti habis menghisap darah seseorang. Aku terpana melihat keseraman wajah wanita itu. Tiba-tiba kedua tangannya terangkat seakan hendak menerkamku dari depan, jari-jarinya  yang berwarna hitam terlihat jelas telah berada di atas kepalaku.  Tanpa berpikir dua kali, kutancap gas montor, sangat kencang meninggalkan wanita setan itu.

          “Toloooong, tolong wanita hantu tolooong”.

Aku berteriak-teriak dengan suara keras, berharap seseorang akan membantuku. Kulihat di kaca spion montor, wanita berbaju putih terbang mengejar dari belakang, melayang mndekatiku. Kutambah kecepatan sepeda montorku, meninggalkan jembatan gantung. Kulihat, seorang laki-laki berdiri memakai sarung, berjarak 3 meter di depanku. Aku menepi, mendekati laki-laki yang berdiri semenjak tadi.

          “Pak, pak tolong saya dikejar wanita setan, di belakang saya Pak”.

Laki-laki itu diam membisu, penasaran aku  memandang ke arahnya. Cahaya rembulan yang terpancar mengenai wajahnya, membuatku terperanjat melihat muka laki-laki itu. Hah, dia tak punya wajah? Mata, hidung, mulut tak ada. Setan!!.

Apes benar hari ini, montor kugas penuh lagi , menjauh dari  laki-laki bersarung itu. Peluhku jatuh bercucuran menyaksikan dua penampakan di jembatan gantung. Ngeri sekali.  Amit-amit, aku tak akan melewati jalan ini lagi.


 

Komentar

  1. Wah sereem ceritanya.....ada dua makhluk askral sekaligus.... Hiii. Pembaca ikut begidik dan ingin terbang secepatnya menghindarinya. Untungnya ini siang hari saya baca hehehe. Mantap Bu kisahnya. Salam literasi

    BalasHapus
  2. Ikut merasa takut dan serem Mom... Horoorr

    BalasHapus
  3. Mereka tidak mau diganggu rupanya. Hi... Serem...

    BalasHapus
  4. Wah kendel sekali menghadi 2 setan. Lupa baca ayat kursi dan An-Nas. Maren. Lanjut horornya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SANG PENDOSA

AYAH, MALAIKAT TAK BERSAYAP

IBU, SI PEMBUKA PINTU SURGA