BELUM SIAP KEHILANGAN

 




 

Pagiku terasa dingin tak bersemangat. Dedaunan bertebaran di halaman depan rumahku. Sinar mentari tak lagi hangat menyapaku hari ini. Tak ingin rasanya menatap dunia, impian dan hayalanku telah musnah meninggalkan rasa pedih di dalam hati. Kubuka jendela ruang tamu lebar-lebar, desiran angin keras terasa di wajah, dan rambutku mulai bergerak sendiri mengikuti arah mata angin.

Bayangan itu datang lagi, menyapa hatiku yang  semakin terkoyak.Tak ada lagi senyuman manis  Nabila, suara indahnya tak terdengar lagi menyapaku dan menyambut hari-hari yang indah bersamanya, kini kelam bagai tanah bertandus.  Nabila, wanita pujaanku telah pergi meninggalkan sejuta lara, cintaku yang tulus hanya tinggal kenangan. Pasir rinduku terhempas tak tertahankan.   Nabila melanjutkan studi di Australia, dan aku harus mau menerima semua keputusannya, termasuk mengakhiri hubungan suci ini.

Masih teringat jelas 3 tahun yang lalu, Nabila  teman sekolahku waktu SMA, kami saling dekat satu sama lain ketika pengumuman kelulusan tiba. Entah apa yang membuatku terpesona melihat kepolosan pribadi Nabila. Penampilannya yang sederhana dan keibuan, membuat hati terasa deg-degan setiap kali aku berdekatan dengannya. Perasaanku tak bisa berbohong lagi, awalnya hanya rasa suka yang kumiliki,  berubah menjadi rasa cinta. Kemanapun  aku pergi, pikiranku selalu tertuju padanya, seakan cintaku telah lengket seperti  perangko.

  Nabila sangat care  padaku, hal-hal kecil tak luput dari perhatiannya. Kami  saling curhat, dan pergi berdua setiap malam minggu. Kisah asmara kami menjadi sebuag cerita cinta yang indah . Kadang sempat aku bertanya dalam hati, mengapa baru sekarang rasa ini berbicara, mengapa tidak dulu-dulu , ketika menjadi teman sekelasnya. Ah mungkin aku terlalu cuek sama cewek, pikirku dalam hati

Perjalanan cinta kami semakin terbangun dengan baik, hari-hari terlewat begitu indah. Hingga di bulan Oktober 2019, bagai petir di siang bolong Nabila meminta putus denganku, karena dia harus melanjutkan kuliah di Australia, negara kangguru untuk mengambil jurusan Sastra Inggris. Setengah tak percaya aku mendengar dan melihat sendiri kata “putus” terucap dari bibirnya.

“Nabila, jangan putuskan hubungan ini. Please I am still in love with you”.

“Sorry, I cann’t survive. I have to go”.

“Jangan Nabila, kita still go on aja, ndak usah putus sayang. Lihat aku Nabila’.

“Enough!, kamu jangan egois , akupun masih in love with you, aku harus melanjutkan studi demi mencapai masa depanku Rudi”.

Nabila melangkah pergi dan meninggalkanku sendiri. Aku memandang kepergiannya dengan luka hati  bagai tercabik-cabik. .

“Nabila, Nabila jangan pergiii!.

Suaraku yang menghiba, memohon Nabila untuk kembali tak berasa untuknya.

Seminggu sudah Nabila tak bisa kutemui lagi. Setiap kali aku ke rumahnya, pintu pagar selalu dikunci. Nabila, aku belum siap kehilanganmu. Aku masih terlalu cinta.  Kemana lagi aku harus mencarimu, kisah cinta ini terlalu sulit aku lupakan. Tuhanku, bantu aku melewati hari-hari sulitku, jagalah Nabila untukku.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SANG PENDOSA

AYAH, MALAIKAT TAK BERSAYAP

IBU, SI PEMBUKA PINTU SURGA