KEMBALILAH
Aku
berdiri menatap pantai Mentari, birunya ombak kecil bergulung-gulung ke tepian
pantai, langit berwarna merah merona menandakan hari menjelang sore. Inginnya saat
ini mengulang hari-hari indah bersama Meysa, wanita terdekatku, mengisi
hari-hari bersamanya, penyemangat hidupku, untuk saling mendukung dan mengasihi
satu dengan lainnya Meysaku, kembalilah.
Meysa,
teman sekerjaku, yang menarik dan pandai bergaul. Dia sangat baik, wanita penyayang dan setia, religious, unya perhatian yang lebih , inilah yang membuatku
menjatuhkan pilihan ke satu wanita, dialah
Meysa.
Aku
mengenal Meysa tahun 2020, memahami sifat kesehariannya dan mulai ada benih-benih cinta bergejolak, aku tak tahu mulai kapan telah mengendap di hati
ini. Kuberanikan diri mengatakan langsung ke Meysa rasaku padanya, ternyata
cintaku tak bertepuk sebelah tangan, cintaku disambut dengan pelukan hangat,
sejak itulah aku menjalin hubungan asmara dengan Meysa.
Awal
Agustus 2021, Aku memulai keseriusan hubungan cintaku dengan Meysa, meminta
restu kedua orang tuanya, dan merencanakan pernikahan kami untuk dilaksanakan
segera. Bagai gayung bersambut, keluarga Meysa menyambut baik itikat baik ini.
Bapak dan ibu Meysa, sangat senang rencana pernikahan putrinya dilakukan secepatnya. Ada jutaan kebahagiaan
yang menyelimuti hatiku, Ya Allah Alhamdulilah. Puji syukur kupanjatkan
kehadiratmu Ya Allah, rencana
mempersunting gadis pujaanku segera kesampaian.
Rencana
pernikahanku dan Meysa juga mendapat restu
dari Bapak dan ibu. Orang tuaku
sangat mengharapkan aku mendapatkan calon istri, untuk meneruskan garis
keturunan. Ibuku, memelukku dengan erat ketika berita pernikahan kusampaikan
padanya, beliau meneteskan air mata kebahagiaan, bangga denganku dan berharap ingin
segera mendapat seorang cucu.
Semangat
kerja kutiupkan di setiap derap langkah
kakiku, kepastian waktu pernikahanku tinggal 5 bulan lagi, tepatnya tanggal 2 Desember 2021 acara ijab kabul dilanjutkan
langsung acara resepsi. Aku harus
mengumplkan dana pundi-pundi uangku, untuk membiayai semua kebutuhan pada acara
pernikahan.
Tak
sabar rasanya menanti hari yang mendebarkan, perasaan dag-dig-dug terus
mengalir di hati ini. Meysa, calon istri yang aku idam-idamkan sejak dulu. Kedewasaan
dan cara berpikir yang dimilikinya membuatku merasa yakin, dialah
yang selama ini aku cari.
Hari berganti hari, mengalir begitu cepat. Persiapan pernikahanku, mulai makanan, baju pengantin, tata ruangan, perias pengantin 90% telah fix. Waktu hari pernikahanku telah tiba. Undangan pernikahanku telah sampai kesanak saudara, teman-taemanku dan Meysa seminggu yang lalu. Ungkapan selamat terbungkus indah di hati, menyambut hari bahagia aku dan Meysa. Rabu, tanggal 2 Desember 2021 Keluargaku telah menyiapkan acara syukuran di rumah mengundang para tetangga terdekat, dan sanak family mendoakan agar aku dan Meysa menjadi keluarga sakinah, mawadah dan warohma.
Saat
acara syukuran berlangsung, Hpku bordering nyaring sekali, hingga beberapa
pasang mata memperhatikanku, Kuambil Hp, dan kubaca siapa penelponnya. Ternyata
ibu Meysa.
“Andre…andre..Inalilahiwainalilahi
rojiun, Andre…!”
“ Kenapa tante, enapa? Siapa
yang meninggal tante?
“ Sabar ya Dre, sabaar nak!”.
“ Ada apa tante? Jangan buat
aku penasaran tante, katakan”.
“
Meysa, kesetrum listrik . Dia mencabut stop kontak, saat tangannya basah habis wudhu tadi. Meysa kesetrum cukup lama
Dre, sampai akhirnya jatuh lemas. Kami telah membawanya ke IGD RS Suwandi, tapi nyawanya tak tertolong.
“
Ya Alloh, tidak, tidak, ini bohong kan tante. Ini bohong”.
“Andre,
Meysa telah tiada Ndre, sabarlah menerima semua ini”.
Aku
jatuh pingsan mendengar berita kematian. Rasa kehilangan, penyesalan, rasa cinta
membuatku tak kuat mehannya sendiri. Meysa,
Meysa jangan pergiiiii
Bapak
dan ibuku terkejut melihat kondisiku, yang terjatuh dan pingsan. Para sanak
keluarga langsung menolong dan menyadarkanku. Tidak lama aku tersadar dan bangun.
“Ibu, ayah Meysa
telah tiada. Dia meninggal karena kesetrum listrik”.
“Katakan itu tidak
benar Andre, Meysa masih hidup”.
Teriankan histeris ibu, memecahkan
keheningan suasana. Sanak keluraga dan para tetangga undangan syukuran,
tertundak sedih. Tak ada satupun yang
bersuara,Jeritan tangis ibu mulai pecah.
“Inalilahi
wa Inalilahi rojiun Ya Allah, Meysa bukan jodohmu nak.Tabah ya”.
Mataku
berkaca-kaca tak kuat menahan rasa kehilangan, kekecewaan yang tramat tinggi.
Kututup wajahku dan berjalan ke kamar.
Acara syukuran berganti suasana hening
dan gelak tangis para sanak saudara. Acara itu telah disudahi oleh ayah.
Keluarga kami semua berkabung atas wafatnya Meysa.
Meysaku,
mengapa kau harus pergi, 1 (satu) hari sebelum pernikahan kita. Meysa, kembalilah
Meysa. Aku, sangat menginginkanmu.
,
Innalillahi wainnailaihi rajiun...
BalasHapusKasihan sekali.....
Terima kasih Bu Mien
Hapus