Mukidi, Putra Petir


 


Desa Banjarharjo, yang terkenal asri dan hijaunya tanaman di sana membuat pemandangan elok mempesona. Penduduk desa yang ramah-tamah menjadi keistimewaan tersendiri bagi warga yang menetap di desa itu.

Di gardu ronda,  tampaklah Mukidi berselimut sarung menutupi tubuhnya  dari serangan hawa dingin pagi, yang menusuk tulang, membuatnya mengigil kedinginan. Sarung dipanjangkan sampai menutupi kedua kakinya. Mukidi melihat cahaya terang benderang mendekati dirinya, dan nampak sesosok wanita berparas cantik bak bidadari mendekati dan tersenyum padanya. Mukidi hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dia gosok kedua matanya tertegun melihat kecantikan dan keelokkan tubuh wanita itu.  Wanita cantik itu memberikan sebuah  tongkat yang ajaib yang mengeluarkan sinar keemasan , dan berpesan padanya untuk memukulkan tongkat pada paha Mukidi , maka segala keinginannya akan terpenuhi. Mukidi mengangguk-angguk kepalanya tanda mengerti.  Wanita cantik itu perlahan-lahan menghilang dari hadapannya.

 

      Rasa ingin tahu kesaktian tongkat pemberian wanita  itu ,  membuatnya tertegun melihat kilauan cahaya keemasan yang keuar dari tongkat ajaib itu. Tanpa membuang waktu lama, Mukidi memegang tongkat sakti dengan kedua tanganya . Dalam hitungan 1,2 dan 3 tongkat dipukulkan  tepat di paha bawah.

“Aku ingin jadi Gundala putra petir. Sahutnya dengan lantang.

Tiba-tiba asap hitam mengepul mengelilingi tubuh Mukidi, dan ajaibnya  Mukidi  telah berubah menjadi Gundala putra petir.

“Namaku kini Mukidi putra petir !!, teriak Mukidi di depan orang-orang yang melihatnya.  Mukidi berlari kencang secepat Gundala putra petir Mukidi  memamerkan kekuatan supernya. Tangan Mukidi mengeluarkan petir panas  seperti kobaran  bola api sebagai senjata pamungkas untuk melawan musuh-musuhnya yang menghadang. Dari arah belakang, peluru-peluru menghujam menerobos badan Mukidi. Ajaibnya baju Mukidi tak tembus peluru.  Dia berbalik arah dan gantian menyerang musuh dengan kilatan petir panas menghantam tubuh lawan-lawannya. 2,3 orang terkena petir Mukidi dan langsung tumbang, roboh dan  tak bergerak lagi. Mukidi mengepalkan tangannya dan sekali jotos  "braaak” mengenai bibir lawannya yang kini jontor berdarah. Melihat kehebatan Mukidi, seluruh musuh-musuhnya berlari tunggang-langgang menyelamatkan diri. Mukidi dengan bangganya tertawa terbahak-bahakmelihat aksi penjahat yang melawannya.  

 

      Tiba-tiba setimba air menyiram wajah Mukidi. Sontak membuatnya terkejut.  Mukidi  terbangun dan melihat beberapa orang berdiri dan  menertawakan.

“Ha ha ha…Mukidi kamu  habis mimpi jadi Gundala putra petir ya? Ha ha ha

“Oalaaaaah, ini cuman mimpi toh, kata Mukidi tersipu malu

Mukidi tersenyum kecut sambil garuk-garuk kepalanya yang tak gatal. Mukidi, mukidi….

 

 

Surabaya 7 September 2021


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SANG PENDOSA

AYAH, MALAIKAT TAK BERSAYAP

IBU, SI PEMBUKA PINTU SURGA