CINTAKU, BAGAI POHON TAK BERBUAH


"

Menjalin hubungan yang serius, menemukan pasangan hidup yang siap melangkah ke bahtera rumah tangga adalah tujuan dan impianku sejak dulu. Usiaku telah menginjak  kepala 3, sudah bukan waktunya lagi bermain-main dengan cinta. Persiapan untuk berumah tangga 70%  secara financial aku telah mampu, dan mapan. Akupun telah menemukan calon pasangan yang ideal, mampu mengayomi keluarga kecilku kelak. Rike nama tak asing lagi d telingaku, dialah calon yang kugadang-gadang menjadi pendampingku nanti. Keseriusanku mempertahankan hubungan cintaku dengannya tak dapat kuuraikan dengan kata-kata. Aku percaya dan setia  pada wanita satu ini. Aku menerima Rike apa adanya, demikian pula dengannya.

Kedua keluargaku dan Rike tak ada masalah, seolah aku dan Rike ditakdirkan bersama. Perasanku senang, bahagia, membangun mahligai rumah tangga  tak akan lama lagi, Alhamduliah. Bulan Juli 2021, rencana perkawinanku akan dilaksanakan. Hati ini terus berdebar-debar menunggu hari H-nya akan segera datang. Kusiapkan mentalku untuk jadi calon suami yang bertanggung jawab. Frekuensiku bertemu dengan Rike semakin sering, kuingin menjalin hubungan lebih dekat dengan keluarga Rike.

Waktu terus berjalan, kini tinggal 1 bulan lagi, masa penantianku.  Hari minggu siang 18 Juni, aku ingin memberi kejutan, tanpa janjian ke rumah Rike. Hari yang cerah, membuatku bersemangat, bertemu Rike calon isteriku. Tepat di depan pintu, aku mendengar suara laki-laki, kutengok, Masya Alloh Rike berciuman , berpelukkan dengan mesra seolah mereka berdua adalah sepasang kekasih.

"Rike, dia siapa? Jelaskan!"

"Mas Teddy!. Dia bukan siapa-siapa".

"Bohong! kamu dusta".

Wajahku berwarna merah menahan kemarahan. Aku meninggalkan Rike dengan sejuta kemarahan. Ya Allah apakah aku harus menelan kepahitan lagi?. Kupelihara benih cinta dengan sepenuh hati, kini apa yang kuterima. Cintaku, bagai pohon tak berbuah.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SANG PENDOSA

AYAH, MALAIKAT TAK BERSAYAP

IBU, SI PEMBUKA PINTU SURGA