MENGEJAR MIMPI


       Mimpi selalu datang bila ada harapan yang terpendam belum kesampaian menjadi sebuah mimpi di waktu saat istirahat atau tidur. Masyarakat sering  berasumsi bahwa mimpi adalah kembang tidur, kadang bisa dipercaya akan terjadi, atau hanya lewat saja dalam kehidupan kita. Arti mimpi merupakan kebalikan dari fakta yang terjadi. Mimpi itu unik, masih dikaji lebih dalam makna yang terkandung di dalamnya, bersyukurlah kita sebagai manusia diberi kenikmatan oleh Allah SWT mendapatkan sebuah mimpi.

     Dalam hidup seseorang mempunyai cita-cita yang ingin dikejar sebagai bekal masa depan nanti. Hidup bagai mengejar mimpi,  penyemagat diri untuk terus berjuang meraih apapun yang diinginkan. Mengejar sebuah mimpi kisah yang menginnspirasi sesorang untuk meraih hal yang terbaik untuk hidupnya.

Tidur siang tadi aku bermimpi, menjadi duta literasi siswa di SMPN 31 Surabaya. Air laut yang tiba-tiba datang menenggelamkan aku dann rumahku. Kuberteriak-teriak tak seprangpun yang membanntuku. Aku terbangun dan tersadar dari mimpi. Kucoba mengingat-ingat mimpi yang baru saja kualami. Ya allah semoga mimpi ini jadi kenyataan. Siapa sih yang tak mau berprestasi, menjadi duta literasi? Pasti semua mau. Tapi apa aku bisa, dalam bulan ini beberapa kali nilai pelajaraku merosot. Mapel matematika dan fisika yang rerus jadi momok pelajaranku..

Setelah makan malam, seperti biasa aku   belajar dengan tenang dan nyaman, tugas-tugasku yang menumpuk harus selesai, besok pagi  yang dikumpulkan di meja guru.  Aku terus membaca materi dan rumus matematika, latihan soal sampai mengerti dengan baik .

 Lagi asyik-asiknya belajar  di kamar, Leo tiba-tiba datang dan mengajak bermain, Menolak dan kusuruh main bersama mama, sayangnya Leo tidak mau dan menangis keras, aduh gimana ini?. Boro-boro bisa belajar serius, Leo menganggu dengan tingkahya yang lucu, minta ditemenin untuk bermain. Sempat aku protes ke mama dan papa, mereka segera bertindak mengajak  Leo keluar rumah, lagi-lagi Leo masuk kamar menganggu lagi usil sekali. Konsetrasiku buyar, celaka 12 ampun Leo !.

"Leo kakak ini masih belajar. Leo main sama mama ya",

 "Ma ka-kak"..

Aku tersenyum melihat kepolosan Leo, yang sangat lucu dan gemesin.

 

Aku menunggu Leo selesai bermain, tak terasa 45 menit berlalu sampai merasa letih, mataku tak bisa tolerir dengan keadaan, mengantuk dan tidur tak lama setelah Leo tertidur dipelukan mama. Akibatnya tugas tak selesai, padahal besok waktnya pak Rifai, guru matematika. Kuputuskann esok pagi sekali, aku akan datang ke sekolah memijam buku tugas ke teman-teman saja.

Matahari yang mulai beranjak naik, aku terbangun pagi ini segera melihat jam, astaga !, sudah pukul 05.55 bergegas bangun dan keluar kamar untuk mandi. Di pintu kamar mandi kulihat Leo lagi asyik bermain air di atas bak mandinya yang kecil..

"Mamaa, mama! aku mau mandi ma, ada Leo, gimana ini !.

"Sabar Do, baru 10 menit adikmu main air".

“Aku nanti terlambat ma, sekarang jam berapa?.

"Iya nak tunggu".

"Ayo cepat ma!.

       Mama, mengangkat tubuh  Leo dan memandikannya, bak kecil digantung ke dinding sebelah kiri. Tanpa diperintah lagi aku masuk dan mandi, berpakaian dan bersiap berangkat bersama  papa yang sudah menunggu di depan pagar rumah. Jam terus berputar, sampai di sekolah pukul 06.29 menit, bel sekolah terdengar ketika langkah kakiku  menelusuri kelas, untung tidak terlambat. Kuteringat tugas pak Rifai, yang belum sempat kukerjakan. Mati aku! Pelajaran matematika ada di jam pertama.

       Suara langkah kaki Pak Rifai, membuat jantungku berdegup kencang. Aduh bagaimana ini,  Temanku Sejo, Budi, Beo si culun  belum selesai mengerjakan tugas, mereka menundukkan kepala dan mengerjakan asal-asalan.

      Pak Rifai masuk kelas dan memberi salam, sorot mata beliau yang tajam melihat siswa satu kelas satu demi satu. Rasa takut, mulai menghampiriku, aku tak mampu menatap mata beliau, perasaann bersalah belum mengerjakan tugas,  memenuhi isi kepalaku. Pak Rifai berjalan dari sisi bangku, memeriksa tugas matematika seluruh siswa.

Sampai tiba di bangku yang kududuki, pak Rifai berdiri mennnatapku dan memeriksa tugas matematika di buku bersampul merah. Keringat di kepala, mulai bercucurann, tangan dan kakiku gemetar tak karuan.

       "Edo tugas matematika  kamu mana?.

       "Maaf buku saya tertukar dengan buku fisika, sampulnya sama merahnnnya”.

        "Kok bisa ? Silahkan berdiri dulu di depam”.

Aku tertunduk lesu, berjalan di depan kelas. Pandangan mata teman-teman tertuju padaku, tak lama Sejo, Budi dan si Beo menyusul dari belakangku bernasib sama pula, mendapat sanksi dari pak Rifai.  Berdiri di depan kelas, dilihat seluruh teman, ada rasa malu yang kurasa.

         Lebih 30 menit aku dan beberapa teman berdiri dekat papan tulis putih, pak Rifai mengintrograsi satu demi satu. Memang tidak ada kekerasann fisik yang kualami bersama teman lain. Itu saja sudah membuatku jera, tak ingin mengulanginya.

Siangnya m pak Amir memanggil 4 anak menghadap  beliau termasuk aku. Pak Amir memberi tanda padaku untuk masuk terlebih dulu.

Bulan purnama menampakkan keindahan yang luar biasa, menghiasi malam waktuku belajar membaca buku pelajaran. Cahayanya  yang putih bulat dan besar, menerangi gelapnya malam.Aku memandang ke atas langit-langit, ribuan bintang menambah takjub ciptaan Allah SWT, pikiran yang masih kusut, seperti benang mengingat kejadian tadi, Pak Amir wali kelas dan guru Agama islam, yang memanggilku di kantor guru.

"Edo, bapak mendengar  kamu dapat sanksi dari pak Rifai?.

"Maaf  pak Amir, saya salah tidak mengerjakan tugas”.

"Saya pingin tahu apa yang membuatmu seperti ini, kamu siswa rajin lho?.

"Saya  tahu pak”.

“Ayo katakan saja ke bapak, ada apa?.

“Saya tak bisa belajar pak, diganggu Leo, adik saya “.

“Ah alasan, padahal saya mau menncalonkamu menjadi duta literasi”.

“Maafkan saya pak, yang telah mengecewakan pak Amir”.

“Sudahlah. Tolong jangan diulangi ya”.

“Siap pak”.

Aku keluar dari ruangan pak Amir, berjalani menuruni tangga menuju kelas, kembali duduk di kursiku.Kata-kata Pak Amir mennyetuhku.

      Kututup mataku dalam-dalam masih terbesit keinginanku, menggapai mimpi menjadi seorang duta literasi mewakili siswa SMPN 31 Surabaya, begitu hebatnya.  Mampukah aku meraih semua mimpi-mimpi itu?. Pasti aku bisa, Kuyakini kemampuan ui. Aku bergegas bangkit dari lamunan dan duduk dia atas kursi belajar mennyiapkan pelajaran untuk esok pagi.

      Dari sore sampai malam tak kudengar Leo, menngajakku bermain suasana rumah yang sepi membuatku bisa tekun belajar. Mama, papa ada pertemuan keluarga dan Leopun diajak. Ada rasa senang Leo tak menggangu belajarku. Tapi ada rasa rindu yang medatangiku tak medegarkan suara dann tingkahya yang lucu.

Jam menunjukkan pukul 20.00, aku telah menyelesaikan tugas-tugas dann belajar materi-materi untuk esok hari. Aku ingin menjadi lebih baik, menjadi kebanggaan kedua orang tuaku, menghormati orang-orang di sekitarku dan mennjadi contoh untuk adikku Leo, suatu saat nanti.

Setelah mennjalankan sholat isya, doa dan harapan,  kupanjjatkan pada Allah SWT semoga hari-hari mendatang di sekolah, Aku akan rajin  belajar, tak malas mengerjakan tugas-tugas semua mapel, aku inngin mengejar  mimpi demi masa depan yang kuraih, Amin.

 

 

Surabaya, 12 November 2022

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SANG PENDOSA

AYAH, MALAIKAT TAK BERSAYAP

IBU, SI PEMBUKA PINTU SURGA