SENYUM BAHAGIA BAPAK
Sunyoto adalah nama bapakku, orang-orang memanggilnya pak Nyoto. Beliau adalah sesosok bapak panutan keempat anaknya Slamet, Santoso, Darko dan aku, Putri.. Bapak pemimpin keluarga yang berjiwa besar, beliau selalu mengajarkan kerja keras, dan kejujuran pada kami, menjalankan sholat lima waktu serta sholat sunnah lainnya. Bapak adalah suami yang jujur, mendampingi ibu dengan setia kesederhanaannya tercermin dengan sifat bapak yang suka menabung untuk masa depan anaknya suatu hari nnnti. Bapak, yang berprofesi sebagai tukang tambal ban di depan rumah. Hampir setiap hari bapak memakai sarung, peci dan kaos putih kesukaan beliau.
Bapak, mulai bekerja pagi sampai malam hari, menambal ban sepeda pancal, becak, sepeda montor bahkan mobil. Umur bapak sudah setengah abad , pandangan matanya yang kabur mengharuskan beliau memakai kaca mata. Pekerjaan bapak melayani pelanggan tambal ban dengan sangat ramah, dan kualitas tambal bannya tak perlu diragukan lagi.
Genangan air, akibat hujan semalaman tepat di depan rumah, membuat bapak membersihkan sampai tak terlihat lagi. Pagi ini suasana jalanan sepi mendung yang membayangi langit, tampak awan hitam, gerimis air hujan mulai jatuh. Bapak duduk menunggu pelanggan datang. Hampir 60 menit tak ada yang lewat untuk tambal ban, tak ada uang sesenpun yang didapat, bapak melihat lalu lalang kendaraan yang mulai ramai beraktivitas.
Mobil Suzuki panther hitam lewat dan berhenti di depan bapak. Kaca mobil otomatis, terbuka seorang laki-lagi muda keturunan Cina, memakai jas hitam melihat bapak.
“Pak tua, bisa tambal ban mobil saya?.
"Bocor Pak?.
“Lu orang goblok banget sih, kalau tak bocor ngapain gue kesini”.
“Baik Pak. Saya pinjam dongkraknya ada?.
“Lu miskin, tambal ban tak bermodal”.
Laki-laki itu turun dari mobil. Di samping jas hitam yang di pakai tertulis nama Helmi Roby. Helmi membuka pintu belakang mobil mengambil dongkrak, diserahkan ke bapak dengan kasar.
Dongkrak dipasang dekat ban yang bocor, bapak melepaskan baut-baut di sekeliling ban. Helmi diam dan memandang bapak yang bercucurann keringat melepaskan ban dan mulai menambalnya sendiri.Hari beranjak siang dan mulai panas, jalanan yang tertiup angin, debu-debu kotor berterbangan. Helmi duduk di bangku kayu, melihat sekeliling pekarangan depan rumah bapak.
“Pak tua, ambilkan minum aku, panas dan haus sekali di sini”.
“Itu di sebrang jalan ada warkop”.
“Belikan sana, nanti uangnya aku ganti”.
“Maaf saya lagi menambal ban, silahkan beli sendiri” .
“Tua bangka disuruh cari minum, pemalas!.
Ibu, sedari tadi mendengar bapak, yang terus dicaci maki Helmi, sontak marah, berjalan mendekatinnya.
“Pak Helmi, tolong yang sopan berbicara dengan suami saya”.
“Hii Perempuan tahu apa lu!.
“Pak Helmi, tolong jangan berbicara kasar dengan istri saya”.
“Lu, juga bela-belain istri, kacau ini jadinya!.
Helmi membuang muka, rasa dogkol membuatnya kesal. Helmi, melihat ke bawah, lantai yang dipijak, terbuat dari keramik putih, yang telah pecah-pecah. Dia melihat sepatu kesayangannya, terdapat bercak noda oli dan berdebu. Helmi berdiri mengambil kain dari dalam mobil untuk membersihkan sepatunya. Kain itu ternyata 2 bendera merah putih ukuran kecil. Tanpa berpikir panjang, Helmi membersihkan debu dan kotoran yang menempel dengan 2 bendera tersebut. Helmi tak merasa bersalah mengangkat sepatuya dan digosok-gosokkan dengan bendera.
“Pak Helmi, tolong jangan pakai bendera kami untuk membersihkan sepatu”.
“Apa lu orang berani ngatur-ngatur saya, goblok!.
“Helmi, ini bendera bangsa Indoesia, apa kamu tahu tanah yang kau pijak ?.
“Terus elu mau apa? Terserah gue dong!.
Tanpa disangka sebelumnya, Helmi menendang kaki bapak, dan meludahi wajahnya. Bapak jatuh tersungkur kening dan hidungnya mengucur darah segar. Bapak bangkit dan membalas tak terima bendera merah putih dan harga dirinya terinjak-injak Helmi, jotosan tangan bapak tepat mengenai muka Helmi, tangan bapak yang kekar membanting tubuh Helmi sampai terkapar di lantai. Kerumunan orang yang melihat perkelahian bapak dan Helmi hanya diam mematung, ibu dan aku hampir tak percaya bapak yang selama ini sabar, ternyata pemberani dan tangguh.
Helmi mencoba berdiri menendang arah perut, bapak memegang kaki dan dipluntir sampai bersuara, kraak.
“Cukup pak, ampuni saya, jangan pukil lagi !.
“Saya sudah sabar deganmu Helmi. Kamu pemuda kurang ajar”.
“Maaf, maafkan saya pak!.
“Kamu harus diberi pelajaran biar tahu nilai ketimuran”.
“Jangan pak, sudah cukup, saya siap ganti rugi”.
“Saya tak butuh ganti rugi. Harga diri dan bendera saya telah kau injak”.
“Iya saya salah, biarkan saya menebusnya”.
“Tak perlu!. Harusnya kamu sebagai pemuda Indonesia cinta tanah air”.
“ Ya pak”.
Helmi tertunduk malu, mendengar kata-kata bapak. Setelah membayar ongkos tambal ban mobil, ia beranjak pergi. Bapak menghela nafas panjang, dan duduk di kursi. Ibu, datang membawa segelas kopi, dan minyak tawon.
“Bapak, ndak pa pa ya?.
“Sedikit lecet-lecet bu, satu atau dua hari pasti sembuh”.
“Pak, aku bantu mengoleskan minyak tawon di kening bapak ya?.
“ Ya Putri, silahkan”.
Ibu mengurut kaki dan tangan bapak, aku mengolesi kening dan hidung yang luka lecet terkena pukulan Helmi.
“Aduh sakit Putri jangan keras-keras”.
“Maaf ya pak. Baik saya oleskan pelan-pelan”.
Bapak meminum kopi panas yang dibuat ibu. Bapak memandang ke atas, langit-langit rumah.
“Pak, ibu hampir tak percaya bapak baru ini berkelahi”.
“Sebenarya aku malas meladeni Helmi “.
“Iya bapak sudah benar, memberi pelajaran dia biar kapok tak semena-mena”.
“Aku sudah memperingatkan dia baik-baik bu”.
“Semoga helmi sadar ya pak”.
“Amin-amin amin YRA”.
Tak lama bapak menutup kios tambal bannya, untuk beristirahat . Slamet, Santoso, Darko yang baru pulang sekolah, terkejut melihat kios tambal ban telah tertutup.
“Ibu, ibu bapak kemana? Kios tambal ban kok sudah ditutup”.
“Bapak, lagi istirahat di kamar nak”.
“Bapak sakit bu?.
“Bapak ndak pa pa “.
“Alhamdulilah “.
Aku melihat bapak yang beristirahat dikamar, garis-garis wajah beliau terlihat tus dan lelah, luka lecet-lecet di kaki dan hidungnya menunjukkan beliau berkepribadian mulia, Kejadian antara bapak dan Helmi, terlihat jelas bahwa bapak mempunyai jiwa nasioalisme tinggi, Bendera merah putih dijunjung tinggi melebihi nyawanya sendiri. Bapak yang rela berkorban, demi harga diri bangsa dan negara.
Bapakku meski seorang tambal ban, mendapatkan penghasilan.yang tak seberapa, membiayai keempat anaknya dengan rejeki halal dan barokah, adalah seorang pahlawan keluarga. Bapakku yang selalu sabar menghadapi semua masalah dengan iklas, apa adanya. Bapak adalah guruku terhebat yang mendidik anak-anaknya dengan kesadaran tinggi dan iman di dada.
Bapak pengayom, kasih sayangnya sangat besar bagi keluarga. Bapak, tak ada hadiah yang paling indah di dunia ini selain melihat senyum bahagia bapak yang selalu mendidik rasa nasionalisme tinggi di tiap hati kami anak-anaknya tercinta, terima kasih bapak ibu, kami cinta kalian.
Tidak terbayangkan sama sekali, hubungan antara tambal ban dan bendera merah putih/cinta tanah air. Keren....
BalasHapusTerima kasih Bu .Mien
HapusKini, Untuk menjadi Pahlawan tidak harus angkat senjata untuk berperang namun tukang tambal ban pun juga pahlawan
BalasHapusKarena mereka manaruhkan nyawanya untuk keluarga.
Terima kasih Bu Cahyati
HapusPak Sunyoto adalah orang yang baik, walaupun Harda dirinya di rendahkan dia rela,yang terpenting untuk pak Sunyoto adalah harga diri bangsa dan negara
BalasHapusUntuk bapak" buat pekerja tambal ban... semangat terus jangan pernah lelah untuk mencari rezeki....sehat selalu bapak" kitaa
BalasHapusSunyoto adalah bapak 4 anak yang bekerja sebagai tukang tambal ban dia juga sangat sayang kepada istrinya dia sangat baik. Dari cerita di atas dapat mengispirasi kita bahwa kita tidak boleh putus asa dan harus terus ramah kepada orang.
BalasHapusPak Sunyoto adalah orang yang baik dan rendah hati
BalasHapusBapak sunyoto meski seorang tambal ban, mendapatkan penghasilan.yang tak seberapa, membiayai keempat anaknya dengan rejeki halal dan barokah, pak sunyoto adalah seorang pahlawan keluarga.
BalasHapusPak sunyoto Adalah orang baik dan mengajarkan kerja keras dan jujur,beliau rela berkorban demi harga diri bangsa dan negara
BalasHapusPak Sunyota adalah orng baik hati
BalasHapusbapak sunyoto mempunyai jiwa nasioalisme tinggi, Bendera merah putih dijunjung tinggi melebihi nyawanya sendiri. Bapak yang rela berkorban, demi harga diri bangsa dan negara dia tidak rela bendera merah putih nya di ijak ijak anak muda lalu dia memberikan pembalasan yg seharusnya anak muda itu terima, demi pembelaan tanah air tercinta.
BalasHapusPak Sunyoto adalah orang yg baik dan ia telah kerja menembel ban buat makan sehari" semangan pak sunyoto
BalasHapusMeski pak sunyoto tambal ban tetapi dia mempunyai keluarga
BalasHapusyang Harmoni dan saling melengkapi satu sama lain
Pahlawan tidak harus menyelamatkan negara dari bahaya, pahlawan tidak harus melawan penjajah. contohnya adalah guru, mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa, begitu pula dengan Pak Sunyoto dia sangat mementingkan harga diri bangsa negara meskipun dirinya direndahkan oleh orang
BalasHapusPak suyoto adalah orang yang baik dan dia sangat sabar dan pak suyoto memiliki jiwa nasionalsme yang tinggi sehingga pak suyoto mengajarkan kepada anaknya tercinta
BalasHapusPak Sunyoto adalah pahlawan bagi keluarga,kepala keluarga yang hebat, karna ia begitu semangat untuk memberi nafkah keluarganya dengan semangat.
BalasHapusSemoga bapak ini banyak dapat uang
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusPak sunyoto adalah seorang bengkel tambal ban
BalasHapusDia juga bisa membiayai anaknya berempat dengan bekerja keras, pak sunyoto mendapatkan rejeki barokah dan halal
Pak sunyoto adalah seorang pahlawan keluarga yang pantang menyerah
Pak melmi tolong jangan pakai bendera kami untuk memberikan sepatu
BalasHapusBapak Sunyoto adalah orang baik dan juga sayang pada istri nya
BalasHapusPak Sunyoto adalah org yang baik rendah hati dan ramah
BalasHapusBapak sunyoto sesosok bapak panutan, beliau selalu mengajar kan kerja keras
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusPak Sunyoto bapak yang bertanggung jawab dan seorang yang memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi
BalasHapusPak Sunyoto baik hati dan tidak pernah sombong
BalasHapus