PAHLAWAN PEMBERANI SEKOLAH
Pagi waktu sekolah, aku dan Suno berjalan menepi menuju sekolah, teman-teman yang masih di sekolah sama, ada yang naik sepeda atau diantar oleh orang tuanya. Jalanan yang terlihat ramai dengan kendaraan bermotor. Selama perjalanan Suno, selalu mengajakku bercanda hingga tak terasa waktu berjalan terasa singkat, Suno temanku yang baik sejak kecil. Aku dan Suno bertetangga sebelah rumah, keseharian belajar dan bermain bersama. Jarak rumah dan sekolah lumayann jauh, + 2 kilo, dengan berjalan kaki. Selain pandai,Suno paling enak diajak ngobrol, hingga tak terasa 2 meter kedepan, aku dan Suno telah sampai di pagar utama sekolah, Alhamdulilah sudah sampai, bisikku dalam hati.
Siti, Pardi teman sekelasku yang datangnya lebih awal, melambaikan tangan padaku dan Suno. Mereka berdua berjalan mendekat.
“Romlah, lihat langitnya gelap, mau hujan nih”.
“Iya Sit, aku bawa jas hujan dan payung kok”>
“Syukurlah kalau begitu”.
“Tahu ndak Suno, kamu itu anak laki-laki yang suka dicium”.
“Kok kamu bilang gitu Pardi”
“Karna namamu S-u-n ooo, ha ha ha “.
“Awas kamu Pardu, ha, ha,ha”.
Suno dan Pardi berlari kejar-kejaran, sedang aku dan Siti tersenyum melihat kelucuan mereka.
Bel masuk telah berdering nyaring, seluruh siswa di sekolah dasar masuk di kelas masing-masing. Aku dan Siti, telah berada di kelas, disusul dengan teman-teman lain di kelas IV A. Suara langkah sepatu bu Luki terdengar jelas sekali, berjalan melewati jendela kelas. seluruh teman-teman telah tertib duduk dan melipat tangan di atas meja. Bu Luki masuk kelas sambil tersenyum. Waktu doapun dimulai, suara pak Anas, memimpin doa melalui speaker membuat seisi kelas diam dan menundukkan kepala, menghayati untaian kalimat yang indah memohon pada Allah SWT agar terkabul. Miun dan Dul yang duduk di bangku belakang cengigisan berdua, entah apa yag mereka bicarakan, aku melirik mereka sebentar.
“Assalammualaikum wr wb, selamat pagi anak-anakku”.
“Waalaikum salam wr wb , baik bu Luki”.
“Anak-anakku sudah satu miggu ini musim hujan telah tiba”.
“Iya bu, sekarag saja gerimis mulai turun ”.
“Betul Suno, mari kita semua jaga kesehatan”.
‘Baik bu”.
“Bagus anak-anak jangan lupa bawa jas hujan ya”.
“Baik bu”.
Sebagian teman-temanku mulai menyiapkan buku-buku di atas meja, tiba=tiba kilatan cahaya berwarna putih masuk, duaaaar!. Suara petir sangat keras memekakkan telinga, gerimis yang turun berganti hujan deras, gemuruh air hujan terdengar dari atap kelas. Siti da Pardi menutup telinga rapat-rapat. Bu Luki berdiri menutup jendela dan pintu.
“Semoga tidak terjadi apa-apa ya nak, Allah SWT selalu menjaga kita semua”.
“Amin-amin amin bu”.
“Semoga hujan mereda ya, ayo anak-anak mari kita mulai belajar sejarah”.
Pembelajaran sejarah dimulai, bu Luki menerangkan materi hari ini dengan Sersan, serius tapi santai. Hujan lebat, perlahan mulai mereda, hanya kilatan petir yang terus menyambar-nyambar tak karuan.
Ruang TU yang letaknya bersebelahan dengan ruang kepala sekolah, tepat di depan lapangan olah raga, tanpa ada pepohonan di sekitarnya, tak luput terkena sambaran petir keras sekali, mengenai daun pintu yang terdapat kabel listrik dengan kondisi mengelupas, menimbulkan percikkan api , yang cepat merembet menuju komputer-komputer yang masih on di atas meja. Pak Daud dan bu Tia yang biasanya duduk menghadap komputer, berada di ruang kepala sekolah, praktis ruang TU kosong. Arus listrik konseleting, tiba-tiba padam Asap hitam dan kobaran api kecil membesar, membakar meja, kursi dan peralatan elektronik di sana. Pak Doni keluar ruangan mencari tahu penyebab listrik padam melihat di sekitar, ke arah TU tersontak kaget dan berteriak-teriak.
“Kebakaran-kebakaran , ruang TU kebakaran, ayo keluar padamkan apinyat!.
Mendengar suara pak Doni, pak Rahmat, pak Sholeh, bu Tia, pak Hamdani, kepala sekolah keluar kantor dan terkejut melihat si jago merah telah membumbung tinggi membakar ruang TU. Murid-murid tak ketinggalan, mereka berlari melihat kobaran api yang merembet di ruang kepala sekolah. Panik itulah situasi saat itu, para guru, mengambil air dan timba berusaha memadamkan api dengan peralatan seadanya. Sedang pak Hamdani menghubungi petugas pemadam kebakaran terdekat.
Asap hitam dan kobaran api yang semakin membesar terlihat, ruang kepala sekolah dan 3 kelas telah hangus terbakar, api terus merembet ke kelas-kelas lain. Seluruh siswa dipulangkan karena kondisi darurat. Pintu pagar utama dijaga petugas keamanan.
Rasa cemas dan khawatir sekolah habis terbakar, dan bagaimana peserta didik akan belajar esok harinya menghinggapi pikiran warga sekolah. Untungnya 3 mobil pemadam kebakaran telah datang. Petugas yang bergerak cepat mencari sumber air, untuk menyelamatkan bangunan sekolah serta memadamkan api dengann cepat dan aman. Para guru terus mencoba menyelamatkan barang-barang dan dokumen penting sekolah . Petugas bersama puluhan guru menerobos api dan menyiram air bertubi-tubi. Api sangat besar tak mudah padam.
Di tengah hiruk pikuk kebakaran di sekolah, aku dan Suno keluar dari tempat persembuyian berjalan mengendap-endap agar tak diketahui oleh siapapun.
“Suno, kamu yakin mau menyelamatkan bendera?.
“Ya Romlah, aku harus naik di tiang bendera itu?
“Tapi kalau ketahuan salah satu guru gimana?
“Biar saja Romlah, aku rela berkorban demi sang saka merah putih”.
“Suno jangan nekat, kalau jatuh gimana?
“Romlah, aku ingin bendera ini selamat tidak terbakar, berdoalah untukku”.
“Baiklah kudoakan Suno, hati-hati ya”.
Suno melompat naik ke tiang bendera, meski hawa panas kobaran api berada tak jauh darinya. Suno dengan cekatan terus naik ke atas. Bu Luki melihat kehadiranku di bawah tiang bendera, kaget dan mendekat.
Romlah, kamu ngapain di sini? Harusnnya kamu pulang nak”.
“Maaf bu, saya lagi nunggu Suno”.
“Suno, lho kemana Suno?.
“Itu bu, Suno naik di atas tiang bendera mengambilnya biar tak terbakar”.
“Ya Allah Suno, ayo turun nak, turun nak berbahaya, toloong”.
Suno tak mendengar suara teriakan bu Luki, ia terus merambat naik dan mencapai puncak tiang bendera, melepas ikatan talinya, seraya berteriak dengan lantang.
“Merdeka, merdeka!.
Di bawah tiang, bu Luki dan beberapa guru memandang ke atas tiang bendera , was-was dengan kondisi Suno. Dengan semangat tinggi, jiwa nasionalisme yang tumbuh dan mengakar di hati Suno, aku kagum dengan keberaniannya. Suno menuruni tiang, tiba-tiba tergelincir jatuh dari ketinggian 5 meter. Pak Sholeh, dan , pak Hamdani, telah bersiap posisi tangan beliau terbuka sigap menerima tubuh Suno yang sewaktu-waktu jatuh ke bawah. Hups Suo jatuh di tangan pak Hamdan, Guru-guru dan aku tersenyum lega, Alhamdulilah Suno selamat. Suno mencium tangan pak Hamdan, bu Luki, dan pak Sholeh sebagai wujud terima kasih, telah menyelamatkan nyawanya.
“Suno, kenapa kamu nekat mengambil bendera di atas sana nak”,
“Maaf bu, saya tidak mau bendera merah putih ikut terbakar”.
“Ya Allah nak, bu Luki bangga padamu nak, nilai nasionalisme ada di dirimu”.
“Terima kasih bu Luki, ini benderanya tolong disimpan”.
“Ya nak pasti. Sekarang pulanglah bersama Romlah ya”.
“Baik bu, saya segera pulang”.
Aku dann Suno segera berlalu melewati puing=puing ruang sekolah yang terbakar, jilatan api yang panas berhasil ditaklukkan. Aku melirik wajah Suno yang berdebu dan seragam merah putihnya kotor. Suno, teman terbaikku berjiwa nasionalisme, berani menghadapi bahaya yang mengancam dirinya demi tanah air tercinta. Suno, bagai pahlawan pemberani di sekolah.Suno, ibu pertiwi merindukan sosok sepertimu unntuk mempertahankan kemerdekaan.
Jiwa patriot yang sudah mengakar menguatkan niat Suno untuk menyelamatkan sang merah putih. Semoga semangat Suno menginspirasi kita untuk berperilaku pantang menyerah menghadapi tantangan melawan kemalasan
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusSuno adalah teman terbaik Romlah Siti dan Pardi di sekolah
BalasHapusSuno juga berbakti pada negara,suno memiliki pemikiran dia tidak mau bendera merah putih di sekolahnya terbakar
suno mempunyai jiwa patriot untuk menyelamatkan sang merah putih
HapusJiwa patriot suno menginspirasi kita untuk berperilaku pantang menyerah dan suno berani menghadapi bahaya yang mengancam dirinya demi tanah air tercinta.
BalasHapusSuno adalah siswa yang menyelamatkan bendera merah putih di tengah kobaran api yang membara. Dari cerita di atas dapat mengispirasi kita bahwa kita harus bersikap pantang menyerah dan terus berusaha
BalasHapusSono adalah siswa yang sangat² hebat karena dia telah menyelamatkan bendera negara kita, merah putih dari kobaran api yang membara
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSuno memiliki jiwa pemberani dan memiliki jiwa kepahlawanan sehingga Suno berani dengan memadamkan api agar bendera merah putih tidak terbakar
BalasHapusSuno berjiwa nasionalisme, berani menghadapi bahaya yang mengancam dirinya demi mengambil bendera merah putih di tiang yg tingginya 5 meter sungguh dia sngat cinta tanah air
BalasHapusSuno Adalah anak pemberani dan hebat Suno berjiwa nasionalisme
BalasHapus,berani menghadapi bahaya yang mengancam dirinya demi tanah air tercinta.
Mereka adalah pahlawan kecil yang hebat. Mereka memiliki jiwa patriot yng sangat² baik. Sikap mereka mampu di apresiasikan untuk belajar.
BalasHapusSuno adalah anak pahlawan yg berani bencana yg meng hadapi dirinya demi mengambil bendera merah putih
BalasHapusSuno pemberani dengan api sehingga bisa memadamkan bendera merah putih di sekolahnya dan berjiwa pahlawan
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSebagai seorang pemuda kita tidak boleh menyerah, kalau kita malas malasan cita cita kita akan sulit di gapai, jika kita tidak menyerah maka cita" Kita akan bisa di gapai , jadi pemuda tidak boleh bermalas-malasan .
BalasHapusSuno adalah siswa yang sangat hebat dikarenakan dia menyelamat kan bendera merah putih dari api yang besar
BalasHapusSuno pemberani dan memiliki jiwa kepahlawanan
BalasHapusSuno kamu suka dicium.
BalasHapusMusim hujan.bagus anak" jangan lupa bawa jass hujan ya“
Suno adalah anak yang berjiwa nasionalis,berani menghadapi bahaya. Dan suno juga berjiwa kepahlawanan.
BalasHapusSuno adalah anak baik,dan hebat,dia juga pemberani dan dia berjiwa nasionalisme
BalasHapusDia juga jadi anak yang berjiwa pahlawan
BalasHapusMereka pahlawan yang hebat.
Menurut saya suno adalah teman yang baik dan perhatian pda siti,romlah,dan pardi dia jga berjiwa kepahlawanan
BalasHapusSuno berani menghadapi bahaya, suno bagai pahlawan pemberani, suno berjiwa nasionalisme
BalasHapusSuno baik hati dan suka menolong teman temanya
BalasHapusRasa cemas dan khawatir sekolah habis terbakar dan bagaimana peserta didik akan belajar esok harinya menghinhggapi pikiran warga sekolah untungnya 3 mobil pemadam
BalasHapus