DIPENGHUJUNG BULAN RAMADHAN 2023



  

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang khusus bagi orang-orang muslim, dimana pada bulan mulia ini orang-orang diwajibkan untuk berpuasa, bahkan dibulan ini Allah melipatgandakan pahala kebajikan bagi orang yang mengerjakannya. Bulan Ramadhan adalah bulan yang suci, bulan  yang penuh ampunan, bulan keajaiban, Allah SWT akan mengabulkan semua permohonan orang muslim yang menengadah kedua tangannya dengan khusu  memohon dan berdoa di malam lailatul Qodar berharap dan percaya sepenuhnya pada  Allah SWT.

Bingkai foto keluarga terpanpang  di ruang tamu terus kupandang, rasa rindu yang mendalam, belum terobati terus datang, walau tak ada khabar yang membuat pengobat rindu di hati, buah hatiku, kemana kamu nak, tak inginkah kamu menemui bapakmu? Andai kutahu alamat rumahmu, pasti kuakan datang mrnemuimu nak. Tak ada lagi rasa sedih yang melanda,memikirkanmu terus menerus, Andi dan Ruminten apakah untuk bertemu kalian, hanyalah  sebiah mimpi, yang tak pernah terjadi?. Kuhanya bisa berdoa dan menunggu keajaiban agar bisa dipertemukan. Hanya takdirlah yang  akan menentukan waktunya.

Memandang foto istri dan  kedua anakku, saat-saat indah kebersamaan yang terjalin, tawa canda mereka seolah masih terdengar, tangisan Andi ketika jatuh dilantai saat belajar berjalan. Suara panggilan sayang  istriku, yang meminta Andi dan Ruminten untuk menyudahi pertikaian mereka yang  saling olok dan mengejek, sesama saudara. Andai dinding rumah ini bisa bercerita, kebahagianku waktu anggota keluarga masih utuh berkumpul, saling memeluk, kehangatannya sangat terjaga dengan baik, saling mengasihi, di setiap suka duka hidup berumah tangga. Andai kubisa  melupakan kenangan indah itu, seiring usiaku yang semakin menua.  Mata hati ini seakan  masih belum bisa menerima takdir yang kuhadapi, hidup sebatang kara, setelah Jiyem meninggal dunia setahun lalu, Kini kuhabiskan sisa hidup menunggu keajaiban, kedua anakku datang sebelum ajal menjemputku.

Buah hatiku Andi dan Rumi, seperti anak kembar, wajah mereka sangat mirip dengan Jiyem, ibunya. Setelah menamatkan sekolah SMU Andi pergi merantau ke Sulawesi tengah untuk mengadu nasib di sana. Alhamdulilah Andi mendapat pekerjaan meski serabutan. Andi anakku yang pertama sering berkirim surat, di bulan pertama dan kedua , entah mengapa di bulan ketiga tak ada khabar berita, membuat aku dan Jiyem gelisah memikirkan Andi, kemana kamu nak. Ibumu tak henti-henti menangis, dan jatuh sakit, bapak tak tega melihat kondisi ibumu yang  terus mengkhawatirkan, membuat bapak harus mencari keberadaanmu di Sulawesi tengah sendiri.  

Perjalanan laut, naik kapal sampai 2 hari, membayangkan, saat bertemu denganmu  nak. Akan kuceritakan besar rinduku sebagai seorang bapak, bagaimana kondisi ibumu yang lagi sakit, Andi. Kubersemangat sekali untuk bertemu, setelah turun dari dermaga,  aku naik taksi, menuju   alamat yang Andi  berikan dalam surat. Sesampai di sana, rumah yang dicari sudah ketemu, sayangnya kamu sudah tidak tinggal disana melainkan telah dihuni oleh orang lain, aku tak dapat melacaknya, semakin bingung mencari keberadaanmu nak, Andi kamu tinggal dimana sekarang?. 3 jam berlalu, mencari-carimu  sampai hamper putus asa.

Untungnya pertolongan Allahpun datamg, saat istirahat  makan di warung, sebuah mobil Marcedes ben lewat dengan kaca mobil terbuka melaju pelan melewatiku, betapa terkejutnya melihat wajah sopir, ternyata itu Andi. Ya Allah, sopir Marcedes Ben Andi, anakku. Kugosok mataku berkali-kali, ia memang Andi anakku. Kutinggalkan sepiring nasi soto ayam, mengambil tas lalu lari mengejar mobil hitam metalik itu. Nasib memang masih berpihak padaku, laju mobil yang pelan di area perlintasan lampu merah. Aku berhasil mendekati dan mengetuk kaca mobil itu.

“Andi, Andi ini bapakmu nak!”.

“Bapak? Aku tak kenal bapak. Bapakku sudah mati”.

“Dengar nak, bapak tak salah lihat, kamu Andi Sutono kan?.

“Itu memang namaku, tapi aku tak punya bapak gembel sepertimu, pergii!.

“Andi, Andi. Jangan begitu nak, ibumu lagi sakit memikirkanmu”.

“Tak peduli!. pergi!, enyah dari sini”.

Aku tertegun melihat perubahan sikap Andi. Andi anakku tak begini, hanya hitungan bulan dia sudah berubah drastic. Ya Allah, cobaan apa ini, bagaimana aku harus menjelaskan ke Jiyem?. Rasa khawatir menghampiri pikiranku  seakan masih tak percaya. Mobil Andi melaju dengan cepat, Andi!. Pengorbanan bapakmu  yang datang jauh-jauh kesini hanya ingin bertemu kamu nak, kenapa harus berbalas seperti Andi. Tak terasa air mataku jatuh, sedih rasanya.

Hari yang kelam, anakku telah berani durhaka pada bapaknya, Ya Allah ampuni dosa Andi, sadarkan anakku!. Malam itu aku kembali ke dermaga mencari kapal untuk pulang. Terlintas wajah Jiyem istriku, apa yang harus kukatakan padanya. Kutakut penyakitnya tambah parah, jika tahu kejadian sesungguhnya Haruskah perlakuan Andi kuceritakan sejujurnya, atau sebaliknya, membuatku dilema.

Ternyata benar, sesampainya di rumah, Jiyem terus bertanya keberadaan Andi, ia sedikit lega melihat wajahku gembira, walau hati hancur mengingat perlakuan Andi padaku. Meskipun sedikit berbohong sedikit berbohong, kuyakinkan Jiyem, Andi akan pulang di lebaran 2021. Senyum berbinar indah di wajah Jiyem, Alhamdulilah Ya Allah. Semoga Andi lekas sadar, dan pulang ke rumah.

      Saat menanti Andi datang, rumahku didatangi rombongan orang dari kampung tetangga.Ternyata maksud kedatangan mereka adalah melamar Rumi.  Ali duda beranak 1, melamar Rumi, keduanya saling suka dan menjalin hubungan 1 tahun lamanya.,

Kesabaran dan ketelatenan Ali, mampu membuat hati Rumi mencair dan luluh. Ia mau  menerima semua kondisi Ali yang dicintainya, setelah acara lamaran usai, sebulan kemudian menyusul ke jenjang perkawinan . Ada rasa bangga di hati melihat Rumi yang dulu masih bocah sekarang telah beranjak dewasa. Suasana haru biru, melepas anak perempuanku satu-satunya. Air mata  Jiyem terus berkaca-kaca melihat putri kesayangannya duduk di pelaminan, saat Rumi sungkem di kakinya.

Genap  2 minggu Ali dan Rumi menghabiskan bulan madu di resort mewah, mereka tampak bahagia menikmati masa-masa indah bersama. Tepat hari minggu malam, Ali meminta ijin untuk memboyong Rumi ke Makasar. Ada rasa kehilangan Rumi, berkecemauk didadaku. Setelah berunding dengan Jiyem, mau ndak mau harus melepaskan Rumi ke suaminya untuk pindah ke Makasar, dengan syarat Rumi harus sering memberi khabar. Ali menyetujuinya, dan membelikan Hp baru untuk melancarkan komunikasi saat Rumi telah di Makasar.

Rasanya berat hati di tinggal putri tercinta rasanya sedih sekali, rasa itu yang menyelimuti Jiyem dan aku saatmelepas Rumi ke suaminya Ali. Kepergian Rumi diiringi doa, dan harapan kebahagiaan mereka berdua.

Seminggu, dua minggu, Rumi meninggalkan rumah, sangat terasa sekali. Deringan suara Hp, selalu terdengar saat Rumi kangen bertemu dan menceritakan kondisinya selama bersama Ali, suaminya. Bulan pertama, kedua ditahun pertama, komunikasi terjaga dengan baik. Aku dan Jiyem berkunjung ke Makasar melihat kondisi rumah tangga Rumi dan Ali, tampak bahagia dan harmonis., meski ia belum hamil.

Awal Januari  2022, rumah tangga Rumi bermasalah, percekcokkan keduanya sering pecah. Sampai akhirnya keputusan Ali mengungat cerai Rumi terjadi. Kusayangkan keputusan Ali bercerai dengan Rumi hanya sepihak. Ali tak mengembalikan Rumi kepadaku, bapaknya, Ali sengaja menelantarkan Rumi. Rasa malu dan sedih yang berlebihan membuat Rumi jatuh ke dalam lembah  kenistaan. Ia menjadi kupu-kupu malam, melayani para laki-laki hidung belang Ya Alloh. Keberadaannya sulit terlacak karena seringnya ia pindah rumah dan mengganti namanya, menjadi Sinta., Jiyem dan akupun memutuskan pergi ke Makasar mencari tahu keberadaan  Rumi, tapi menemui jalan buntu . Rumi tak ditemukan!.

Kejadian ini membuat Jiyem drop dan jatuh sakit memikirkan kedua anaknya. Sampai Allah SWT berkehendak lain. Jiyem meninggal dunia, tanpa di damping Andi dan Rumi. Aku menelpon berkali-kali tak direspon, kemana perginyanya anak-anakku Ya Alloh. Tanpa khabar dari Rumi dan Andi. Lengkap sudah penderitaanku, tanpa istri dan anak. Aku hidup sebatang kara.

Pagi ini dibulan Ramahan hari ke 17, tak banyak yang bisa kulakukan, setelah mencari rumput untuk makanan kambing, seperti biasa aku membantu membersihkan sawah juragan Sueb, agar dapurku terus  mengepul bisa menyambung hidup, tak perduli panasnya matahari membakar tubuh dan mendatangi rasa dahaga dibulan puasa. Kukerjakan semua dengan giat, untuk memperbanyak pahala di bulan puasa, sampai tiba waktu sore.

Suara adzan magrip menggema terdengar sampai di rumah, cepat-cepat  aku membatalkan  puasa dengan minum segelas air putih dan makan  ala kadarnya, kupasang foto keluarga seakan mereka duduk dan berbuka bersama denganku, Jiyem, Andi , Rumi seandainya kalian tahu betapa berharganya kebersamaan ini, apalagi saat menjalankan ibadah puasa. Masih teringat jelas Jiyem biasanya duduk di sebelahku, Andi dan Rumi duduk bersebelah berhadapan, Andai waktu bisa berulang kembali, kenangan itu datang lagi untuk kesekian kalinya. Kuyakin Allah SWT mengabulkan permohonanku, hanya menunggu waktu yang telah ditentukan  olehNYA.

 Tibalah waktu di meja makan dan mendengarkan celoteh mereka. dilanjutkan dengan sholat magrib dan teraweh di Mushola desa, yang jaraknya 3 kilo, Terbiasa berjalan kaki, bersama pak Ipong yang datang menjemput berjalan menunaikan sholat terawih.

Saat kubersujud  memohon dipertemukan dengan kedua anakku  di penghujung bulan Ramadhan. Semoga kesehatan, kebahagiaan tuk Andi dan Rumi, Amin .

Surabaya 22 Mei 2022

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SANG PENDOSA

AYAH, MALAIKAT TAK BERSAYAP

IBU, SI PEMBUKA PINTU SURGA