DUKA TERNODA
Duka yang
kurasa terus menggiris hati, mendung terus menghantui pikiranku, tak ingin
kurasakan kepedihan, kebencian yang merajalela, pada laki-laki yang telah membunuh
masa depanku, meninggalkan duka, aku telah ternoda. .
Nita,
nama panggilanku karyawan toko emas, Raja. Pekerjaan yang kulakukan setiap hari
mulai pagi 09.00 sampai jam 19.00. Aku bekerja untuk menabung pundi-pundi uang
agar mampu membiayai kuliahku nanti. Kuingin meraih cita-cita secara mandiri,
tak merepotkan kedua orang tuaku.
Bekerja
di toko emas, bertemu dengan banyak pelanggan yang punya karakter berbeda,
mewaspadai pengunjung yang punya niatan jahat
ingin mencuri emas secara diam-diam. Kejujuran dan keluwesan selalu
kutanamkan dalam bersikap untuk menghadapi pelayanan prima pada semua
pelanggan.
Di
tengah-tengah kesibukanku sebagai karyawan toko, sepasang mata yang sering
menatap dan mencuri pandang padaku. Entah alasan apa yang membuat laki-laki itu
suka mendekatiku, dialah Rony, bosku
yang punya dua istri, dan 6 orang anak. Rambutku yang berderai panjang, bodiku
yang langsing, kulit putih langsat dan enak dipandang, adalah salah satu faktor
yang membuatnya suka. Apalagi ketika aku memakai baju ketat, dan rok pendek,
matanya tak henti-henti melihat dan menatapku tanpa berkedip. Tangannya yang
tiba-tiba meremas bongkahan pantatku dengan keras dari belakang membuatku
tersentak, ingin kucaci maki Rony, si tua bangka mata keranjang. tapi tak sekali dua kali, mengancam memecatku bila melapor ke istrinya. Hatiku
tak terima diberlakukan tak senonoh oleh Rony, inginku keluar mencari pekerjaan
baru, yang membuatku nyaman dan tenang.
Selasa pagi, seperti biasa aku masuk kerja
melayani pelanggan yang membeli dan menjual perhiasan, tiba-tiba aku diberi
kode Rony untuk mendatangi ruangannya. Tanpa pikir panjang kumasuk dengan
mengetuk pinturuanganya..
"Selamat
pagi, bapak memanggil saya?.
"Nita,
duduklah. Hari ini kamu ikut saya ke rumah, mengambil beberapa kuitansi yang
tertinggal. Kita naik mobil saya saja”.
"Kenapa
harus saya bos? Kan ada Rianti dan Dona ?
"Mereka
berdua masih repot, melayani pembeli, udah kamu saja jangan menolak perintah bos!.
Aku
tak bisa berkata-kata, hanya sebuah harapan semoga tak ada apa-apa yang
terjadi. Aku menurut dan berangkat ke rumah Rony memakai mobil BMW, duduk di
belakang kursi. Rony memintaku duduk depan tapi aku menolaknya. Rony,
mengeluarkan jurus rayuan gombalnya, tak kugubris sama sekali. Aku terus diam
seolah tak mendengar kata-kata Rony.
Perjalanan dari toko menuju rumah Rony,
hanya 30 menit. Rumah Rony berada di komplek perumahan mewah, bergaya klasik,
dan mentereng. Rony menghentikan mobilnya, dan memintaku untuk masuk ke ruang
tamu. Aku berjalan menyusuri tangga masuk, melihat sekeliling rumah, sunyi tak
berpenghuni. Kecurigaanku mulai datang, jangan-jangan aku akan dijebak, sikap Rony yang mencurigakan, celakanya
ruamahnya kosong tak terlihat ada pembantu. Kuberfikir, jelek, bagaimana jika Rony berbuat
asusila padaku. Tiba-tiba Rony datang membawa 2 gelas air sirup merah.
Matahari yang memerah panasnya menyengat kulit, tenggorokanku terasa kering,
ingin meminum air dingin. Rony, mempersilahkanku minum. Sirup merah yang
menggoda. Aku meminumnya sampai habis. Rony, tersenyum senang. Rony menggeser
duduknya, mendekatiku. Aku menghindar dan menjauh, tiba-tiba tangan Rony
menarik pundakku dengan kuatnya, hingga kepalaku berhadapan dengan wajah Rony,
ciuman bertubi-tubi mendarat di bibirku. Kuberteriak-teriak tak ada seorangpun
yang membantuku. Kepalaku terasa pusing, aku berjalan terhuyung-huyung, dan akhinya jatuh tak sadarkan diri.
Entah setan mana yang merasuki jiwa
Rony, aku yang tak sadarkan diri dibawanya ke kamar, nafsunya bejatnya sampai
di ubun-ubun, dilampiaskan semua padaku.
Baju, yang menempel ditubuhku dilepaskan
dengan paksa , sampai tak sehelai benangpun yang menempel tubuhku. Rony yang gelap mata, tanpa dikomando
lagi merenggut keperawananku. Licik caranya, membiusku hingga pingsan,
menggagahiku seperti sekor binatang, Rony buas di ranjang. Entah sampai berapa
lama aku berada di ranjang bersama Rony.
Kesadaranku berangsur-angsur pulih,
pelan-pelan mataku terbuka, rasa perih di kemaluanku, ada bercak darah segar
yang menempel di ranjang, Ya Allah aku
telah diperkosa Rony. Keringat dingin membasahi dahiku, kaget dan marah melihat
bercak darah, kulihat Rony yang duduk menghisap
sebatang rokok, sambil memandangku. Kututupi
tubuhku dengan selimut.
"Ha, ha, ha akhirnya aku bisa
menikmati tubuhmu , Nita".
"Biadab kau Rony, tega sekali !.
"Menagislah sepuasmu. Setelah ini
kamu akan hamil, dan mintak dinikahiku. Ha, ha, ha".
"Kamu benar-benar biadab !.
Aku menutup wajahku dengan kedua tangan.
mengambil baju yang tercecer di lantai dan berlari masuk kamar mandi. Kuguyur
kepalaku dengan air sebanyak-banyaknya. Masa depanku telah hancur, semua
impianku telah tiada, Tuhan ampuni aku!.
Hari mulai sore, Rony mengantarku pulang
ke rumah. Selama perjalanan mulutku terasa terkunci, Rony terus merayu dengan
kata-kata gombalnya. Hatiku serasa hancur keperawananku telah direnggut dengan
laki-laki beristri 2. Jutaan penyesalan yang kurasa, kesedijan yang tak kunjung
berhenti. 30 menit Rony telah tiba di
depan rumah, dengan senyumnya dia membuka pintu mobil mempersilahkan aku
keluar. Aku melangkah menuju rumah sambil tertunduk lesu, tak bergairah menghadapi
dunia.
Malamku langit mendung tanpa
bintang-bintang, air mataku terus mengalir deras, jeritan hati yang kurasakan
sendiri. Kekhawatiran mulai muncul di benakku. Ingin rasanya kuceritakan ke
ayah dan ibu tapi aku takut, tak tahu harus berbuat apa. Di tengah kegalauan
aku mengambil air wudhu menjalankan sholat. Di atas sajadah kupanjatkan doa-doa
memohon Allah SWT membantu menguatkan , menerangi hati, dan memberi solusi atas
semua masalah yang kuhadapi. Malamku terasa panjang, mataku tak henti-henti
menangis sampai kutertidur.
Sinar matahari yang terasa hangat di jendela kamar, membangunkanku membuka mata,
bersiap untuk mandi. Kubuka pintu kamar, terlihat ibu yang menyiapkan sarapan dan ayah duduk di
ruang tamu sambil meminum secangkir kopi.
"Nita, kemarin sore kamu belum
makan, langsung tidur, kamu kenapa nak?.
"Aku capek habis kerja bu".
"Oh, begitu. Ibu lihat ada laki-laki
yang mengantarmu pulang? Siapa dia nak?
"Bukan siapa-siapa hanya teman saja".
Aku
tersenyum pada ibu, berusaha menutup kejadian yang kualami kemarin. Hari ini
kuputuskan untuk istirahat di rumah, menenangkan perasaanku yang gundah.
Guyuran air di atas kepalaku, terasa segar, kubersihkan semua anggota tubuhku
dengan sabun, sampai tercium wangi.
Aku menuju ruang makan, mengisi perut
yang keroncongan, tak makan mulai tadi malam. Sepiring nasi goreng telur ceplok dan teh
manis kulahap habis. Ibu melihatku tersenyum sambil geleng-geleng kepala.
Terdengar pintu ruang tamu diketuk
seseorang, kutengok ternyata Rony, bos brengsek. Ayah mempersilahkan Rony
masuk. Tak lama ayah memanggilku.
"Nit, ada bosmu datang ayo temui
sana".
" Iya ayah".
Aku
memandang Rony, laki-laki yang kubenci, rasanya muak dan marah melihat
senyumnya.
"Maaf Nit, kedatangan saya ingin meminya maaf atas
kejadian kemarin".
"Kamu memang gila, aku benci sama
kamu".
"Dengar
Nit aku akan menikahimu, dan bertanggung jawab atas benih-benih yang ada
dirahimmu, jadi istri ketiga ya".
"Aku
tak mau, buat apa punya suami bejat sepertimu!.
Rony
diam sambil memandangku. wajahnya geram
menahan amarah, kerutan di dahinya menunjukkan bahwa dia berkata dengan serius. Rony berusaha menyentuh tanganku, tapi
kuhempaskan dengan keras.
"Baik Nit, kamu telah menguji
kesabaranku. Aku ingin bertanggung jawab, ingatlah itu".
Aku
diam tak bersuara, rasa benci yang masih menguasai hatiku. Rony berjalan keluar rumah. Kupandang
kepergiannya dengan tatapan kosong. Bagaimana aku menikah dengan laki-laki mata
keranjang yang telah beristri. Rasa sakit mengingat kejadian yang kualami
bersama Rony, seakan tak pernah lupa. Duka yang ada dalam hati tak akan
terobati, nasib sial yang kualami duka ternoda , tragisnya nasibku.
Surabaya,
13 Juli 2022
Bu Panca ini tulisannya semakin kriuk..tema yang diambil juga luar biasa.. semangat ya
BalasHapusMatur Nuwun Bu Kanjeng
HapusKenapa wanita itu tidak berhijab, coba kalau bajunya tidak menonjolkan birahi pria dan jaga jarak bisalah masa depannya diraih dengan mulus. Pesan moral : apa yang terjadi tergantung sikap yang kita terapkan.
BalasHapusTerima kasih bu Nurul
Hapus