ARWAH GENTAYANGAN


 

     Arwah gentayangan, berwarna putih tak berwajah yang  mati penasaran menghuni suatu tempat di rumahku  untuk berkumpul dengan sesamanya. Arwah gentayangan,  kakinya tak menginjak tanah, mampu menghilang dan muncul secara tiba-tiba , menakutkan manusia. Arwah gentayangan yang mampu menembus dinding pembatas rumah, semakin hari semakin menjadi-jadi, menghuni rumahku, tak kasat mata bertahun-tahun tepat di kamar mandi lantai atas dan bawah.

     Bayangan arwah gentayangan terlihat jelas ketika, berjalan menaiki tangga rumah, langkahnya tak terdengar, dan tak terkejar. Bermacam-macam hal yang dilakukan arwah gentayangan untuk menunjukkan eksistensinya, termasuk mengetuk dan menggerakkan pintu tanpa terlihat wujud aslinya. Tak hanya itu suara-suara yang menganggu telingaku terus terdengar.  Seseorang yang tiba-tiba memanggil  namaku dari lantai bawah, mirip suara seseorang yang kukenal. Suara laki-laki, kebanyakan suara perempuan, tertawa cekikian seperti kuntilanak.

   Waktu merangkak malampun tiba, langit menghitam  pertanda mendung, hujan akan datang, tiba-tiba aku merasakan adanya arwah gentayangan berada di dekatku. Tak biasa aku mencium aroma wangi melati, dan parfum serimpi, untuk orang mati, baunya tajam menyengat hidungku. Anehnya, aroma wangi melati, berada di belakang pintu kamar. Kubiarkan karena tak menganggu, tapi dugaanku meleset. Bayangan putih nampak berdiri mematung di depanku, tak itu saja kipas angin bergerak sendiri dan buku-buku di atas meja jatuh, tanpa ada yang menyentuhnya.

     Penampakan arwah gentayangan tak sampai di situ, di luar kamar, kulihat kilatan cahaya, yang berdiri di jendela kamar, yang tak bertirai. Antara takut, cemas dan bingung harus berbuat apa, kutelpon anak-anakku yang lagi berjualan air isi ulang, untuk pulang menemaniku di rumah. Apesnya, Hp mereka  tak dapat dihubungi. Tak lama tiba-tiba listrik  mati sendiri, padahal  tetangga kiri kananku, lampunya nyala, aduh aku takut gelap.

     Untungnya, Alfin anakku kedua, datang tepat waktu. Listrik yang padam dihidupkan kembali, ternyata voltase tegangan lagi turun hingga lampu mati. Lampu menyala menyinnari kamar,  aku bernafas lega, Alhamdulilah.  Rasa bersyukur yang tak terkira,  kini aku tak  merasa  sendirian, meski Alfin tiduran di ruang tamu, terasa terhibur.

      Seperti biasa, sebelum menjelang tidur, aku melakukan sholat isya empat rokaat,  dengan khusu. Setelah kurapikan sajadah dan rukuhnya, aku melangkah masuk kamar. Sayup-sayup kumendengar seseorang yang membuka tudung makan yang terbuat dari logam besi, aku berhenti berjalann dan kembali menuruni tangga, untuk melihat siapa yang hendak makan.

            "Alfin, Alfin , mau makan ya nak?.

Tak terdengar respon, Alfin menjawab pertanyaanku, sampai aku tiba di lantai 1 rumahku.  Aku mencari keberadaan Alfin, mungkin ke kamar mandi. Kutenggok kamar mandi pintunnya  masih  terbuka, aku masuk ke ruang tamu, ternyata Alfin telah tidur pulas, lalu siapa yang membuka tudung meja? Aku bertanya-tanya senndiri, mungkin arwah gentayangan ingin menncicipi masakanku.

      Keringat dingin mulai keluar dari sela-sela rambut, menyadarkanku  arwah gentayangan sedang menerorku. Bulu kulitku  tiba-tiba merinding,   merasakan seseorang mengawasiku  tepat di depan pintu kamar mandi. Aku menoleh mendekati kamar manndi, tapi tak terlihat apa-apa.

      Kejanggalan yang terjadi berkali-kali, membuat nyaliku besar ingin melawan, aku mengambil air wudhu  untuk membacakan ayat kursi. Suara lantunan ayat kursi yang kukeraskan  demi  menghilangkan arwah gentayangan agar  pergi jauh-jauh dari rumahku. 30 menit membaca ayat kursi terasa suasana rumahku perlahan-lahan menjadi sejuk tak panas lagi.  Aku berjalan menuruni tangga atas untuk tidur, semoga kejadian aneh tadi, tak berlanjut , Amin amin amin YRA

Surabaya, 31 Juli 2022

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SANG PENDOSA

AYAH, MALAIKAT TAK BERSAYAP

IBU, SI PEMBUKA PINTU SURGA