CINTA ABADI




      Jalan Diponegoro Surabaya siang itu jadi saksi, seseorang pengendara mobil  menabrak sepeda montorku dengan keras. Kaca spion kiri pecah, helmku terpelanting ,  kepala terbentur aspal badan jalan dan   montorku terjatuh  mengenai  kaki, braak . Aku meringis kesakitan,  tak mampu mengangkat beban sepeda metikku.. Beberapa pengendara lain berhenti dan memberikan bantuan, lainya hanya berdiri menonton aku yang tertindih  montork. Dahi dan wajahku lebam keluar darah segar , nafasku masih ngos-ngosan, tak sadarkan diri.  Mobil pick up putih yang menabrakku lolos tak terkejar  sopir tancap gas, benar-benar sial hari ini. Petugas lalu lintas berdatangan mengevakuasi tempat kejadian dan memberiku pertolongan pertama, memanggil ambulans. Aku tak merasakan apapun, semua terasa gelap.

 

Kubuka mata melihat sekelilingku, tampak Rina, adik semata wayang duduk di sebelahku .

"Aku dimana, mana ayah dan ibu Rin?.

"Mas Rangga Alhamdulilah kamu telah siuman, sudah 4 hari tak sadarkan diri".

"Aku tak sadar 4 hari, busyet lama banget".

"Ayah ibu, masih otw menuju ke sini".

 

Pintu ruangan dibuka perawat, didampingi dokter perempuan muda dan cantik, memeriksa kondisiku.

            "Masih pusing?.

"Sudah enakan dok. Apalagi kalau ditunggui dokter, pasti cepat sembuh . Ini kaki kiri saya kok diperban, kenapa dok?.

Aku melirik dokter wanita , sambil tersenyum. Aduh manis sekali senyumannya yang berlesung pipit. Kulitnya  yang putih tinggi semampai, rambut  panjang berderai indah, anggun, wangi tubuhnya tercium, membangkitkan rasa, ingin memilikinya. Aliran darahku seakan naik ke ubun-ubun membuat jantungku berdegup kencang. Aku memegang tangan dokter, untuk berkenalan.

            "Maaf ini bisa saya panggil mas atau bapak?.

            "Saya masih single dokter. Nama saya Rangga, ini adik saya Rina".

"Nama saya Anggi. Panggil Anggi saja ya.  Kaki bagian kiri anda patah, dan harus rawat inap, agar segera sembuh".

"Saya nurut apa kata dokter saja".

Anggi, si dokter cantik meninggalkan ruanganku bersama perawat. Aku memandangnya, seandainya Anggi jadi pacarku, apa mungkin ya?. Rina melihatku sikapku  tertawa geli.

      Waktu telah menginjak malam lampu ruangan yang masih menyala , kuterbaring di tempat tidur di temani bapak yang sudah tertidur di sampingku, situasi  ruangan yang sepi membuat mataku mengantuk. Suara pintu  tiba-tiba terbuka, akupun terjaga, siapa malam-malam datang, setelah kelambu ruangan terbuka, ternyata Anggi si dokter cantik. Aku senang, rasaku berbunga-bunga. Anggi, wanita spesial datang menemuiku sendiri.

     Anggi memberi kode, jari telunjuknya ditempelkan ke mulut, tanda aku harus diam tidak membuat gaduh, karena takut membangunkan bapak. Aku tersenyum memandangbya. Anggi mendekatiku, sambil membawa hp.

            "Kita sekarang berteman dekat ya".

            "Pasti Anggi, terima kasih mau datang. Boleh tahu nomer Hpmu?.

            "Kenapa, mau chatting? Ini 085 7320483733".

Nomer Anggi kusimpan di Hpku. Jari-jari  Anggi menyentuh tanganku dan meremasnya,  terasa hangat membuat getaran jantungku  tak menentu. Aku tertegun, memandang wajahnya seakan  tak berkedip.

            "Cepat sembuh, ya".

            "Terima kasih Anggi".

Aku memegang tangan kanan Anggi, kucium dengan mesra. Anggi tersenyum malu, wajahnya memerah memandangku.  Waktu kucium tangan  Anggi,  dia tak menolak sedikitpun, mungkinkah dia punya perasaan yang sama denganku, Tak lama Anggi berpamitan pergi. Anggiku, semoga malam  ini adalah awal cinta abadi kita.


Surabaya, 12 Juni 2022

           

 

 

                          

 

 

Komentar

  1. Sepertinya pakar fiksi nih saingan sama pak mazmo

    BalasHapus
  2. https://arofiahafifi.blogspot.com/2022/06/selamat-jalan-eril.html


    👆Monggo mampir Bun

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SANG PENDOSA

AYAH, MALAIKAT TAK BERSAYAP

IBU, SI PEMBUKA PINTU SURGA