I’M ONLY WITH U
Lalu lintas di jalan Pahlawan, Sukoawak cukup padat merayap , Gerahnya tubuhku
berkendara di panasnya sinar matahari
yang menyengat, suara klakson mobil terdengar saling bersautan meminta jalan.
Mobil berjejer terjebak kemancetan. Aku melirik
arloji yang melingkar di tangan kiri.
Jam munujukkan pukul 12.00.
Keringatku keluar perlahan, meski di dalam mobil ber AC. HPku berdering,
kulihat Amanda menelponku.
"Rik,
aku sudah nyampek nih, kamu kemana?.
"Sorry,
ini lagi otw, tunggu aku masih terjebak
mancet".
"Oke-oke
sampai jam berapa?.
"Tak
tahu Amanda, ini mancetnya sampai jam berapa".
"Males
janjian ama lu Erik".
Tut, tut, tut suara Hp Amanda, ternyata telah dimatikan, ada rasa bersalah yang kurasakan di hati, tak ingin terlambat datang waktu janjian, gara-gara mancet benar-benar sialan. Waktu terasa berjalan lambat, 30 menit sudah menunggu, Alhamdulilah mobilku bisa bergerak meninggalkan jalanan mancet, plong rasanua.
Di tempat tongkrongan, restaurant Cahaya, Amanda telah menunggu
dengan hati dongkol, menahan amarahnya. Punya pacar jam karet seperti Erik,
menggerus hati, rasanya pingin diputusin
saja tapi masih cinta, memang repot. Amanda memainkan Hp, dengan jari-jarinya
yang indah dan mungil. Hpnya berdering, Herman mantan terindahnya menelpon.
"Amanda
kamu dimana? .
"Direstaurant
Cahaya, kenapa?.
"Kusamperin ya, tunggu 5 menit".
Tanpa menjawab apa-apa telpon telah ditutup, Herman mantan cowok
Amanda, yang masih perhatian. rasa rindupun
masih dirasakannya. Herman, adalah
jurnalis Jawa Pos, pencari berita-berita politik dalam negeri. Laki-laki
yang mapan, mobil dan rumah pribadi telah tersedia. Herman mrndambakan istri seperti Amanda.
Sayangnya Amanda saja yang belum siap berumah tangga.
Herman datang lebih awal, 3 menit setelah
telpon sudah berdiri di depan Amanda,
penampilannya memang rapi dan keren. Senyum manis berlesung pipit, membuat
getaran hati Amanda mulai berdegup
kencang. Tanpa basa-basi lagi ciuman Herman mendarat tepat di pipi Amanda, pelukan
tubuh Herman, membuat Amanda seperti
mengenang masa-masa indahnya dulu, mesra sekali. Amanda dan Herman, dua sejoli
yang saling melepas rindu, tak melihat mata-mata yang mengawasinya di restaurant
Cahaya , seperti dunia milik berdua.
"Amanda,
inikah yang kamu sebut cinta? Kamu mendua!.
Suara itu menganggetkan Amanda, secepatnya
melepaskan pelukan Herman dan menoleh ke asal suara.
"Erik!, tunggu aku bisa jelaskan"
Erik melangkah pergi, tanpa mendengar
teriakan Amanda, yang menggejarnya dan terus
memanggil namanya.Harapan terbesarnya bisa bertemu dengan Amanda telah dilakukannya, meski harus terjebak di
kemancetan lalu lintas, kini yang didapat hanya kekecewaan. Erik terus berjalan
menuju tempat parkir mobil, dan mengarahkan kunci remote dari jarak jauh.
Amanda, setengah lari mengejar dan mencari keberadaan Erik. Melihat Erik,
mendekat dan memeluk pinggang Erik.
"Erik,
jangan pergi please kumohon".
"Sudahlah,
teruskan hubunganmu dengan mantan. Biarkan aku pergi".
"Tidak
Erik, Aku sudah punya kamu".
"Cukup
ya , kebohongan yang kamu buat. Peluk, cium
Herman bisa kau tolak, lepaskan aku"..
Erik melepaskan pelukan dari tangan Amanda, dan meninggalkan sendiri. Amanda tak mampu menguasai dirinya, jatuh terpleset lututnya lebam kemerahan. Kesedihan yang dirasakan Amanda, penyesalan yang teramat dalam. Amanda melihat mobil Erik yang melaju jauh meninggalkan dia sendiri. Air mata yang jatuh membasahi pipinya, tak berharga lagi. Jeritan hati yang terdalam, andai bisa bicara, Erik, I’m only with U.
Surabaya, 8 Juni 2022
Waduh......
BalasHapusWaduh kenapa bu Mien
HapusMengesankan. Salam literasi Bu Panca
BalasHapusAlhamdulilah , terima kasih
HapusKeren banget
BalasHapusTerima. Kasih Pak Suhadi
HapusMaren ( matan dan keren ) Bu lanjut
BalasHapusSiap Suhu
Hapus