KESEMPATAN KEDUA


 Mawar Merah nama lengkap gadis yang memakai pakaian ketat,  berwarna merah, rok pendek yang menunjukkan lekuk tubuh sintalnya.  Mawar senyumnya seindah namanya,  gadis yang misterius membuat banyak pria penasaran, salah satunya aku.

Mawar tinggal dirumah mewah,  bersama keluarga yang sangat terpandang di komplek perumahan Wedang Legi blok 2,  100 meter jarak rumahnya dariku. Kedua orang tua mawar tak bekerja. tapi hartanya melimpah ruah. Beberapa rumah mewah, mobil bermerk tertata rapi di garasi , barang elektronik dengan harga yang fantastik bak jutawan,. dari mana datangnya harta itu?. Pertanyaan- pertanyaan itu sering hinggap,  jadi bahan pikiranku.

Rumah mewah bak istana, perabot rumah tangga dibuat dari perak, pintu gerbang rumahnya berdiri 2 patung buaya cukup besar, anehnya mata patung buaya bersinar seakan akan mengawasi orang yang lalu lalang melewati rumah Mawar..Model rumah Mawar bergaya klasik, megah dan kokoh bangunannya. Tapi ada kejanggalan di rumah itu, tiap malam orang-orang kampung mendengar lolongan serigala, dan penampakan 5 kuntilanak di depan pintu gerbang, dengan rambut yang terurai panjang, menduduki tembok pintu gerbang menakuti orang yang lewat rumah itu. Herannya si empunya rumah seakan tak terusik dengan kondisi rumahnya, aneh kan?.

      Rumah Mawar yang remang-remang hanya diterangi cahaya bulan, mengusik sesorang dengan penampakan kuntilanak yang muncul tiba- tiba, membuat ketakutan dan  berlarian menjauhi rumah itu.  Tak salah orang menyebut rumah berhantu.

     Tiap pagi banyak orang mendapati segebok uang yang jumlahnya jutaan tercecer di bawah patung, membuat orang berlarian berebut uang sebanyak- banyaknya. Tapi setelah sehari,. orang- orang yang berebut uang meninggal dunia secara mengenaskan  tubuhnya terdapat luka sayatan pisau, kulit tubuhnya tercabik-cabik, tak itu saja isi rongga dada berlubang besar seperti habis dimakan hidup -hidup dan tak tersisa. Siapa pelaku pembunuhan keji ini ?. Dugaan kecurigaan mengarah ke Suwiryo, bapak Mawar yang jarang bersosialisasi dengan warga sekitar, bepergian jika ada urusan saja. Sesosok Suwiryo, laki-laki paruh baya badannya gempal punya sorotan mata yang tajam, berkulit hitam, tercium bau wangi, dari sesajen  bila berdekatan dengannya.

Berita kematian seolah menjadi booming warga perumahan, mereka takut melihat korban  keganasan yang mati  dan ingin membalas perbuatan pembunuh itu. Warga penasaran menuntut balas pada Suwiryo  bapak Mawar.

            Mendung membayangi pagi itu, belasan warga baik  laki-laki  & perempuan bernyali telah berkumpul didepan pintu gerbang   dan berteriak membawa pentungan kayu.

"Suwiryo, keluar kamu !, mengapa banyak orang  yang mati setelah mengambil uang yang tergeletak dibawa patung itu.  Ayo jelaskan pada kami".

Teriak warga  dengan geram, sambil mengacungkan pentungan kayu .

            "Suwiryo, ayo keluar, jelaskan pada. kami".

Para warga yang telah marah, tak sabar mendobrak pintu gerbang dengan tenaga yang kuat  dan braaaaak!!.. Pintu terbuka. Tanpa buang waktu mereka berlarian menuju pintu rumah. Halaman rumah Suwirya, terdapat tetesan darah menggenangi lantai pintu utama. Kecurigaan para warga semakin menjadi- jadi . Bau amis darah menyengat hidup mereka, ratusan lalat menggerubung daging mentah yang membusuk. Rasa jijik, mual, muntah melihat pemandangan yang mengerikan, seram sekali.

            Dua  warga mengedor pintu dengan keras dan mendobraknya. Mereka melihat isi rumah Suwiryo, lima serigala yang buas menyalak dan menghadang mereka. Mulut serigala yang terbuka, terlihat tetesan darah yang deras jatuh di lantai, sorot matanya yang tajam siap menerkam para warga yang memaksa masuk, kini melangkah mundur menjauhi serangan srigala.

            Pak Nawi, laki-laki bersurban tiba-tiba berdiri menghalau terkaman serigala dengan tasbih yang menggelantung kedua tangannya. Bibir pak Nawi berkomat-kamit menyebut asma Allah dan di lemparkannya tasbih tepat di depan serigala. Ajaibnya srigala menghilang sekejab. Para warga yang menyaksikan itu, hanya melongo keheranan.

            Pak Nawi, terus melangkah diruang tamu, mendapati sesajen dan asap melambung  yang sedikit mengepul di pojok kanan, lukisan besar di atas dinding gambar Suwiryo dan anggota keluarganya. Pak Nawi terus berjalan mendekati kamar utama.

      "Assalammualaikum wr wb".

Pak Nawi mengetuk pintu dan memberi salam. Ditunggu beberapa menit tapi tak ada suara satupun  yang menjawab salam. .  Pak Nawi menarik gangang pintu yang  ternyata terkunci  didalam. Dengan sekali tendangan kaki Pak Nawi  pintu terbuka.  Terlihat Suwiryo, istri dan Mawar mengelilingi sesajen,  mulutnya komat-kamit tak tahu kedatangan Pak Nawi . Tanpa pikir panjang lagi, pak Nawi mengambil setimba air dari kamar mandi dan disiramkan ke sesajen itu. dan padam. Suwiryo, istri dan Mawar  berteriak marah dan menyerang pak Nawi.

            "Pak Suwiryo, anda tepengaruh bisikan setan pak, sadar pak ayo sadar".

"Tak peduli ucapanmu, Nawi !. Aku begini karena tak mau Mawar jadi korban tumbal selanjutnya. Jangan ganggu aku, pergi Nawi".

"Kalau aku tak mau kamu mau apa".

 Pak Nawi mulai membaca ayat Kursi, untuk  melindungi dirinya dan para warga.

     "Allahulailah ha ilah huwal khayul Khoyum ".   

      "Jangan panas, panaaaas"

Suwiryo berteriak keras-keras dan menutup rapat kedua telinganya . Mawar dan Ibunya yang hanya diam melihat itu, seketika menutup telinganya dengan kesakitan .

    "Hentikan, tolong saya mohon".

    "Baiklah".

Pak Nawi menghentikan bacaan Ayat Kursi dab mendekati Suwiryo yang jatuh terpelanting dan  tersungkur di lantai.. Pak Nawi meletakkan tangannya di atas kepala Suwiryo. Aliran tenaga dalamnya mengalir dari jari-jarinya. Doa rafalan pendek penghilang pengaruh setan dibaca berkali-kali dan asap hitam mengepul  keluar dari kepala Suwiryo, matanya melihat keatas seolah ada arwah jahat yang keluar. Mawar memperhatikan pak Nawi mengobati ayahnya. Mawar tiba-tiba memegang lehernya dan berteriak minta tolong.

            "Tolong pak , tolong aku".

Pak Nawi melepaskan tangannya, dan mendekati Mawar, yang mulai kejang-kejang. Pak Nawi, memegang tangan Mawar, sambil membaca doa-doa.

"Jangan ganggu aku Nawi, biarkan tubuh Mawar jadi milikku, kujadikan tumbal berikutnya".

Pak Nawi terus berusaha membantu Mawar, tak lama Mawarpun jatuh lemas dan pingsan. Para warga membantu memapah tubuh Mawar, dan berusaha menyadarkannya.

Mendung hitam di sore itu seakan menjadi saksi, rumah Suwiryo yang berhantu kini betangsur-angsur bersih dari gangguan mahluk halus. Suwiryo mulai menyadari kekeliruannya dan berjanji pada warga sekitar dan keluarganya untuk mendalami agama dengan baik. Suwiryo meminta maaf dan memohon untuk diberi kesempatan kedua.

 

Surabaya, 3 Juni 2022

Komentar

  1. Serem.... Kalau difilmkan, wah... jeritan penonton memenuhi bioskop.

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. Terima kasih Pak guru. Semoga target saya terpenuhi

      Hapus
  3. Terima kasih Bu Mien commennya, ayo mulai membuat buku, ingat janji kita ke Pak Khoiri. Oktober ke Jateng

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BUKAN POCONG BIASA

BAKSO LIUR KUNTILANAK

WEWE GOMBEL