WE ARE THE CHAMPION
Pagi
yang cerah, matahari telah meninggi, waktu bekerja telah tiba, aku masih di atas tempat
tidur, seperti robot beremote aku
menjalankan aktivitas keseharian, persiapan berangkat kerja. Persiapanku hanya
15 menit, tetap kulalui seperti biasa. Kini rambutku telah rapi dan bersih, seragam kerja yang wangi serta sepasang sepatu hitam telah bersih dan
mengkilap. Sepeda montor kuhidupkan dan tancap gas untuk berangkat kerja.
Untungnya
perjalanan lancar, hanya 10 menit dari tempat kerja, laju sepeda montorku cukup cepat. yang penting
selamat dan tepat waktu masuk kerja, Alhamdililah. Kuturun dari sepeda montor
dengan semangat tinggi, dan senyum tersungging menghadapi pekerjaan hari ini.
Kuberjalan dengan tergesa-gesa tanpa tengok kanan-kiriku, tak sengaja menyenggol
tas seseorang sampai jatuh, setelah kuamati ternyata tas bu Nancy, big bos
perusahaan tempatku bekerja , rasanya bersalah
dan malu.
"Mohon
maaf bu, saya tak sengaja".
".Jalan
itu pakai mata, dasar tak punya otak !.
"Maaf
bu, saya tadi kan sudah bilang maaf bu, kenapa ibu bilang saya tak punya otak".
"Oh, kamu tidak terima !.
Marah ya ayo kamu masuk ke ruangan saya, namamu Fatih kan?.
"Iya bu, siap".
Perasaan
jengkel dan marah berkecamuk di kepalaku, tak terima di bilang tak punya otak. Moodku
yang mulanya senang, jadi dongkol tak karuan. Setelah menaruh tas di meja
kerja, aku segera menuju ruangan bu Nancy, siap-siap dapat kultum (kuliah tujuh
menit). Kuketuk pintu dengan pelan.
"Ya masuk".
"Bu,
maaf menganggu, ada apa ibu memanggil saya?.
"Fatuh,
datangmu tadi terlambat, dan kamu menjatuhkan tas saya seharga 20 juta. Kamu
tahu harga tas saya melebihi harga dirimu".
Aku melotot dan terperanjat mendengar kata-kata yang diucapkan
bu Nancy. Kukira bu Nancy orangnya baik,
tapi ternyata mampu berkata-kata setega itu.
"Bu
Nancy, mengapa hanya persoalan tas jatuh, kalimat ibu sepert menjatuhkan harga diri
saya. Apa yang salah bu?. Saya tidak sengaja menyenggol tas ibu sampai jatuh".
"Memang
kamu bawaham tak tahu diri, keluar kamu dari ruangan saya!.
Aku
keluar ruangan, rasa ingin membalas perkataan bu Nancy terus kutahan, meski tak terima aku harus
mengalah, karena mengalah bukanlah kalah. Aku
bukan bu Nancy, diriku
lebih bernilai dari dia. Biarlah orang-orang berkata kasar, semua akan
menjadi urasan Allah SWT, zat yang maha
melihat. Jika bisa didamaikan dengan nasehat
yang bijak, menenangkan dan tak menyulut amarah, Alhamdulilah. Sebaliknya bu
Nancy tak beritikad baik untuk mengakui kesahannya. Semoga teman sekerjaku tak
menerima masalah yang kuhadapi bersama bu Nancy. Kuingin memjadi seseorang yang berjiwa besar dan mudah
memaafkan orang lain, we’re the champion .
Mantab lanjut Bu
BalasHapusMatur Nuwun Pak motivasinya. Naskah hari ini berisi nasehat menghadapi tipe orang temperamen.
BalasHapusMemang kita tidak tahu akan diperlakukan baik atau tidak baik oleh orang lain, tetapi dr cerita ibu, kita bisa belajar supaya tetap memperlakukan orang dengan baik. Tetap semangat 💪
BalasHapusTerima kasih bu , BWnya
Hapus