GONDORUWO


 

Sinar bulan menemani malam berkabut di hutan Sunggoco, yang nampak gelap dan sunyi. Hembusan angin membuat ranting-ranting pepohon berjatuhan di tanah. Sesosok bayangan  hitam tinggi besar, kuku-kuku yang panjang dan runcing, barisan gigi memerah  bertaring setajam pisau yang siap mengoyak tubuh lawannya, rambut gimbal yang terurai panjang sampai lutut dialah gondoruwo, penunggu hutan Sunggoco. Kemunculannya yang tiba-tiba, terusik dengan kehadiran Handoko, yang berdoa memohon petunjuk Allah SWT, untuk menemukan istrinya yang tersesat tak diketahui rimbanya hingga kini.

Langkah kaki gondoruwo menimbulkan suara dentuman di tanah, membuat getaran tubuh seseorang yang berada didekatnya, Handoko yang masih duduk bersila, matanya tertutup rapat-rapat  tak memperdulikan kehadiran gondoruwo, yang telah berdiri di depannya. Kedua tangan Gondoruwo langsung mencakar wajah Handoko, sebelum menyentuh kulit wajahnya, cahaya putih  yang memancar dari wajah Handoko melindungi serangan gondoruwo, dan membakar kedua tangan yang melepuh dan mengeluarkan asap. Gondoruwo mengibas-ibaskan tangannya dan berteriak kepanasan. Geram dengan serangan Handoko, gondoruwo melancarkan serangan kedua, tubuhnya pelan-pelan menghilang dan mencoba menghantam tubuh Handoko dengan keras di bagian kepala, perut dan kaki, lagi-lagi sinar putih melindungi tubuh Handoko dari  serangan gondoruwo. Pukulan dan tendangan gondoruwo yangbertubi-tubi tak berpengaruh pada Handoko, yang terus berdoa menyebut nama Allah, memohon perlindunganNya.  Segala cara yang dilakukan gondoruwo untuk menyerang Handoko, tapi tak membuahkan hasil. Gondoruwo terhuyung-huyung, kehabisan tenaga,

"Handoko, Handoko, ilmu apa yang kau pakai, aku tak kuat lagi".

"Kembalikan Wulan istriku, yang hilang di hutan ini".

"Baik, tapi berjanjilah untuk tidak datang ke hutan ini lagi".

"Kupegang janjiku".

       Gondoruwo  berdiri, menghadap pohon besar, di sampingnya, cahaya hitam memgepul dan berubah menjadi sesosok perempuan, Wulan. Handoko, mendekati  dan memapah tubuh Wulan yang lemas tiba-tiba roboh jatuh pingsan. Tubuh gondoruwo berasap, dan menghilang. Handoko tersenyum senang.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BUKAN POCONG BIASA

BAKSO LIUR KUNTILANAK

WEWE GOMBEL