Rumah Tua Berhantu


 

 

        Sejarah peninggalan rumah tua, yang telah berusia 100 tahun lamanya, peninggalan penjajahan Jepang di Surabaya. Rumah tua itu dibangun pada tahun 1921, bangunan model kuno, terletak di jalan Tenggumung  baru selatan. Rumah tua, bercat putih berdiri kokoh di tengah-tengah area perkampungan warga. Cat rumah yang dulu putih bersih, perlahan termakan waktu mengelupas, banyaknya jamur di tepi-tepi dinding  rumah, lambat laun rumah tua itu berwarna abu-abu.  Atap bangunan yang mulanya berpondasi kuat, kini  telah roboh.  Kayu-kayu penyangga atap termakan rayap. Kondisi rumah tua yang tak berpenghuni ini pengap dan dipenuhi hawa mistik , menyisakan awan gelap, berpenghuni mahluk astral, yang bersliweran, terkadah terlihat dan  menakuti warga sekitar.

Pemandangan rumah tua tampak luar, goresan tulisan bertinta hitam, mengotori tembok bagian depan,  tiada lampu penerang di dalam rumah, sampah-sampah yang berserakan, tanaman yang tak terawatt, membuat rumah tua itu terkesan suram dan angker. Pagi menjelang siang, lampu jalanan kampung , berkedip-kedip, seakan tahu di dalam rumah tua itu, ada hantu, yang mengawasi warga kampung yang berjalan lalu lalang, melewati rumah tua berhantu. Setiap tahunnya, ada saja korban yang meninggal dunia. Mulai bayi sampai anak kecil, yang kurang pengawasan oran tua,

Hari Jumat, 21 Januari 1997, Anita, anak penjual kurma tiba-tiba hilang misterius tak ditemukan keberadaannya. Orang tua Anita , sibuk mencari kemana-mana, atas hilangnya  anak tercinta. Anita  balita berumur 4 tahun  hilang ketika ibunya, memasak di dapur. Anita bocah cantik berambut panjang, memang lagi lucu-lunya, dia sedang  bermain sendiri di luar rumah.  Salah satu tetangga bersaksi  bahwa  siang itu, Anita diajak pergi oleh seorang nenek tua, untuk dibelikan mainan di toko depan. Tetangga tidak curiga sedikitpun kepada nenek tua itu, karena mengaku-ngaku dialah nenek Anita.  Sampai sore hari, Anita tidak kembali pulang, membuat kedua orang tuanya, kalang kabut, cemas dan khawatir dengan kondisi Anita, anak semata wayang. Segala usahapun dilakukan oleh bapak dak ibunya  untuk menemukan Anita kembali, mulai lapor polisi sampai menemui orang pintar, untuk menemukaan anaknya.

10 hari berlalu, Pak Sastro, salah satu warga kampung, menemukan seonggok tulang tengkorak berukuran kecil dikerubung lalat dan cacing-cacing  putih   menempel di tulang tengkorak, berada di semak belukar di depan rumah tua berhantu itu. Penemuan tulang belulang manusia itu menggemparkan warga kampung, mengingat rumah tua, tak berpenghuni. Mereka mencurigai, mahluk astral yang menghuni rumah tua itu menghabisi Anita bocah malang, sampai mati tinggal tulang belulang. Baju yang menempel di badan itu, sama persis dipakai ketika Anita terakhir terlihat oleh orang tua dan tetangga sekitar.

Kemarahan  warga semakin memuncak , tak kalah mengetahui jika tulang tengkorak itu adalah Anita. Warga bermusyawarah dan meminta ijin aparat untuk memeriksa dan membuka  paksa  pintu depan rumah tua. Dalam waktu  1 x 24 jam, ijin  pembongkaran rumah tua telah berada di tangan pak RT. Keesokan harinya, seluruh warga berbondong-bondong menuju rumah tua bersama aparat, dan para ulama.

Warga kampung memulai mengekskusi rumah tua itu sambil membaca “Bismillahhirohman ni rohim”. Pintu di dorong keras dan terbuka. Bau amis dan anyir darah menyengat hidung par warga. Darah kering mengenanggi lantai rumah tua. Bayangan putih melesat cepat menjauhi kerumunan warga itu. Beberapa orang, merasa mual dan muntah melihat usus-usus manusia berhamburan di ruang tengah yang telah mengering  tergeletak di sana. Para warga, aparat dan ulama,semakin yakin, penghuni rumah tua adalah biang keladi atas beberapa orang hilang, salah satu korbannya adalah Anita.

 

Siang itu, para ulama segera memberihkan hawa-hawa mistis dengan serangkaian doa-doa yang di baca sambil berdhikir. Doa-doa dari ayat Al Quran yang dibaca puluhan kali. Teriakan keras terdengar, tanpa wujud.

“Panaas, panaaas!.

Teriakan mahluk tanpa wujutpun berulang kali terdengar, sampai beberapa kobaran api yang tiba-tiba muncul dari dalam rumah tua itu menyerang para ulama yang semakin gencar membaca doa. Para  ulama, terus membaca dan menyerang balik kobaran api, dengan bacaan doa, sampai akhirnya, hawa mistis dan mahluk astral, telah pergi menjauhi rumah tua itu. Para ulama, mengunci rumah tua, dengan bacaan Ayat Kursi. Mahluk astral manapun tak     akan sanggup menerobos masuk ke dalam rumah tua itu lagi.

Sejak saat itu di rumah tua tak lagi ada penampakkan mahluk astral, dan kembali aman.

Surabaya, 16 Juni 2021

 

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SANG PENDOSA

AYAH, MALAIKAT TAK BERSAYAP

IBU, SI PEMBUKA PINTU SURGA