Cinta Bermantra

Rianti, melepas kesedihan yang dialami, dengan terus menutup wajah cantiknya , derasnya air mata yang mengalir, bagai hujan di siang bolong. Rianti terus memanggil Bagong, adiknya yang tertimpa pohon waktu bersepeda di depan kampung. 

Pohon tua yang tiba-tiba tumbang, terhempas angin yang kuat, menimpa Bagong dan beberapa pengendara yang lalu lalang di jalanan. Rintihan Bagong, sambil memegang kakinya, seperti patah tulang, membuat Rianti terus menangis sedih. Aku mendekati Rianti dan adiknya  mencoba membantu mereka .

“Sudah Rianti, jangan menangis lagi, ayo kita bawa Bagong ke Rumah Sakit.

“Tapi Mas Anang, aku tidak punya uang . Orang Tuaku belum pulang dari bekerja di luar kota. Mereka pasti sedih mendengar kondisi Bagong.

“Sudahlah, untuk masalah uang biar aku tangani. Ayo sekarang kita berangkat.

 

Melihat kondisi Bagong yang terus merintih, membuat aku dan Rianti segera membawanya ke RS Suwandi Surabaya, biar cepat tertangani dengan baik sebelum terlambat.

Petugas satpam segera membantu kami, memberikan kursi roda untuk Bagong. Pemeriksaan medispun dilakukan. Dokter segera melakukan tindakan , untuk memeriksa kaki Bagong. Aku lihat Rianti masih cemas memikirkan kondisi adiknya. Aku tatap mata Rianti, ada rasa kegalauan yang menghinggapi hati ini. Ingin aku ungkapkan rasa cinta ini padanya. Rianti sering menolak keinginanku untuk menjadikan dia sebagai kekasih ku yang pertama dan terakhir. Alasan masih sekolah, ingin membahagiakan ke dua Orang tua, inilah , itulah sampai aku jengkel mendengarkan semua alasannya. Yang ku harap Rianti mau menerima cinta dan perasaan berbalas. Berbekal ingin memiliki Rianti, aku mencoba menghubungi dukun laki-laki bernama Ki Pala, yang mau membantuku untuk  merebut hati Rianti dengan bacaan mantra saktin yang harus dibaca setiap bertemu dengan Rianti. Rafalan mantra pendek aku hafal dan  membacanya  ketika bertemu Rianti. Bibirku terus komat-kamit membaca mantra sakti agar pengaruhnya mampu membuat hati Rianti , mencintaiku. Ki Pala juga  memberikan  kertas kecil yang berisi tulisan rajah yang tak aku mengerti isinya. Kertas kecil ini yang harus di taruh dibawah bantal tempat tidur Rianti, dan disembunyikan didalam sarung bantalnya. 

Untung tadi waktu membopong Bagong, aku berhasil menaruh kertas itu tanpa sepengetahuan Rianti. Semoga kali ini aku berhasil.  Rianti menoleh ke arahku sambil tersenyum, manis sekali.

“Mas Anang kok lihatin aku terus kenapa ya?.

“Ndak pa pa Rianti, kamu cantik sekali.

 

Seminggu setelah kejadian itu, mantraku mulai menunjukkan hasilnya. Rianti yang dulu acuh, menjadi perhatian padaku. Kalimat cinta yang aku utarakan padanya disambut baik olehnya. Seperti mendapat durian runtuh,  pepatah yang melukiskan perasaan hati ini. Bahagia sekali.

Kondisi Bagong berangsur-angsur membaik kakinya. Bagong terus berlatih berjalan meski sering menggunakan tongkat kayu . Perhatian yang aku berikan pada  Bagong, membuat Rianti makin lengket denganku. Kemesraanku dengan Rianti  terjalin indah.  (bersambung)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

  1. Kok pacarannya, Om Jay . Ndak takut dengan mantranya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kenapa harus takut... Jalani saja khan...

      Hapus
    2. Kayaknya saya kenal ki Pala......😂😂😂😂

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SANG PENDOSA

AYAH, MALAIKAT TAK BERSAYAP

SOTO PENGLARISAN