Mbah Jiyem
Mbah Jiyem berusia hampir seabad, menjual sayur-sayuran
, terus berjalan membungkuk melewati jalan bebatuan sambil membawa sekarung dagangannya
diikat di pinggang untuk dibawa ke Pasar
Senin tiap hari. Rute jalan 10 km, harus dilaluinya dengan berjalan kaki.
Sepasang kaki Mbah Jiyem berwarna
hitam pekat, terbakar matahari yang kurus tetap kuat menuruni jalan itu. Walau rasa lelah sering hinggap di
tubuh kurus, keringat terus membasahi
tubuhnya Mbah Jiyem dengan semangat
juang yang tinggi tetap berjualan .
Mbah Jiyem, berjualan bayam, kangkung, dan
daun pisang. Mbah Jiyem menunggu dan melayani pembeli dengan sabar. Se-ikat
kangkung di jualnya dengan harga Rp
1.000 rupiah. Itu saja banyak pembeli yang masih menawar Rp 500 rupiah. Padahal
Mbah Jiyem hanya menjualkan hasil kebun tetangganya. Harga yang dipatok untuk
seikat bayam rp 800 rupiah dari tetangganya, dan Mbah Jiyem menjualnya Rp 1000
rupiah, dan untung yang dia dapat hanya Rp 200 rupiah per-ikat. Bila semua dagangan
sayur habis, Mbah Jiyem mendapatkan untung Rp 20.000 rupiah. Jika belum habis,
Mbah jiyem terkadang hanya mendapatkan untung Rp 10.000 saja. Sungguh miris,
pendapatan Mbah Jiyem. Dengan berjalan kaki 20 km, pulang-pergi, hanya
mendapatkan hasil yang tidak seberapa.
Mbah Jiyem hidup bersama ke dua Anaknya,
Minto dan Gianto. Suaminya telah berpulang 10 tahun yang lalu. Dan kini Mbah
Jiyem menjadi tulang punggung kebutuhan keluarganya. Seusia Mbah Jiyem berjualan sayur sejak Shubuh
sampai terdengar Adzan Dhuhur siang, baru sampai di rumah. Dia terus bekerja
meski usianya telah menginjak senja.
Mbah Jiyem terus mendidik Minto dan Gianto dengan keuletan dan keiklasannya.
Bekerja apapun yang penting halal dan tidak bertentangan oleh norma-norma
Agama. Itulah motivasi Mbah Jiyem, dalam mendidik Anak-anaknya. Meski ukuran rumahnya kecil, Mbah Jiyem memiliki hati seluas samudra. Dengan kondisi ekonomi
yang serba pas-pasan, Mbak Jiyem pantang berkeluh kesah, dan banyak bersyukur
pada Allah SWT, atas karunia kesehatanndan umur yang panjang. Entah sampai
kapan Mbah Jiyem terus berjualan sayur, hanya takdirlah yang akan menjawab.
Komentar
Posting Komentar