Menginjak Usia 48 Tahun

Satu bulan yang lalu, usiaku genap 48 tahun. Usia ini sudah tak lagi muda, karena mulai mendekati kepala 5, meski 2 tahun lagi. Kesehatan tubuh pada usia 48 tahun, tak lagi sekuat dulu. Melakukan aktivitas sehari-hari sebagai Ibu rumah tangga sudah mulai “ngoyo” untuk dilakukan. Cepat lelah, dan pusing, itu gejala yang sering saya dapatkan.

 

Menginjak usia 48 tahun , indra penglihatan mata, tidak sejernih dulu ketika waktu muda.  Aku, satu-satunya yang  tidak memakai kacamata dari lima 5 bersaudara.  Dulu, begitu cepatnya mengerjakan tugas-tugas di depan laptop, kini  mengetik di depan laptop selama 2 jam, mulai bergejala. Ada rasa ngantuk teramat sangat, dan mata minta ditidurkan. Anehnya, bila ditahan untuk tidak tidur, maka kepala terasa pusing. Hal ini berbeda sekali ketika usiaku masih 45 tahun. Apakah efek  WFH (work from home)  mempengaruhi pada kondisi  tubuh. WFH, kegiatan bekerja di rumah dengan mengajar online,  tidak banyak menggunakan otot, tapi otak.  Sebelum ada pandemi covid,  melakukan aktifitas bekerja, mengajar peserta didik mulai jam 07.00 pagi- 15.00  Senin - Jumat tak ada masalah yang berarti.  Kini sejak diberlakukan WFH dan WFO jam kerja tak lagi “sekeras”dulu. Adakah korelasi antara , tubuh cepet capek dengan penyakit bawaan yang mempengaruhi kondisi tubuh di usia 48 tahun.

Menginjak usia 48 tahun, solusi sehat yang harus dilakukan adalah sering konsultasi ke dokter. Untuk mengetahui gejala penyakit yang berada di tubuh ini.       

Menginjak usia 48 tahun, selera makan juga menurun. Bila melihat teman sejawat yang seumuran makan, makanan yang berporsi “banyak” aku sekarang tak berani lagi. Enak makannya, tapi efek setelah makan, membuat sakit hati, terutama sakit bagian kaki. Menjaga pola makan sehat dan tidak lagi mengkonsumsi air dingin. Air dingin adalah pantangan diminum ketika menginjak usia 48 tahun. Sebisa mungkin hindari strees.